Chaise menaiki mobil tipe Konigsegg One:1 nya dan melaju cepat menuju suatu tempat yang rutin ia datangi setiap pukul 20.00 malam.
Begitu tiba, ia memakirkan kendaraannya dibawah pohon beringin besar yang berjarak agak jauh dari tempat itu. Lalu mengganti pakaian elegannya dengan pakaian yang lebih sopan. Menghapus make up, menggunakan lensa hitam dan memakai wig favoritnya. Alasannya tentu saja agar identitas nya tidak diketahui orang-orang.
"Eh kamu datang juga Jun..", seorang ibu paruh baya menghampirinya.
"Iya bude, anak-anak mana? Juni bawa banyak cemilan ini", jawab Chaise ramah.
"Biasalah,lagi nungguin kamu ndok diruang tengah. Ohya ada anak baru yang gabung sama kita dipanti asuhan ini. Ayo temui Jun"
"Mari bude"
Ya,wanita itu menyamar sebagai Junitta saat ia berkunjung dipanti asuhan Muara Kasih ini. Tempat dimana ia bisa merasakan kesenangan dan berbagi kasih-sayang bersama anak-anak senasib dengannya, seorang yatim-piatu.
"Kak Jun!!", seorang bocah kecil langsung berlarian menghampiri wanita itu ketika ia menampakkan mukanya.
"Wah Cherly, kamu kebiasan deh. Pasti nungguin ini kan?", Chaise mengangkat plastik berisi cemilannya lalu memberikannya pada bocah itu.
"Iya! Terima kasih kakak!", Cherly serta anak-anak lain seusianya langsung berhamburan berebut makanan.
Sedangkan tampak dipojok ruangan itu seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun mengasingkan diri dari mereka semua. Lantas Bude Ratih segera memanggilnya.
"Hei Gigih, ayo kemari nak"
Anak itu tetap diam ditempatnya seraya memandangi mereka.
"Maklum ya Jun, dia baru saja ditinggal pergi kedua orangtua nya minggu lalu. Rumahnya kebakaran dan menewaskan seluruh keluarga. Dan hanya Gigih lah yang selamat dari peristiwa itu. Jadi mungkin dia masih sedikit trauma akan kejadian yang menimpanya", ujar Bude Ratih dengan lirih.
"Sungguh malang", ucap Chaise.
Dia jadi teringat akan masa kecil dirinya dulu. Saat peristiwa pembantaian itu menewaskan seluruh keluarganya. Kira-kira umur Chaise saat itu dua tahun lebih muda dari Gigih. Tapi kini ia bisa hidup lebih mandiri untuk membalaskan dendamnya.
"Gigih, ini kakak tertua kita dipanti asuhan. Perkenalkan namanya kak Junitta", Bude mengajak Chaise menghampiri anak itu.
"Dik, kemarilah. Ayo peluk kak Juni", Chaise merentangkan tangannya pada Gigih dan berlutut dihadapannya.
Melihat anak ini dari dari dekat Chaise merasa janggal. Ia memperhatikan sudut wajah Gigih,seperti pernah ditemuinya. Tapi.. kapan ya?
Anak lelaki itu memperhatikan penampilan Chaise dari atas kebawah lalu melangkah mendekatinya dengan ragu.
"Kakak..", ia pun memeluk Chaise.
Wanita itu terharu, dia mengelus lembut rambut Gigih,
"Jadi anak baik yaa"Setelah berkenalan dan mengakrabkan diri, mereka semua pun berkumpul kembali. Duduk-duduk sambil berbincang. Membicarakan berbagai lelucon hingga banyak anak-anak yang tertawa.
"Permisi.. kakek ganggu kalian gak nih?"
Tiba-tiba saja datang seorang kakek tua yang mengetuk pintu rumah panti asuhan mereka. Pria berusia lebih tujuh puluhan itu memegang tongkat untuk membantunya berjalan. Tampak pakaian kumal ia kenakan.
"Kek Ahmad! Masuk-masuk..", Chaise yang sudah mengenalinya dari pertama panti ini dibuat segera menyapanya.
"Monggo kek", sahut Bude Ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLANK SPACE
Mystery / Thriller::Malaikat Yang Menjadi Pembunuh:: Kisah ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis bernama Chaise Junitte yang mengalami penderitaan masa lalu yang kelam dan membuatnya sekarang berubah menjadi iblis pembunuh manusia. Dengan kemarahan yang bi...