Chapter XXII: Penyergapan Kastil Angker

274 7 4
                                    

"Urgh, sempit!" Bianca mengeluh saat Nissan yang dikemudikan Nio kembali berjalan.

Meski tadi sempat alot, namun Leonard akhirnya---dengan sangat terpaksa (karena jika dipikirkan lagi juga tidak ada jalan lain), mengijinkan Bianca untuk ikut bersama mereka, dan menyuruhnya untuk pindah duduk di dalam.

"Kau pikir salah siapa itu?" saut Min-ho yang kini menghadap ke belakang.

Ketambahan satu orang penumpang di mobil berkapasitas maksimal lima? Ternyata udara di malam mobil menjadi makin pengap-walau sekarang cuacanya sedang dingin.

"Tidak-tahan-lagi...!" Lily yang menyempil di tengah bersama Bianca bahkan bersusah payah mencondongkan tubuhnya untuk mencari tempat longgar.

"Lagipula, coba lihat dirimu," tambah Min-ho, meneliti Bianca dari bawah ke atas lalu meringis simpul.

Adrian pun turut melirik ke samping, di mana Bianca duduk.

Yeah.

Memang sedikit memprihatinkan. Adrian menggigit bibir bawahnya, berempati. Adrian mengerti bahwa Bianca tidak membutuhkan rasa belas kasihan dari orang seperti dirinya.

Melihat seorang gadis yang terlihat tidak berdaya hati mana yang tidak mencelos.

Apalagi barusan Bianca mengaku kalau dia sudah bersembunyi di bagasi eksternal sejak mereka berangkat.

"Kau tentu tidak bisa membela diri jika dalam kondisi seperti ini," Min-ho menyambung lagi. Tidak habis-habisnya menegur Bianca yang sekarang berdecih membuang muka lirih.

Adrian menjadi terbesitkan pikiran, Kenapa gadis ini begitu bersikeras?

Mungkinkah dia mempunyai suatu kepentingan terselubung dengan mereka (para anggota kelompok Debu Berlian itu)?

Mengingat tadi pagi, di Franz-Lizt, saat kelompok Debu Berlian berniat mundur waktu Elias dan kawan-kawannya datang menolong.

Ada yang aneh dengan sikap Bianca kala Pemimpin Debu Berlian---Si Luka Mata Tukang Cegat---yang kalau tidak salah pemuda bernama Markus itu, pergi membelakangi mereka yang tidak bisa berkutik lagi karena larangan Leonard dan Elias.

Bukannya Adrian sok tahu, toh dia dan Bianca saja belum pernah kenal sebelumnya.

Tapi yang pasti, Adrian mengerti, bagaimana Bianca menatap, wajahnya, genggaman tangannya, bahwa dia jelas memiliki urusan dengan kelompok Debu Berlian.

Ntah apa itu. Adrian enggan ingin jadi orang luar yang sok terlibat ke masalah orang lain.

Tapi di lain sisi, Adrian juga merasa takjub melihat keteguhan Bianca yang tetap keukeuh, sampai-sampai tidak menghiraukan perkataan Elias, ketua clubnya sendiri.

Meski Adrian mungkin juga melakukan hal yang sama jika dia dihadapkan pada situasi serupa.

"Aku yang akan bertanggung jawab," tegas Adrian, memotong rentetan kata-kata sarkas Min-ho yang ditujukan pada Bianca.

Untuk itulah, Adrian memutuskan kalau ia bakal sedikit membantu Bianca.

"Kau?" Min-ho menaikan sebelah alisnya. "Bertanggung jawab untuk apa? Dia?"

Adrian mengangguk satu kali, namun dengan penuh keyakinan.

Bianca menoleh ke arah Adrian dengan mata yang langsung membulat lebar.

Namun ketika Adrian menyadari hal tersebut, dalam sekejap Bianca kembali memalingkan wajahnya ke bawah.

Tidak tahu kapan, tapi yang jelas sekarang wajah Bianca mendadak memerah layaknya sosis goreng Hungari.

[2] Myth HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang