Part 7

20.3K 869 26
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku dan iska segera bergegas membereskan buku peserta alat tulis yang berserakan di meja kami.

"Ci, temenin gua ke toko buku dulu yuk. Gua mau beli novel keluaran terbaru" ajak iska yang sudah selesai membereskan bukunya.

"Boleh. Tapi lo bawa kendaraan nggak ?. Gua lagi males naik angkot" jawabku.

"Gua bawa motor. Tapi lo yang bawa yak" ucapnya dengan cengiran di wajahnya.

"Iya siap dah. Gua yang bawa nanti".

"Yaudah yukk cabut" jawab iska kemudian ia menarik tanganku menuju parkiran sekolah.

Kini, kami sudah sampai di parkiran sekolah. Aku langsung menaiki motor iska yang berada di depanku.

"Kuncinya mana ?" Tanyaku pada iska.

"Sebentar" ucap iska sambil merogoh tasnya mencari kunci motornya.

Aku menunggunya sambil mengecek ponselku yang sebagian isinya dari operator dan 1 bbm dari riko yang mengatakan dia sedang berkumpul bersama dion dan tidak bisa mengantarku pulang.

"Nihh kuncinya" iska menyodorkan kunci motornya tepat di depan wajahku.

Lalu aku menyambarnya tanpa berkata apapun.

"Gece naik" suruhku agar dia naik di belakangku.

"Sabar kelles" jawabnya.

"Pegangan yakk. Gua bawa motornya ngebut nih" ucapku memperingati.

"Iyaa bawel".

Lalu aku menstater motor itu dan mengendarainya dengan kecepatan sedang. Karena ini masih di lingkungan sekolah. Bahaya jika aku mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Nanti yang ada aku kena semprot dari guru - guru di sini lagi.

"Katanya mau ngebut. Alah ngomong doang luh !!" Ejek iska di belakangku.

"Sabar dong. Nanti kalo udah di jalan raya mah liat ajah. Gua bakal ngebut" jawabku dengan angkuhnya.

"Buktiin ajah !!".

"Oke !!. Di depan kita kan udah masuk jalan raya yak. Sekarang lo pegangan yang kenceng. Nanti terbang lagi" ejekku balik.

Iska menggeplak helmku dari belakang. "Aiih !! Jahat lohh. Gua nggak bakal terbang kali !!".

"Hahaha ... Kali ajah gitu. Siap - siap pegangan yakk. Di depan udah mau lampu merah. Gua bakal ngebut" teriakku.

Setelah itu aku mengendarainya dengan kecepatan tinggi menerobos lampu lalu lintas yang sudah berganti warna menjadi merah. Sialnya aku tidak melihat di depan sana ada polisi wanita yang sedang berjaga. Alhasil kami di berhentikan oleh polisi tersebut.

"Lo sih cii !!. Pake ngebut segala !!. Kalo motor gua di tilang lo harus tanggung jawab" ucap iska dengan kesal.

"Iyaa santai aja. Nanti gua yang akan tanggung jawab. Ini juga gua udah bbm sepupu gua buat dateng ke sini" jawabku dengan santainya.

"Selamat siang adik. Bisa di perlihatkan surat - suratnya ?" Tanya polisi itu dengan ramah dan polisi itu sangatlah cantik.

"Ini bu. Surat - surat saya lengkap ko. Tinggal surat nikah aja yang belum punya" celetuk iska sambil menyodorkan sim, stnk dan ktpnya.

Aku menoyor kepalanya pelan. "Ehh dongo !!. Lagian juga ibu polisinya nggak bakal minta surat nikah. Terlalu pinter sih lo !!".

"Nggak usah pake noyor juga kelles" sengit iska.

"Ehheemm. Begini adik - adik, surat - suratnya memang lengkap. Tapi, kalian harus saya tilang. Karena sudah menerobos lampu merah" jelas bu polisi.

My Husband Is A Police (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang