BAB LIMA

59 18 7
                                    

Gerry Wildson dan teman-teman se-kepolisiannya tengah duduk berkumpul disebuah cafe. Tempat nongkrong bernama coffely  yang menjadi langganan mereka kini sedang ramai pengunjung. Sedangkan para polisi yang nganggur ini berkumpul bersama sambil membicarakan kasus pembunuhan berantai yang akhir-akhir ini sedang marak terjadi.

"Bro,menurut kalian ada yang janggal nggak dari kasus ini?", tanya Surya -salah seorang polisi senior-.

Semua awak polisi memikirkan perkataan lelaki itu dengan serius, termasuk Gerry sendiri. Dan tiba-tiba saja salah seorang polisi yang lain memukul meja dengan keras. Membuat yang lainnya terkepak kaget dan emosi.

"Aishh,si kerempeng ini! Mengagetkan saja!", seru Surya kesal.

Lelaki yang bernama Jaka tadi menampilkan cengirannya, kemudian menatap manik mata temannya satu-persatu,

"Gue sudah mengetahui hal yang janggal pada kasus kali ini", ucapnya pelan dan berlagak misterius. Membuat orang lain tak yakin dengan perkataan yang baru saja diucapkannya.

"Jangan bercanda lo,Jak!", bantah polisi yang duduk bersebrangan dengan Jaka.

"Hey-hey, gue nggak becanda!
Walaupun gue masih polisi Junior disini,kalian jangan menganggap remeh omongan gue", balas Jaka tidak terima.

Akhirnya Gerry terpaksa mengalihkan perhatian mereka agar tidak bertengkar. Lelaki itu mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil dari dalam saku celananya. Kemudian meletakkan barang itu ditengah-tengah mereka.

"Apa itu?" , Surya pertama kali mengangkat suara.

"Cincin kah?", tanya nya lagi. Karena memang kotak yang dikeluarkan Gerry adalah sebuah kotak cincin.

Tapi Gerry menggeleng. Ia membuka kotak itu dengan sangat perlahan,membuat semua teman-temannya menunggu dengan tidak sabaran.

Klak!

Kotak itu terbuka. Memperlihatkan sesuatu yang dapat dipastikan membuat awak polisi lain kebingungan dan bertanya-tanya.

"Gue menemukannya dilokasi pembunuhan berantai yang kedua belas" , ucap si empunya kotak.

"Apa?! Terus kenapa lo tidak memberitahu kan bukti penting ini kepada kepala pimpinan?!", Surya bersuara tinggi.

Gerry menghela nafas,
"Hahhh.. gue males aja berurusan dengan pria botak itu.."

Brak!

Surya memukul meja lebih keras daripada Jaka tadi. Ia bernafas terengah-engah karena emosi. Jangan salahkan ia bersikap seperti itu, Surya adalah polisi yang sangat kompeten dalam menjalankan kewajibannya. Bagaimana tidak, lelaki ini juga termasuk polisi andalan pimpinan setelah polisi bernama Choi.

Ia sangat bersungguh-sungguh dalam tugasnya itu.

"Hei,ada apa ini?", tiba-tiba  saja seorang lelaki berwajah sedikit pucat dan tirus memasuki ruangan. Ia segera menghampiri dua orang yang tampak sedang bersiteru itu.

"...Choi? Ng.. mereka sedang memperdebatkan bukti ten--", penjelasan Jaka dipotong oleh erangan Gerry.

Lelaki itu dengan gerakan cepat menutup kembali kotak kecilnya dan menyimpan barang itu ditempat semula. Ia menatap Surya sekilas yang masih terlihat marah, kemudian beralih ke Jaka. Ia menatap tajam Jaka seolah menyuruhnya untuk tutup mulut.

"Baiklah, polisi senior Surya dan teman-teman yang lain. Saya pamit lebih dulu", Gerry segera beranjak keluar cafe tanpa menoleh ke arah Choi sama sekali.

Setelah itu,terjadi keheningan diantara mereka.

***

Chaise Junitte menyetir mobil tipe Konigsegg One:1. Mobil yang dibuat pabrikan asal Swedia ini selalu menjadi kendaraan utamanya jika berangkat bekerja.

Wanita cantik berpenampilan elegan ini bekerja disebuah Club Bar Camden atau lebih dikenal dengan Irish Pub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita cantik berpenampilan elegan ini bekerja disebuah Club Bar Camden atau lebih dikenal dengan Irish Pub . Ia masuk kerja mulai pukul lima sore sampai tiga dini hari. Chaise berprofesi sebagai sekretaris kepala manajer ditempat itu.

Tugasnya adalah mengurus dan meyeleksi para ladies night  yang mencari pekerjaan disana. Selain itu, ia bertanggung jawab untuk mengelola beberapa bisnis kepercayaan manejernya di bar  ini.

Setelah memakirkan mobil mahalnya ditempat khusus, Chaise memasuki ruangan kerja manejer untuk memberitahukan kedatangannya. Hal ini memang sudah tugas rutin Chaise sebelum benar-benar mengerjakan tugasnya.

"Pak,saya sudah datang", ucap Chaise santun seraya memasuki ruangan.

Anto, manejer berusia setengah abad yang menjadi pimpinan ditempat ini membalikkan kursi putarnya. Dia tersenyum melihat sekretaris kesayangannya berdiri tegap dihadapan. Ia memperhatikan setiap inci tubuh Chaise dari atas ke bawah.

"Hmm.. Chaise, seperti biasa, penampilan mu hari ini sungguh luar biasa, saya benar-benar nenyukainya".

"Terima kasih", jawab wanita ini singkat,padat,jelas.

Tetapi Anto lebih merasa tertarik terhadap kecuekan yang dimiliki Chaise,dibandingkan bentuk-liuk tubuhnya. Karena sikap itu membuat Chaise terlihat misterius dan mempesona dimatanya.

Pria tua itu berdiri dari kursinya, dia berjalan mendekati Chaise dan memegang dagu mungil wanita itu. Tatapan nya jelas-jelas terlihat genit dan berbahaya. Membuat Chaise kaget dan segera bergerak cepat.

"Jangan sentuh saya!", serunya sambil melangkah mundur dan menatap tajam orang itu. Sangat mengerikan.

"Ma-maaf,Chaise.. saya cuma..", Anto tergagap. Dia ikut bergerak mundur menjauhi wanita itu.

Manusia bersifat malaikat manapun jika sudah merasa terganggu maka ia akan sangat marah, bukan?  Itulah salah satu penyebab angel menjadi demon seperti yang Chaise sering rasakan selama bertahun-tahun ini. Perlu kalian ketahui, meski wanita itu sudah sangat lama bekerja di bar, tak pernah sekalipun ia di sentuh oleh pria-pria hidung belang disini, termasuk manajernya sendiri.

Hal itu karena Chaise sangat pandai menjaga dirinya. Ia tak suka bila seseorang menyentuhnya secara sembarangan, apalagi oleh orang yang tak dikenalinya. Karena ruangan kosong didalam hatinya sangat tertutup rapat, tak ada yang pernah berhasil masuk kedalamnya selama ini.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa Chaise adalah seseorang yang "Tak Sepenuhnya buruk". Dia sangat melindungi kehormatannya sebagai wanita. Walau tak bisa dipungkiri, dia telah membunuh banyak orang, tapi tetap saja ia mempunyai sisi baik sebagai Angel.

Alasan Chaise menjadi Demon adalah pembalasan dendam keluarganya.

Hanya itu.

"Matamu.. saya sangat benci warna matamu itu..", kata Anto saat melihat Chaise membelalakkan matanya. Menampilkan warna bola mata abu-abu terang.

Chaise hanya diam dan menutup mata. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Mencoba mengatur emosinya agar tidak terlalu marah. Mengendalikan diri untuk tidak bertindak terlalu jauh pada pria satu ini nantinya.

"Kalau begitu saya keluar dulu,pak. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan", ucap Chaise kembali santun.

Anto masih sedikit gugup dan ketakutan melihat warna bola mata wanita itu. Dan ia hanya mengangguk. Membiarkan Chaise keluar ruangan dan melanjutkan pekerjaannya.

***

Bersambung~
Btw,bagi yang mau tau gimana bentuk bar nya si Chaise silakan liat di mulmed,thx.

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang