Chapter XXIII: Empat Pilar Dunia; Raja Timur

285 7 9
                                    

Adrian bergeming.

Tepat setelah mereka melewati jebakan yang ke tujuh kalinya---sudah ia duga bakal berlusin perangkap dipasang di sekitaran belakang kastil, suara bising salju longsor datang dari arah berlawanan.

"Kuharap teman besarmu tidak melebih-lebihkan badainya setelah semua usaha penuh kita untuk sampai di sini," ujar Min-ho.

Muka Adrian masam ketika tertawa, "Ahaha. Antonio? Mustahil. Dia mana berani..."

Tidak. Ahaha. Justru sekecil apapun, hal tersebut masih mungkin bila ada kaitan dengan Nio.

Semenjak awal bentukannya memang begitu dari sananya---tukang pamer darah panas.

Namun Adrian juga meragukan jika dia masih bisa berulah di waktu-waktu genting seperti ini.

Lebih memilih menjadi bawahan membosankan yang penurut ketimbang ketika harus menghadapi kemurkaan Leonard.

Terlebih Lily sedang ada bersamanya. Apa yang mungkin terjadi?

Risau akan citra Regulus yang tercoreng, bagaimanapun dia yang sekarang adalah bagian darinya. Satu yang dapat dilakukan...

"Aku bisa yakinkan itu." Membela klubnya.

Sekilas membuat senyum tiga titik. "Ya ... walau kau mengatakannya, hanya ingin mengetahui, saat---bagaimana aku menyebutnya, mengenai Malam Paling Cacat Regulus---jangan tersinggung, Bro." Min-ho mengoreksi diri.

Mengangkat topik sensitif, Adrian mencoba sekuat tenaga bersikap biasa. "Bukan masalah. Memang ironis, aku tahu. Hadiah awal bergabung bagi Adrian Lucarion. Cukup dingin."

---Padahal kenyataannya tidak. Adrian kerap berpikir bahwa ia jadi semacam pembawa sial sedari itu.

Malam Paling Cacat. Wow, bahkan kini muncul nama bekennya. Dia sendiri paham kemana sebutan tersebut merujuk.

Salah satu dari insiden beruntun yang terlalu fiktif untuk dijadikan suatu kebetulan semenjak Regulus berhubungan dengannya.

"Seperti apa tindakan Olympia?"

.

.

.

"O ... lympia?"

Pesta lomba atletik atau merk produk mebel terkini? Adrian skeptis apa itu semacam kiasan maupun harfiah yang berarti, Rumah para Dewa.

Kata tersebut. Olympia. Adrian yakin pernah menguping ketika Leonard dan yang lain sedang ada di apartemennya. Mengatakan jika 'Olympia selalu sibuk dan bersikap mengabaikan mereka'.

Saat itu Adrian baru setengah sadar dan dia kira dia hanya berdelusi.

Menyimak Min-ho berbicara barusan, sekarang Adrian percaya kalau yang dia dengar tidak salah.

"Aku tahu kau tidak ingin membahasnya," Min-ho bersandar di pohon tinggi sebelahnya, sedikit gondok, "tapi tolong ... kau bercanda, ya?"

"Aku sedang serius di sini."

"...."

Kerutan di Min-ho bertambah. Jelas kentara menyesal. "A-Ah, salahku. Maaf. Bukan daerah untuk mengatakannya kepadamu."

Menggantungkan. Membuang tatapan ke pegunungan sambil menggaruk tengkuk. Berniat kabur dari pertanyaan lain yang dikhawatirkan akan diajukan.

Tsk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[2] Myth HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang