Dari Jauh

672 48 16
                                    

Jangankan aku tak melihatmu, tak memikirkanmu satu detik saja aku tak sanggup

....



"Alya kita pulangnya gimana?" Gumam Adel yang begitu ketakutan tangannya yang mengenggam Alya bergetar hebat.

Alyana Asheli Fortuna Bira siswi sekolah SMA Tunas Raya kelas 11 IPA 1. Alya adalah sosok yang cerdas, peduli, periang dan kadang bertingkah jahil.

"Gue gak tau del, masa iya kita lewat area tawur." Balas Alya dengan wajah tak kalah pucat.

"Terus? Kalau puter balik malah lewat SMA Indah." Celetuk Adel dengan wajah yang sama pucatnya.

"Hee!" Ucap Seseorang dari arah belakang.

"Riko?"

"Belum pulang? Ayo ikut gue," Ucap Riko berjalan didepan Alya dan Adel
"Gue tau jalur aman."

"Kok lo gak tawur?" Tanya Alya heran padahal Riko masuk kedalam panglima tempur yang diagungkan di SMA Tunas.

"Ikut, tapi gue anter kalian dulu."

"Nah kalian belok kanan aja nanti udah sampai halte, naik bis kan?" Ujar Riko menatap Alya dan Adel.

"Cepet ya, btw makasih." Ucap Alya

Disamping Alya, Adel enggan menatap Riko.

"Del." gumam Alya menyenggol pelan bahu Adel.

"Thanks." Ucap Adel tak menatap Riko.

"Gue balik."

•••••

Apa mungkin aku ketemu Pandu?

Sudah lama aku tak melihatnya, app senyumnya masih sama? Parasnya? sifatnya yang kaku tapi dingin? Begitu pula hatinya?

Alpandu Galih Karon sosok yang aku kagumi sosok yang membuat hatiku bergetar juga sakit yang mendalam, sifatnya yang baik dan frendly terkecuali denganku bagiku dia tetaplah dia simanusia es pujaanku.

"Alya!"

"Adel! gak teriak bisa kan?"

"Nah lo bengong sih, Al gue naik taxi aja kalik ya saudara gue udah dirumah." Ujar Adel sedikit terburu-buru.

"Yaudah gak papa."

"Beneran? Lo gak ikut naik taxi?"

"Gue nunggu bis aja toh gue juga ada ini." Celetuk Alya menaikan Novel yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan.

"Okelah, hati-hati ya." Ucap Adel berjalan ketepi jalan dan menambahkan tangan menyetop Taxi.

"Lo juga," Balas Alya tersenyum menatap sahabatnya.

"Lo yakin gak..." Cicit Adel mengacuhkan omongan Alya "Al ayolah ini keadaanya gak stabil."

Adel sungguh sangat mengkhawatirkan Alya ia tau sifat keras kepala Alya tak bisa dipengaruhi oleh apapun, itulah yang dibenci Adel.

"Apaan lo kira harga bawang." Kekeh Alya saat melihat raut wajah Adel.

"Yaudah deh duluan ya." Ucap Adel setengah hati meninggalkan Alya sendiri.

•••••

Waktu semakin berjalan jarum jam saling kejar mengejar, pukul 16.15 Alya masih duduk diam dihalte bus menikmati novel-nya, sudah lama ia menunggu bus namun tak kunjung datang, seperti hal nya ia menunggu seseorang yang tak kunjung datang.

Lembaran demi lembaran novel dibolak baliknya, matanya menatap serius dibalik kacamata sesekali ia tersenyum karena ucapan tokoh didalam Novel.

Suara gemuruh datang dari arah berlawanan jarum jam dengan suara teriakan makian dan umpatan turut serta.

Dengan sigap Alya melangkahkan kaki bersembunyi dibalik kursi Halte, kakinya bergetar melihat benda-benda yang dibawa puluhan siswa.

Dibacanya banyak doa meminta pada sang pencipta dengan mata terpejam agar ia selamat.

"Riko, nyali juga lo." Suara itu suara yang sudah tak ia dengar selama ia lulus smp, dan suara itu membuat Alya merindu.

Dalam hitungan detik Alya mengintip dari celah kursi Halte jantungnya hendak meloncat ketika matanya melihat Pandu berada di barisan depan SMA INDAH.

Pandu, mulutnya lantang melantunkan nama itu.

"Hm, lo kira gue mundur?" Ucap Riko tak kalah sinis.

Tak selang lama terlihat kedua pihak saling menyerang, memukul, menendang mengumpat.

Reflek Alya kembali memejamkan mata, ia takut

Takut pandu terluka.

•••••


Benar bus tak ada yang lewat, sia-sia sudah Alya menunggu.

Mending tadi aku ikut Adel gerutu Alya, mulutnya tak berhenti ngedumel karna sifatnya yang begitu keras namun akhirnya menyesal

Bunda? Ah gak mungkin aku telfon bunda, bunda sudah cukup terbebani mana mau aku menambah penderitaan bunda Batin Alya membenarkan

Semenjak Ayahnya tidak ada Bunda bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup.

"Kaaakaak."

Alya pun memutar badanya hendak memastikan suara apa itu, matanya hampir terlepas dari tempatnya kala melihat anak kecil duduk dipinggir jalan bersebrangan dengan berdirinya Alya.

"Kenapa adek?" Tanya Alya lembut berjongkok dihadapan anak tersebut

"Aku hiks hiks, aku mencari kakaku yang sudah 2 hari tak hiks enggak dirumah." Jawab anak tersebut menangis sesenggukan.

"Nama kamu?" Tanya Alya mengelap air mata anak tersebut, ia benci air mata ia berjanji tidak akan menangis cukup ia menumpahkan seluruhnya untuk sang ayah.

" Pilar" Jawab anak itu menatap Alya "kakak kenal sama kakaku?" Tanya anak itu penuh harap

"Siapa nama kakakmu?" Ucap Alya ragu dan ikut duduk disamping Pilar

"Kak Pandu."

Jantung Alya kembali bermaraton kala mendengar nama tersebut

Nama Pandu banyak Al cicitnya dalam hati

"Kak?"

"Eh? enggak kakak gak kenal." Tutur Alya menatap anak tersebut

"Kakak mau bantu Pilar?" Ucap anak tersebut menatap Alya "Pilar takut, kalau kak Pandu enggak pulang" Sambungnya begitu lugu, sampai-sampai Alya tak tega melihatnya

"B..bisa" Balas Alya kembali meragu.

•••••

"Biasanya kak Pandu nongkrong disini kak." Ucap Pilar yang kini tangannya bergandengan dengan Alya, mereka kini berdiri disebuah rumah kecil namun bergaya klasik.

"Kok kamu tau?"

"Pilar pernah diaja kak Pandu kesini nganter makanan buat temen-temenya " Jawab anak tersebut dengan polos "ayo kak kita ketuk, siapa tau kakak aku beneran disitu." Sambung Pilar menarik tangan alya

Tok tok tok

Alya mengetuk pintu tersebut ragu,oh hatinya mengatakan bahwa Pilar hanya mengarang tempat tongkrong kakaknya

Ceklek

"Pilar?" Tanya seseorang yang membuka pintu, Alya tampak pernah melihat orang ini namun dimana?

"Siapa Ka?"

"Adiknya pandu" Jawab cowok

"Kak panduuuu" Pekik Pilar melompat girang dan berlari kearah-

Kearah Pandu

Pangeran esku....

Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang