Chapter XX: Seluruh Harpy Memang Sungguh Sexy

343 7 0
                                    

Sepertinya belakangan Takuya selalu kedapatan berjumpa dengan para kaum hawa berspesifiksi tinggi.

Contohnya saja Selena Ambrosia, mungkin. Sungguh semanis nama belakangnya---jika boleh Takuya berpendapat.

Yang meskipun punya ego se-maximus Uranus, tapi tetap saja menjadi dambaan sebagian besar laki-laki penuh hormon pada seluruh tingkat yang ada di Aristo Homer.

Kalau Felicia? Ea, sebaiknya gadis Saint Parthena berkulit eksotis itu jangan ditanya lagi deh.

Oh, dan tolong jangan sebutkan perihal 'ibu'nya Karen tadi, Tante Martha yang awet muda, waktu di Athena Partheon.

Karena walau masih kelihatan muda nan anggun, tapi wataknya bahkan jauh lebih mengerikan ketimbang anaknya sendiri.

Lalu kini, muncul lagi tiga. Bukan orang, tapi makhluk jadi-jadian.

Di dekat parkiran, baru turun dari sebuah Benz buatan 90-an yang masih terlihat kinclong.

Lekukan tubuh yang membentuk akibat mini skirt yang digunakan, heels sepuluh sentimeter yang runcingnya minta ampun itu, serta tas selempang keluaran Martin, membuat mereka kayak seleb-seleb sosialita yang sedang kesasar.

"Sudah jelas sedang menuju ke sini," gumul Takuya yang telah mengetahui posisi 'mereka' lewat familier Fenrir, di atas kanopi kafetaria.

Sialnya, situasi yang ada pada saat ini, sama sekali tidak menguntungkan.

Pada saat matahari masih berada di ufuk barat, dan suasananya pun masih ramai dengan anak-anak Aristo Homer.

Siapa yang tidak mencuri pandang jika melihat trio sosialita kisaran dua puluh tahunan, tiba-tiba datang ke sekolah tanpa diundang.

Meski mereka tidak bisa menyerang orang biasa, tapi bisa jadi masalah jika sampai terjadi keributan.

"Di saat begini," Harun berdecak. Dia terlihat menyesali sesuatu.

Seperti dugaan Takuya, dia telah mencapai batasnya karena pertukaran tersebut.

"Di mana area sekolah kalian yang minim dikunjungi orang?" Felicia bertanya cepat... dan sedikit panik.

"D-Di em...." Takuya nge-blank seketika. Sudah tidak bisa lagi berpikir jelas, karena sekarang fokusnya terbagi dengan familier-nya.

"Lapangan belakang," saut Harun, kini berdiri. Walau dengan susah payah.

Dikelilingi hutan buatan seluas dua ratus meter persegi yang membuatnya terbelakang dan kalah populer dengan halaman tengah yang biasanya jadi tempat nongkrong siswa tingkat tiga Aristo Homer.

Mengingat tempat itu lumayan jarang dimasuki orang selain waktu jam olahraga dan anak-anak club football yang datang pada waktu akhir minggu.

Di lapangan belakang mungkin sangat pas untuk situasi mendesak seperti ini.

"Oke, aku akan ke sana duluan," putus Felicia, membenarkan letak lengan yukensi-nya.

Rancangan rencana sudah ada di dalam kepala Felicia. Sekarang satu-satunya yang harus dia lakukan hanya tinggal menjalankannya di tempat yang tepat.

Cewek Saint Parthena itu pun kemudian melenggak pergi sebelum...

"Kau!" Harun memanggilnya cepat sebelum berlalu lebih jauh. "Tahu tempatnya?"

Felicia seketika mematung, kemudian geleng-geleng saat menghadap Harun.

Sudah jelas gadis itu tidak tahu, dia 'kan juga termasuk tamu tak diundang yang tiba-tiba datang ke Aristo Homer.

[2] Myth HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang