Abi menjatuhkan tubuh Disa beserta dirinya keatas kasur. Ia memerangkap tubuh Disa diantara kedua lengannya dengan tatapan mendamba. Bibirnya melengkung keatas, jemarinya ia mainkan diwajah Disa. Disa pun ikut tersenyum lembut dengan tangan yang memeluk leher Abi. Ia mengeratkan rangkulannya dileher Abi sebelum menarik kepala Abi mendekat padanya.
Satu ciuman ia daratkan dibibir Abi. Disa melepaskan rangkulannya dan beralih menangkupkan tangannya diwajah Abi, dahinya mengernyit tipis saat tangannya meraba-raba rahang Abi.
"Kamu belum cukuran?" Tanyanya. Abi menggeleng sembari menyamankan posisinya agar tidak sepenuhnya menindih Disa. Ia lalu menciumi wajah Disa, mulai dari kening sampai yang terakhir bibir yang sangat dirindukannya itu. Abi rindu saat-saat bibir mereka saling melumat. Rindu saat tangan gadis itu menyentuhnya dengan lembut yang sarat akan kasih sayang. Abi rindu segala sesuatu tentang Disa.
"Besok nggak usah masuk kuliah ya?" Pinta Abi dengan tatapan memohonnya.
Disa tersenyum dan mengangguk, ia lalu mendorong Abi agar bangun dari posisinya, membuat Abi menatapnya bingung. Abi kira mereka akan saling melumat dan berpeluh bersama sampai besok pagi, atau kalau bisa sampai malam harinya lagi. Tapi yang dilakukan Disa malah menariknya kekamar mandi dan menyuruh Abi menunggu entah untuk apa.
"Kita mau main disini?" Tanyanya polos yang dibalas delikan Disa.
"Aku nggak mau main disini. Sakit." Ujarnya dengan bibir mengerucut, ia kembali meningat tragedi morning sex yang mereka lakukan didalam bathub beberapa bulan lalu.
Abi terkekeh sekilas dan saat matanya melihat Disa yang masih sibuk didepan laci wastafel, ia mendekat dan memeluk Disa dari belakang seraya memainkan bibirnya dileher gadis itu. Leher selalu menjadi bagian favoritnya setelah bibir dan dada Disa.
"Nah, ketemu." Disa mengambil alat cukur dan krimnya. Ia berniat mencukur bulu-bulu halus yang mulai tumbuh dirahang Abi.
Abi yang mengerti kemudian mengangkat Disa, mendudukkannya disamping wastafel. Disa dengan telaten mengoleskan krim pencukur ke rahang dan dagu Abi. Wajahnya sangat serius, membuat Abi gemas sendiri dan langsung mencium bibir Disa dengan cepat.
Disa reflek memekik dan memelototkan matanya kearah Abi. "Abi!" Pekiknya kemudian membersihkan noda krim pencukur yang ikut mengotori bibirnya. Abi hanya tersenyum sembari tangannya ikut membersihkan sudut bibir Disa.
"Oh. Udah mulai berani manggil aku tanpa embel-embel 'Kak', he?"
Disa menjulurkan lidahnya sekilas, tak menghiraukan Abi yang ia tahu hanya pura-pura marah saja. Gadis itu lalu kembali sibuk dengan rahang Abi yang kini sudah rata terolesi krim pencukur. Lalu dengan pelan ia menjalankan alat cukurnya dirahang dan dagu Abi, sementara tangan Abi melingkari pinggangnya dengan erat.
Mata Abi fokus memandangi wajah Disa yang sangat serius itu. "Kamu cantik banget sih? Mukanya kelihatan berseri-seri gitu." Godanya.
"Aku kan emang cantik." Sahut Disa cuek membuat Abi tak tahan untuk tidak menyerang bibir ranum itu lagi. Disa berdecak kesal, matanya menatap jengah pada Abi. "Nanti dulu. Ini nanggung nih!" Omelnya. Abi menurut saja, toh selepas ini dia akan menyerang Disa sampai puas.
Tak sampai setengah jam, Disa menurunkan tubuhnya dan menundukkan kepala Abi agar lebih dekat dengan kran di wastafel. Disa berdiri disamping Abi lalu menangkupkan tangan kanannya untuk menampung air yang kemudian ia usapkan diwajah Abi.
"Nggak sekalian mandi?" Godanya lagi. Disa menggeleng sembari mengambil handuk kecil milik Abi. "Nggak mau ah. Dingin." Balasnya.
"Abis mandi nanti aku angetin." Abi mengerlingkan matanya membuat Disa mengernyit dan tertawa pelan sambil membereskan alat-alat bekas cukuran tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DisAddict [TAMAT]
Romance[Sebagian Part Sudah Dihapus] Info lebih lengkap ada didalam. *** "Kamu makin cantik kalo lagi marah kayak gitu... bikin gemes." Bisik Abi, membuat Disa mencibir seraya menjauhkan wajah Abi dari bahunya. "Mau nggak?" tanya Abi lagi. "Mau apa?" tanya...