Chaise pun tiba di tempat tujuannya. Begitu duduk, ia segera mencoba berbasa-basi sebentar dengan salah satu Manajer minuman keras yang kaya raya dan sangat terkenal ini, namanya Haldes Mulk.
"Boleh saya tahu nama pemimpin perusahaan anda atas usaha minuman keras ini?", Chaise mencoba mengorek informasi yang ingin dia dapatkan terlebih dahulu.
"Anda.. anda cantik sekali. Benar-benar tipe ideal saya"
Chaise melongo,
"Maaf?"Haldes tergagap, ia tertawa.
"Nama anda siapa?", pria tua didepannya balik bertanya."Chaise Junitte, anda tidak menjawab pertanyaan saya sebelumnya"
"Ah itu,nama bos saya? Namanya Efrianda Ronald"
"Hmm...dimana alamatnya? Mungkin saya akan mengajaknya secara langsung untuk bekerja sama dibidang bisnis lain"
"Itu rahasia. Tidak sembarangan orang yang bisa mengetahuinya, cantik", jawab Haldes.
"Tapi jika anda mau, datanglah kerumah saya. Saya akan menawarkan bisnis yang menarik untuk wanita cantik seperti anda", ujarnya genit.
Sebenarnya Chaise ingin muntah mendengar ucapan pria didepannya. Tapi demi sebuah impian pembalasan dendam, ia harus bisa bersabar untuk mendapatkan informasi lebih dalam mengenai pembunuh itu.
"Bagaimana nona Chaise? Bisakah malam ini kita menghabiskan waktu berdu-"
"Kalau begitu boleh kita langsung membicarakan tentang bisnis yang satu ini sekarang? Saya tidak punya banyak waktu", potong Chaise kesal. Ini sudah cukup.
Mengetahui nama pembunuh itu saja,merupakan kemajuan yang sangat penting. Jadi, Chaise pun tak perlu berlama-lama lagi berurusan dengan pria tua satu ini.
Pria berusia kepala lima itu terus-terusan melirik penampilan Chaise walau mereka sedang berbincang. Chaise sendiri sangat tau arti lirikan itu, dasar pria tua genit!
"Baiklah, saya akan mentransfer uangnya malam ini juga ke rekening perusahaan anda", ucap Chaise mengakhiri urusan bisnis diantara mereka.
Tapi, pria tua itu menahan nya.
"Jangan via rekening. Silakan datang langsung membayar secara tunai dikantor pusat perusahaan kami, temui bos saya"Chaise terdiam. Menemui bos nya? Tanpa sadar wanita itu menyeringai, ini hal bagus. Dengan begitu ia dapat bertatap muka langsung sama sang pembunuh keluarganya yang telah lama dicari bertahun-tahun. Chaise rela bekerja keras mencari uang untuk menyewa detektif handal demi mencapai pembalasan dendamnya. Dan selangkah lagi ia akan dapat melenyapkan orang itu dengan tangan nya sendiri. Perfect!
"Baiklah", Chaise tersenyum manis.
Senyuman itu dibalas oleh senyuman pula dari pak Haldes yang genit dalam usia senjanya.
Tak lama kemudian,sepasang kakak-beradik memasuki cafe tersebut dan langsung memilih tempat duduk tepat dihadapan Chaise.
"Kakak mau pesan apa? Kalau aku es cream, burger dan spaghetti pedas"
"Aku kopi aja", ujar Choi.
"Es cream rasa coklat mau nggak? Enak lho!! Biar kita samaan!", tanya Cendana dengan suara lumayan tinggi.
"Ssstt! Cendana apa-apaan suara mu itu?", Choi berbisik pelan sambil memperhatikan sekelilingnya dengan wajah malu.
Chaise yang mendengar suara tersebut,mengalihkan fokusnya. Ia melihat seorang gadis manis yang fashionable duduk bersama seorang pria diseberangnya. Chaise dapat melihat jelas wajah si gadis, tapi tidak dengan pria itu. Karena posisi duduknya yang membelakangi Chaise.
"Couple yang lucu", gumam nya dalam hati.
Mereka memesan beberapa makanan dan dengan riang sang adik mengajak ngobrol kakaknya seraya menunggu.
"Kakak kakak, foto yuk! Udah lama banget aku tidak foto bareng kakak lagi semenjak terakhir kali aku tamat smp", seru Cendana mengeluarkan handphonenya.
"Nggak mau, masa laki-laki selfie?", tolak Choi.
"Aah kakak jangan begitu! Pokoknya kita harus selfie!", tegas Cendana seraya mulai menaikkan kamera nya untuk mengambil foto.
"Aku ketoilet sebentar",
Tak ingin gambar dirinya diambil secara paksa, Choi tiba-tiba berdiri, bersiap pergi kabur kebelakang dengan berjalan cepat dan tepat saat itu juga Chaise yang telah selesai dengan urusannya pergi dari cafe itu berjalan kedepan.Bruk!
Mereka berdua terjatuh.
Chaise memijit kepalanya yang beradu dengan pria itu, begitu pula sebaliknya. Tapi Choi yang duluan sadar akan kesalahannya segera berdiri membantu wanita dihadapannya.
"Maaf, kamu tidak apa-apa?", tanya Choi cemas seraya mengulurkan tangan.
Chaise mendongak. Dan tatapan merekapun bersatu. Detik itu juga, entah mengapa jantung pria ini berdegub kencang. Tapi tidak sebaliknya. Chaise sama sekali tidak merasakan apapun.
"Wanita ini.. memilki warna mata yang sangat indah", batin Choi terpana.
"Aku gapapa", Chaise tidak menyambut uluran tangan itu dan berdiri sendiri.
Ia membuat kaget sang pria. Choi segera menyimpan kembali tangannya dan menggaruk tengkuk dengan gugup.
"Oh iya.. wa-warna matamu--"
"Aku pergi dulu"
Lagi-lagi Chaise membuatnya kaget dan berlalu dari cafe itu begitu saja. Menyisakan Choi yang terdiam karena sudah dua kali dicuekin.
"Kakak! Kakak nggak papa?", Cendana dengan panik segera menghampiri kakaknya.
Choi masih terdiam. Dia tidak mengerti dengan semua ini. Apa dia barusan saja.. diabaikan?
***
Tinggalkan votmen guys! :)

KAMU SEDANG MEMBACA
BLANK SPACE
Misteri / Thriller::Malaikat Yang Menjadi Pembunuh:: Kisah ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Chaise Junitte yang mengalami penderitaan masa lalu yang kelam dan membuatnya sekarang berubah menjadi iblis pembunuh manusia. Dengan kemarahan yang bi...