3. Kareina

358 202 222
                                    

Kareina berjalan santai melewati deretan kelas di koridor. Blazer OSIS terlipat rapi di tangan kiri, sementara tangan kanannya mendekap buku-buku administrasi. Hari ini ada jadwal workshop bersama seluruh perwakilan pengurus OSIS SMA-sederajat di pusat kota.

Saat berbelok setelah menaiki tangga, ia melihat rekan kerjanya sedang berjalan di arah berlawanan dengan jaket berbahan denim yang melekat di tubuh jangkungnya.

"Baru dateng, Dim?" Karei menghentikan langkah, begitupun Dimas.

Dimas menyugar rambut ke belakang. "Iya, lo duluan aja nanti gue nyusul."

"Okay."

Tanpa banyak tanya, gadis dengan sepatu hitam bertali putih itu melanjutkan langkah menuju tujuan awalnya, ruang osis.

Sesampainya di depan ruangan ia mendorong pelan daun pintu yang ternyata tak dikunci. "Assalamu'alaikum." Karei mengucapkan salam karena yakin ada orang di dalam. Terdengar jawaban dari sudut, ia menoleh dan mendapati seseorang tengah berkutat di depan komputer ruangan ini. "Pagi-pagi udah di sini aja, Gam?"

Karei meletakan buku yang ia bawa di atas meja, dan berjalan perlahan ke arah Agam, sekretaris dua, setelah Kanaya.

Agam menoleh dan tersenyum kecil melihat Karei. "Iya, ini proposal maksa banget."

Karei manggut-manggut. "Maklum lah, acaranya kan sebulan lagi."

Selain promnight, sekolah ini juga sedang mempersiapkan ajang olahraga tahunan yang diberi nama Leo's Competition. Sesuai namanya, kegiatan ini memperebutkan piala berbentuk kepala sang raja hutan. Ada beberapa cabang yang dilombakan, salah satunya basket. Banyak penonton, luar atau pun dalam sekolah, yang ikut memeriahkan. Terutama kaum hawa. Tapi sepertinya, mereka lebih memperhatikan postur tubuh pemain daripada teknik yang digunakan.

"Iya, ini juga molor banget." Agam nyengir. "Salah gue juga, sih."

"Gak apa, yang penting sekarang udah lo kerjain." Karei memperhatikan keadaan ruangan tempat biasa ia bekerja bersama rekan-rekan. "Sendirian aja lagi, kesian banget. Berasa jomblo sejati, ye?"

"Gak lah, kan ada lo." Kekehan keluar dari bibir Agam.

Tak urung Karei ikut terkekeh. "Yee, jomblo ngajak-ngajak."

"Lagian gue gak jomblo juga sih, Rei."

"Apa dong?"

"Single."

"Itumah sama aja." Karei mencebik. Ia memakai blazer, kemudian menarik kursi dan duduk di samping Agam.

Agam kembali terkekeh. "Mau kemana, Rei?" Sambil mengetik, sesekali ia melirik gadis yang sedang memperhatikannya. "Workshop hari ini bukan, sih?" Atau lebih tepatnya, memperhatikan tulisan yang ia ketik.

"Iya, ini juga mau pergi."

"Oh, jauh gak?"

"Gak tau gue juga tempatnya. Serah yang bawa aja." Karei mengambil salah satu arsip dekat komputer.

Agam mengernyit sedetik. "Lo pergi sama siapa emang?"

"Sama gue."

Bukan Agam atau Karei yang menjawab, yaiyalah. Keduanya menoleh ke asal suara. Di sana, berdiri Dimas dengan blazer melapisi seragam. Tangan kanan ia kaitkan di kenop pintu serta yang kiri di saku celana.

"Pagi-pagi udah berduaan aja kalian," goda Dimas. Karei bangkit mendekat ke arah laki-laki itu, membawa beberapa berkas, dan hendak memukul Dimas dengan tangannya yang bebas. Dimas sigap menghindar. "Whoa, pis bu, pis."

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang