Astaga dunia ini

367 40 3
                                    

"Kak Pilar rindu" Cicit Pilar berada pada gendongan Pandu.

Kau pasti tau hati wanita akan semakin tersentuh kala melihat cowok sepantaranya menggendong anak kecil, ya itu membuat Alya harus berusaha mengulum senyum dan menahan agar ia tak berteriak.

"Lo anak anak Tunas Raya?" Tanya cowok yang tadi membuka pintu.

Alya pun menganggukan kepalanya,

"Untung cewek kalo cowok habis lo sama pandu." Bisik Cowok tadi agar Pandu dan Pilar tak mendengar, lalu kembali masuk

Badanku menegang mendengar ucapanya, ya kali ini Alya memakai baju identitas tanpa jaket atau sweeter yang menutupi.

"Kak!" Pekik Pilar "Kenalin dia kak Alya." Ucap Pilar meminta turun dari gendongan Pandu dan berlari kearahku, Pilar menarik tanganku agar mendekat pada Pandu.

Astaga anak ini, semakin membuatku kalah kaprah

"Kak Alya ini kakaku namanya kak Pandu" Ucap Pilar begitu lucu.

"Udah tau" Ucap Pandu tanpa manatapku dan tetap menatap pada Pilar adiknya.

Wahai penghuni Dunia, Pandu!Alpandu mengenalku! Teriak Alya tentu saja dalam hati

"Kata Kak Alya, Kak Alya gak kenal kak Pandu, tapi kok Kak Pandu kenal kak Alya?" Tanya Pilar sedikit menautkan alisnya.

"Kamu kebanyakan pake kak" Balas Pandu meraih Pilar dan menggendongnya "Ayo pulang"

"Tapi kita anter kak Alya," Pinta Pilar bergelayut manja dileher Pandu "Soalnya aku yang minta Kak Alya nemenin."

Alya tak menyangka akan diantar pulang Pandu, Tuhan kalau ini mimpi jangan bangunkan aku ku mohon itulah pinta Alya.

Mereka menyusuri padatnya kota Jakarta dengan ocehan Pilar tak ada hentinya.

"Kak Alya, kakak satu sekolah sama kak Pandu?"

Mendengar pertanyaan Pilar, Alya pun menggeleng dengan senyuman diwajahnya.

"Kak Pandu kok bisa kenal?" Tanya Pilar pada sang kemudi disampingnya

Alya tercengang mendengara kalimat Pilar, tak urung ia penasaran dengan jawaban Pandu.

"Nggak kenal cuma tau."

Sudah jelas seorang Pandu tidak mengenal Alya.

Terpancar senyuman miris dibibir mungil Alya, ia meruntuki perasaan bodohnya.

"Dulu satu SD beda kelas, SMP juga" Sambung Pandu tetap fokus kearah depan,

Oh Astaga! Pandu kau patahkan hatiku kau juga penawar bagiku batin Alya menjerit-jerit dan kini pipinya memanas.

"Kak Alya gak kenal kak Pandu?" Tanya Pilar menghadap kebelakang

"Aku kira bukan Pandu ini, soalnya nama Pandu banyak" Jawab Alya grogi takut salah.

"Pilar kelas berapa?" Tanyaku tak mau suasana akward

"Umur 4, kelas berapa kak 4?" Tanya Pilar pada kakaknya, hal itu membuat Pandu menoleh pada Pilar dengan senyuman yang tak pernah Alya lihat.

" Belum sekolah" Ucap Pandu mengacak rambut adiknya gemas

Kaki Alya tiba-tiba terasa tidak mempunyai tulang, kejadian didepan matanya membuatnya semakin menjerit-jerit dalam diam.

Oh Lucunya,

"Belum sekolah kak." Ucap Pilar menghadapku "Kak Alya besok main kerumah Pilar ya." Pinta Pilar hendak melompat kekursi belakang

"Pilar." Tegur Pandu melihat polah adiknya

"Iya." Balas Alya mengangkat Pilar dan mendudukan disampingnya.

*****

"Eh sarap ngapaiin lo senyum-senyum!" Kesal Adel melihat polah Alya yang begitu berseri-seri

"Gue kelihatan seneng banget ya?" Tanya balik Alya.

"Lah gilak,"

"Del!" Pekik Alya mencengkram kuat bahu Adel

"Lah apaan anjir!" Ketus Adel menghempaskan tangan Alya

"Gue kemaren dianter Pandu pulang" Bisik Alya tepat ditelinga Adel

Bulu kuduk Adel meremang merasakan hembusan nafas Alya dan bisikan nama Pandu.

"OH GOD!" Pekik Adel membuat teman-teman sekelasnya menengok "ARE YOU SERIOUSLY?" Teriakan demi teriakan Adel tak tertahankan apa lagi kini tanga Adel mencengkram lengan Alya kuat.

"Eh Idiot! brisik amat lo!" Gerutu Raden teman satu kelas Alya dan Adel

"Dasar sirik, Tuyul berbulu lo!" Balas Adel tak terima dikatakan idiot

"Gak salah? lo yang kecil kunting gitu masak ngatain gue Tuyul." celetuk Raden mengulum senyum tolol

"Woi! gue sama Alya tinggian gue!" Teriak Adel menyangkut pautkan tinggi badan Alya,

"Apaan lo bawa-bawa gue?" Ucap Alya menatap Adel

"Hehe," cengir Adel "Raden mati ae lo!" Teriak Adel menarik Alya keluar kelas

"Cepet crita!" Raung Adel tak tahan layaknya anak kecil

Alya pun menceritakan semua secara rinci

"Penantian lo gak sia-sia,"

Alya membuang nafas "Maybe"

"Lo harus semangat"

*****

Di Cafetaria dekat SPBU diperempatan jalur SMA Indah dan SMA Tunas Raya
Alya menunggu seseorang, seseorang penyemangat layaknya Adel.

"Hai Al,"

"Hai cak" Balas Alya lantas berdiri memeluk sahabatnya Ica sahabat dari SD. Dan kini Ica bersekolah di SMA Indah, beruntung Alya mempunyai Ica dan Adel mereka selalu ada untuknya

"Gue kangen."

"Gue juga." Tutur Ica membalas pelukan Alya "Gak sama Adel?" Tanya Ica melepas pelukan

Ica tentu mengenal Adel, dulu Ica, Alya, dan Adel satu bimbel ketika hendak menempuh ujian nasional baik SD maupun SMP, dari situlah mereka kenal dan saling berbagi. Walaupun Adel tidak satu SD maupun SMP dengan Alya dan Ica.

"Adel ada urusan, saudaranya dateng"

Ica mengagguk paham

"Kata lo kemaren pulang sama Pandu?" Tanya Ica to the point "Kok bisa?"

Alya pun kembali menceritakan kronologisnya sesekali berteriak heboh

"Hai Ca!" Sapa seorang laki-laki yang memakai baju seragam sama seperti Ica

"Hai."

Give UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang