9. Raja Salman

239 92 158
                                    

"Raja Salman di Bali, disambut tari pendet..."

Karei menguap, ia menyandarkan punggung di sofa. Jarinya menekan remote tv, yang sebelumnya ia ambil dari meja, untuk memindahkan saluran.

"Hari pertama liburan di Bali, Raja Salman di sekitar Nusa Dua..."

Gadis yang sedang tak mood menonton itu, langsung mengganti channel lagi. Dari kemarin berita yang ditayangkan selalu ini. Sungguh, ia bosan. Matanya kembali terpejam perlahan.

Ini hari Minggu, me time-nya. Matahari sudah berada tepat di atas kepala, dan sekarang, Karei baru bangun tidur.

Biasanya, hari Minggu ia dedikasikan untuk malas-malasan. Kegiatannya cuma berputar di; nonton tv seperti sekarang, baca novel, ngemil, tiduran, main ayunan di halaman belakang, gangguin Kinar, atau stalk Ardi.

Iya, Karei rutin jadi stalker Ardi seminggu sekali. Semua akun sosmed yang Ardi punya tak pernah lepas dari pengawasan Karei. Itu salah satu caranya untuk mengetahui tentang Ardi, seperti yang Mama sarankan dulu. Dan terbukti, cara itu berhasil. Karei jadi tahu kegiatan Ardi dari postingannya.

"Nonton apa, Kak?"

Itu suara Keila, adiknya yang pertama. Dia kelas sepuluh sekarang, satu sekolah dengan Karei. Umur mereka memang tak terpaut jauh, hanya dua tahun. Keila berperawakan hampir persis dirinya; iris mata berwarna coklat kelam, kontras dengan kulit putih sedikit pucat, dan bulu mata lentik alami, serta alis tebal yang menyatu. Karei selalu suka jika memandang mata adik-adiknya, rasanya seperti bercermin.

"Tau nih, bosen," jawabnya sambil mengedikkan bahu sekilas.

Keila manggut-manggut, dia ikut duduk di samping kakaknya.

"Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Mohammed bin Saud..."

"Gila, namanya panjang bener." Keila tertawa sambil mengambil camilan di atas meja.

Karei mendengus. "Emaknya ngelahirin dia di kereta kali, Kei."

"Wuanjir lo, Kak, gak sopan sama Raja." Keila kembali tertawa melihat kakaknya yang cemberut. "Gue bilangin Mama, tau rasa lo," lanjutnya menggoda.

"Bilang aja."

"Wah, nantangin ya lo."

"Bilang, Kei, bilang aja!"

Keila mengangguk meremehkan, ia menarik napas lalu mulai berteriak, "MAAAAM-"

"Tinggal gue bilangin lagi, Keila ngomong pake lo-gue sama Kakak tercintanya ini," potong Karei, membuat Keila mengurungkan niatnya seketika.

Masih ingat? Mama tak menerapkan sistem gue-lo di rumah ini.

"Mampus." Karei tersenyum penuh kemenangan. Ia mengambil camilan di tangan Keila, kemudian menekan remote lagi.

"Sisi lain kunjungan Raja Salman ke Indonesia yang jadi sorotan..."

Karei menyemburkan kripik di mulutnya, ia menggerutu sebal. "Ini kagak ada berita lain apa? Kok isinya Raja Arab semua, heran gue."

"Mampus," balas Keila menirukan nada Karei tadi. Gadis itu bangkit, melemparkan bantal tepat ke muka Karei. "Mandi sono, bau tau!" ucapnya sambil menjulurkan lidah, kemudian langsung berlari ke arah tangga sebelum terkena kemarahan kakaknya.

Karei mendengus, lagi. "Punya adek kok gini banget," gumamnya sambil kembali melempar bantal ke ujung sofa.

Gadis dengan baju tidur bergambar Hello Kitty berwarna pink itu kembali menggerakan jarinya di atas remote. Semoga siarannya bukan tentang Raja yang datang berkunjung itu lagi.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang