Penolakan

22 4 0
                                    

Ku fokuskan mata pada setiap sudut sekolah setelah menemukan karangan bunga melati di loker, mungkin ada tingkah mencurigakan yang akan kutemukan tetapi tempat ini sangat sepi tak ada siapapun selain diriku.

Tanpa berpikir pusing ku ambil bunga itu dan membawanya ke kelas, yah sialnya diriku bel telah berbunyi dan kelasku berada di lantai tiga sedangkan aku dilantai satu, ku langkahkan kakuku secepat kilat.

"Evelin tunggu diluar 15 menit." tutur Bu Tia, yang kebetulan baru saja duduk di singgasananya.

"Tapi Bu saya kan hanya terlambat 1 menit, masak dikurangi banyak banget." aku terus merajuk agar diizinkan masuk namun ternyata sia-sia saja.

"Saya bilang tidak ya tidak, oh iya bunganya sini bawa masuk biar ruangnnya wangi."

Dengan berat hati ku relakan melati itu berpindah tangan, entah mengapa dari sekian bunga yang menjadi favoritku bunga melati dan yang membuatku bingung siapa yang memberikannya nyaris tak pernah ada yang tau hal-hal kecil seperti ini tentangku.

Ketika semua orang telah pergi meninggalkan sekolah aku hanya tertunduk di depan gerbang, kaki ini terasa lemas tak bertulang, lagi-lagi pria itu selalu datang disaat seperti ini memberiku tumpangan, hatiku ingin sekali berkata iya tetapi pikiranku meghentikan, sekeras apapun aku menolak pria ini selalu saja tau apa keinginan hatiku lalu semua berjalan sesuai rencananya.

"Sean kalau kau terus mengajakku pergi seperti ini apa tidak apa-apa? apa kau tak pernah memikirkan karir dan para penggemarmu." gumamku seraya memasukkan nasi goreng sepesial yang disediakan restoran mewah, mepet sawah maksudnya.

"Aku ini hanya seorang model bukan artis papan atas, aku tidak akan kehilangan apapun tanpa penggemar. Tapi penggemarku itu sangat keren mereka selalu membuatku merasa lebih baik." jelasnya seksama membuatku terus mengangguk.

Alunan angin kecil menerbangkan rambut ku ketika motor yang Sean kendarai melaju melewati jalanan yang penuh dengan dedaunan yang mulai menguning dan berjatuhan.

Perasaan cinta, rindu dan kebencian berbaur menjadi satu dalam hati yang dipenuhi dengan luka. Mendadak pria itu menghentikan laju motornya disebuah jembatan layang, ia termenung memandang awan dari trotoar aku pun mendekat padanya menatap mata itu penuh tanya.

Beberapa saat kemudian pandangan mata itu beralih padaku, ia mendekapku dalam pelukannya lalu membisikkan kalimat "Aku mencintaimu, sejak saat aku melihatmu dan ketika aku jauh darimu aku masih terus memikirkanmu." kata itu sontak meluluhkan hatiku.

"Apakah kita bisa menjadi pasangan kekasih?" ia berucap dengan mata berbinar-binar.

"Maaf tapi aku tidak bisa untuk saat ini." entah mengapa aku berucap seperti itu, ini kah pilihan yang terbaik.

TBC,

Terima kasih sudah terus membaca, jangan lupa tinggalkan jejak dan bisa juga yang mau kepo dengan tulisankku lainnya di http://transfusimimpi.wordpress.com/ see you.

Look at meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang