Harun sudah tahu. Mungkin akhir-akhir ini dia sudah mulai bersikap terlalu... Kritis? Sarkastik? Antagonis?
Sungguh tidak bisa dipungkiri.
Semua itu ditengarai selepas dia dan adiknya, Aisya, secara mendadak dikirim ke Aristo Homer tanpa alasan yang jelas.
Untuk pertama kalinya dia benar-benar ada di sekolah sungguhan. Sekolah menengah, dengan gedung-gedungnya yang tinggi, guru-guru berkurikulum, anak-anak sebaya, dan hormon-hormon berlebih.
Harun jaim. Artemis di dalam dirinya juga terus saja mengomentari dengan kata-kata bijak khas dewa-dewi.
Can't help it. dia sudah aware duluan. Rasa tanggung jawab pada adiknya terlalu besar jika cuma buat berbenah diri.
Bahkan waktu di Olympia reputasi Harun dan Aisya sudah buruk duluan, hanya karena pelindung mereka adalah sosok yang berkuasa di jaman baheula dulu.
Persetan dengan semua itu. Dia tidak peduli. Yang terpeting baginya hanyalah Aisya seorang.
~*O*~
"Aduh-aduh, lucunya!" Felicia terus-menerus menguyel-uyel pipi Aisya, saking gemasnya.
Kayak gini deh, jika bertemu dengan sesuatu yang bikin diabetes. Penyakit Cutie Fanatique-nya jadi kambuh.
"Le~pfha~shin Ai~hah!" Asiya mengerjap cepat, dia nggak suka kalau digituin. Dia mencoba berontak.
Di sisi seberang meja kafetaria, Takuya sendiri kelihatan masih tak senang dengan kedatangan Felicia. Apalagi setelah cewek berkulit tan eksotis tersebut membawa passport yang tertulis nama Adrian di dalamnya.
Dia bahkan berani bertaruh kalau saat itu Felicia pasti sengaja menabrakan diri dan bertingkah centil alim di depan Adrian.
"Terus," Takuya memulai, "kenapa Nona Maria menyuruhmu kemari?" meski di dalam hati ia dengan lantang menyeru, Enyahlah sekarang juga!
"Enggak ada maksud tertentu sih," Felicia menjawab tak acuh. "Yah, cuma aku nggak habis pikir," Genggamannya pada pipi Aisya kini sudah ia lepas. "Regulus itu... benar-benar diisi oleh sekumpulan orang-orang bodoh, ya."
Dan, glek!
Dahi Takuya berkedut sebal. Ternyata benar. Dari dulu dia memang tidak pernah suka dengan cewek di depannya tersebut. Takuya membuka mulutnya akan membuat alasan, namun...
"Akui saja!" Felicia memotongnya, memaksnya untuk mengaku salah.
"Saat ini Leonard sedang pergi. Sekolah kalian hanya dijaga oleh beberapa orang. Belum lagi 'benda tua' juga tengah bermasalah."
Sebenarnya masih ada banyak sekali faktor lain mengapa dia bisa memberi pernyataan seperti itu.
Tapi hanya dengan beberapa saja pun Takuya udah kalah telak. Memang begitulah kenyataannya.
Serangan tiba-tiba dari Medusa, Hydra, kaum Drakon, serta Drakania, membuat Regulus keteteran dan bertingkah bodoh.
Oh satu lagi, jangan lupa kalau hal paling menyebalkan dari yang di atas adalah:
"Semuanya sejenis ular!?"
Itu kayak, Regulus ketiban dendam kesumat dari sekumpul monster reptil gila. Menjadikan Takuya sedikit phobia.
Ntah besok Serpentes apalagi yang akan mendatangi mereka.
Lagipula, di mana orang-orang Olympia saat mereka membutuhkannya?! Sampai sekarang Charles juga nggak ada kabar-katanya sih harus mengurus urusan mendadak-tapi ini 'kan udah kelewatan lama!
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Myth Hunter
Fantasy"Salah satu cucu Hawa akan terlahap kegelapan. Setiap air mata akan mengalami kekacauan. Belenggu Sang Penguasa Kedua akan terlepas pelan. Amarah yang terpendam akan butuh seorang pengorbanan."---Urgh. Dan yah, kalian tahu? Kurang lebih begitulah is...