Lorong

260 35 6
                                    

"Oke lo dah siap? dah bawa dokumennya kan?" Jelentreh Farah menaruh setumpuk kertas dimeja "kita gak bisa balik kalo ada yang ketinggalan."

Alya mendengus, sungguh ia males.

"Far, bisa gak sih gue gak ikut? gue pusing." Keluh Alya

"Basi," Ujar Farah "Yok berangkat nanti telat."

Dalam perjalanan menuju SMA Indah Alya hanya berdoa agar terjadi sesuatu namun bukan sesuatu yang tidak baik, ia berharap acara tersebut dibatalkan.

Farah yang duduk disamping Delon menatap Alya lewat kaca mobil, terlihat jelas wajah Alya gugup.

"Are you okay?"

"Big No!" Geram Alya

Bisa-bisanya Farah menanyakan keadaanya, bukannya tadi Alya sudah bilang kali ini Alya benar-benar dalam keadaan yang kurang mood.

Diraihnya ponsel dari dalam tas, terlihat jelas 26 Line masuk dari Adel.

Del jemput gue tulis Alya untuk Adel

Tak selang beberapa Adel menelpon Alya

"Lo udah berangkat? dah sampe? tadi Ica telpon lo tapi gak diangkat."

"Gue..." lirih Alya "Lo jemput gue, please del." Sorak Alya tiba-tiba

Sekejap Delon dan Farah menengok kebelakang, tatapan mereka begitu bingung melihat tingkah Alya.

"Kenapa lo?"

"Lon balik yuuk" melas Alya dengan mata puppy eyes

"Najis"

"Hallo! Al? lo masih disitu kan?"

"Bt gue bye!"

Mobil Delon pun memasuki area sekolah Nusa Indah, begitu mobil terpakir dan bersiap untuk turun, pelipis Alya dibanjiri keringat.

"Ayo!"

"Sabar,"

"Arah mana nih?" Tanya Delon menatap SMA Indah

"Gak tau lon, tanya aja gimana?"

"Yaudah ayo."

Dari sebrang lapangan parkir mata Alya menangkap sosok Pandu sedang menshoot bola masuk ke ring, pelipisnya penuh kringat itu membuat pandu terlihat eksotik.

Alya sangat bersyukur bisa melihat Pandu bermain bola basket sungguh anugerah terindah memang.

Terlalu asyik melihat aksi Pandu, Alya tak sadar ia tertinggal dari Farah dan Delon.

"Farah? Delon?"

"Aduh gimana nih, gue gak tau ruangan osisnya mana, ahh telfon aja"

"Shit" Umpat Alya saat melihat layar hpnya menghitam

Sudah 3 kali Alya muter-muter SMA Indah namun ia tak kunjung menemukan ruang osis, ia ingin bertanya dengan murid SMA Indah tapi ia takut karena saat ia bertanya tadi bukannya ditunjukan arah ruangan osis malah sampai ke kantin sekolah.

Disini dilorong entah lorong apa, Alya celingukan kemana murid-murid tadi?batin alya bertanya.

Tiba-tiba seseorang menyentuh pundak Alya.

"Fero?"

"Ngapaiin lo?"

"Kangen Fero," Ucap Alya sembari memeluk Fero "Lo kok jahat gak pernah hubungin gue."

"Ish, najis Al" Ucap Fero melepas pelukannya pada Alya "Gue rasa lo yang gak bisa dihubungi." Sengit Fero

"Ahh! gue lupa gue ganti hp makannya semuanya diganti."

Tanpa sadar terlukis senyum lega pada bibir Fero, ia sangat suka melihat gadis didepannya dengan senyum atau tawa bahkan cengiran diwajah, kalaupun gadis ini tidak menutup hati Fero akan memasukinya dari dulu.

"Fer..ouww" panggil Alya dengan mulut layaknya Dori di film animasi.

"Ruang osis?"

"Ahh! iya anterin yuk gue ada rapat soalnya, dah telat 30 menit." Jawab Alya begitu antusias dan semangat "Arah mana?"

"Lurus"

Tanpa sadar tangan Alya menggenggam jemari Fero agar mengantarnya ke ruang osis, dilain sisi Fero merasakan getaran kuat berdesir didadanya.

Didalam sudut yang berbeda terdapat sosok yang sedari tadi memata-matai aktivitas Fero dan Alya, sosok itu berada di balik tembok, tanpa sadar jemari tangannya mengepal kuat hingga kukunya memutih dan menusuk telapaknya.

*****

"Kemana aja lo tadi?" Tanya Ica menghampiri Alya yang sedang melihat mading diluar ruang osis.

"Tadi gue ditinggalin sama farah yaudah gue bingung."

"Bukan karna Pandu?"

"Gak lah gue tadi lietin orang main basket."

"Kayaknya ada yang keceplosan nih." Goda Ica menoel pipi Alya yang sudah bersemu.

"Hai ca"

"Oh hai Deka"

"Alya ya?"

"Iya"

Terlihat Pandu diam dan dingin dari biasanya tatapannya tidak bersahabat.

"Pandu, tangan lo kenapa?" Tanya Ica melihat telapak tangan pandu terdapat bercak merah.

"Bukan urusan lo!" Sinis pandu namun matanya menatap tajam kearah Alya, dalam seperkian detik Alya merasa ada sesuatu pada Pandu yang menyangkut tentang dirinya, setelah itu Pandu pergi meninggalkan mereka.

"Kenapa Pandu?"

"Gak tau Ca, tiba-tiba kayak anjing laper gitu." Jawab Nino teman Pandu

"Palingan dia lagi ada masalah lagi sama bundanya." Sambung Aldi

"Emm, Ca gue duluan ya mau cari Farah sama Delon."

Begitu Alya pergi ia mencari Pandu, entah dorongan mana membuatnya harus menemui Pandu, salahkan rasa cintanya yang begitu besar.

Dikursi dibawah pohon Mangga, Pandu duduk dengan pandangan angkuh dan dingin.

"Hai" Begitulah sapa Alya didepan Pandu

Nampak terkejut melihat kedatangan Alya, namun sesegera mungkin Pandu merubahnya dengan ekspresi datar.

"Boleh duduk?"

Pandu hanya diam dalam hati ia bertanya "kenapa juga pake nanya?" namun ada rasa kepo Pandu pun menggeser pantatnya.

"Kadang kalau ada masalah, tanpa sadar kita melampiaskan ke orang lain" tutur Alya

"Maksud lo?"

"Cuma ngomong"

Susasana kembali hening,Alya maupun Pandu tak ada yang bersuara mereka sibuk dengan pikiran kenapa setiap mereka harus ada kata akward

"Tangan lo kenapa?" Ucap Alya memecah keheningan, detik itu pula dia membuka tas gendongnya dan mengeluarkan hansaplast, kain kassa dan betadine "kalo luka harus dirawat" tutur Alya

"Boleh gue obatin luka lo?"

Kadang kita suka gak sadar siapa pembuat luka itu siapa yang mencoba mengobatinya, dunia itu banyak drama, kita sebagai aktornya dan takdir sebagai skenario.

Tangan Alya dan Pandu bersentuhan, ini kali pertama Alya menyentuh tangan Pandu, begitulah dengan Pandu ini kali pertama tanganya bersentuhan dengan Alya ada rasa lega dalam hati Pandu untuk saat ini.

"Udah" Ucap Alya mendongak menatap Pandu

Disitulah mata mereka bertemu jantung Alya kian berdesir hebat, secepat mungkin Alya memutus kontak mata karna ia tak ingin pinsan ditempat dan suasana kembali akward.

"Lo bawa itu semua? kemana aja?" Tanya Pandu ragu

"Ini?" tunjuk Alya pada kotak merah kecilnya "enggak aku juga bawa ini" tunjuk Alya mengeluarkan Bedak bayi, lotion bayi dan parfum bayi.

Dalam hati Pandu bergumam "ternyata lo gak pernah berubah masih kayak anak kecil"

Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang