PAINTING MY HEART

41 15 3
                                    

BAB ENAM

Selesai dari tempat Anto, Chaise keluar menuju ruangan make-up untuk mengecek para leadis night yang telah berkumpul disana untuk segera bersiap-siap bekerja saat jam telah menunjukkan pukul 19.00 .

"Hei, dandanan mu terlalu menor. Hapus lipstick mu yang tebal itu! Juga kurangi bedak diwajahmu! Pengunjung kita lebih suka wanita yang elegan dan sexy, tidak seperti ibu-ibu yang mau ke kondangan!", dia membentak salah satu ladies  yang sedang berdiri disamping cermin.

Wanita itu langsung tergagap dan menunduk takut,
"Ma-maaf kak.. tidak akan saya ulangi lagi"

Memang sudah peraturan disini untuk memanggil Chaise dengan sebutan "kakak". Baik yang muda,seusia atau lebih tua dari nya. Dan Chaise pun berkacak pinggang dengan raut wajah kesal,

"Ya sudah, cepat sana!"

Beginilah pekerjaannya, menyiapkan para ladies  yang harus selalu siap tampil cantik pada para tamu. Jika ada yang terlalu menor atau kurang menarik,maka dia tidak akan segan-segan untuk menegur wanita itu. Dia juga memberikan mereka saran tentang cara bermake-up dan berpenampilan anggun sepertinya selama ini.

"Baiklah. Sekarang semua telah bersiap dan jam telah menunjukkan pukul tujuh tepat. Kalian boleh mulai bekerja dan selamat bersenang-senang" , ucap Chaise.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya yang pertama, dia pun pergi ke ruangannya sendiri untuk mengerjakan sebuah bisnis besar.
Begitu tiba, Chaise mendapat telepon dari seseorang yang bertuliskan "Blank One" dilayar handphone.
Tanpa ragu, Chaise segera mengangkatnya.

"Halo,Jun. Ini aku Blank One", suara di seberang telepon.

"Ya, bagaimana dengan tugas yang kuberikan padamu? Apa kau sudah menemukannya? Sebab aku tak mungkin terlibat langsung mengenai keberadaan orang itu, pasti akan tampak mencurigakan"

"Sudah. Dia salah satu anak buah dari blacklight , sekarang ia berada dicafe lantai dua mal rohani"

"Baiklah, terima kasih. Aku akan mencari cara untuk segera bertemu dengannya"

"Sama-sama. Bye Junitte"

Klik!

Chaise menutup telepon. Tak lama setelah itu, handphone nya kembali berdering. Setelah melihat nama si penelepon, Chaise menyeringai.

"Ya,pak Haldes"

"Saya sudah menyelesaikan rapat penting hari ini. Jadi mari bertemu sekarang. Saya tak punya banyak waktu lagi untuk mengurus secara langsung bisnis ini. Maaf untuk minggu lalu, jadwal saya sangat padat"

"Oke, kebetulan sekali anda menelepon saya. Ada sesuatu yang ingin saya katakan. Dimana posisi anda sekarang?"

"Cafe lantai dua mal rohani"

"Hah, ternyata benar. Tunggulah disitu.."

"Apa?"

"Tidak-tidak. Saya akan segera kesana"

"Baiklah"

***

Queen Butique

Cendana dan Choi saat ini sedang berada didalam sebuah butik. Choi datang kemari untuk menemani adik perempuannya berbelanja setelah sekian lama belajar diluar negeri. Dia sendiri menyadari bahwa semenjak Cendana lulus SMP,perhatiannya sebagai kakak mulai berkurang karena ia memilih untuk menjadi detektif kepolisian.

"Kakakk.. Where are you? Come here,now!", panggil Cendana saat semenit saja tak melihat Choi berada disampingnya.

Pria itu sendiri baru saja keluar dari ruangan butik dan memperhatikan catatan kecilnya. Apalagi kalau bukan tentang pembunuhan berantai itu? Entah mengapa rasanya Choi sangat tertarik dengan kasus satu ini. Ia merasa penasaran. Siapa pelaku dibalik misteri pembunuhan berantai ini sebenarnya? Dari keterangan yang ia dapatkan, pelakunya adalah seorang wanita muda? Siapa ya kira-kira? Apa motif ia melakukan itu? Bagaimana rupanya? Apakah cantik? Ralat, lupakan soal rupa dan kecantikannya.

"Aduuh kak Choi..
Ngapain sih berdiri diluar sini sambil mandangin tuh buku? Kakak kan sudah janji hari ini mau temani aku.. ih ingkar deh, sebel!", cerosos Cendana begitu menemukan Choi yang sedang mengacak-acak rambutnya frustasi.

Pria itu menoleh,
"Eh, maaf Na.. kakak terlalu fokus sama kerjaan, ada kasus sulit baru-baru ini. Well,jadi kepikiran deh" , jawab Choi menyimpan catatannya disaku celana dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ya sudah, ayoo kak kembali masuk kedalam!", tanpa aba-aba Cendana langsung menarik lengan kakaknya itu.

***

Tinggalkan votmen ya guys! :')

BLANK SPACETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang