0.1

3.4K 490 8
                                    






Seperti hari-hari sebelumnya, seorang gadis yang memiliki darah keturunan Thailand bernama Lisa itu kini disibukkan dengan kegiatan sehari-harinya yaitu berkelahi atau lebih pantas disebut dengan tawuran antar sekolah.


Padahal Lisa sendiri sadar bahwa sebentar lagi adalah waktunya masuk dan gerbang sekolah akan ditutup. Namun bodohnya sekolah yang merupakan rivalnya ini malah mengajaknya berkelahi.


Entah sejak kapan kedua sekolah ini mengibarkan bendera perangnya, yang Lisa tau hanyalah sekolah sebelah selalu mencari masalah dengannya.


Ditemani oleh kawan-kawannya atau biasa disebut Pablo, Lisa dapat dengan mudah mengalahkan rivalnya itu. Memang sejak awal pertarungan mereka dimulai, Epik High School tidak dapat terkalahkan. Apalagi semenjak Epik High School berada dibawah pimpinan Lisa, otaknya yang cekatan dapat dengan cepat membuat strategi untuk melawan musuh.


Seringkali acara perkelahian mereka terhenti karena kedua belah pihak sekolah menangkap basah mereka yang sedang berkelahi. Namun memang merekanya yang keras kepala sehingga mereka mengulangi lagi dan lagi.


Dengan nafas yang masih tersengal-sengal akibat kelelahan, Lisa menghampiri lelaki yang kini sudah terkapar lemah di aspal dengan lebam-lebam yang menghiasi wajahnya. Tak lupa ia perlihatkan raut wajah meremehkan kepada lelaki itu.


"Masih gak bisa nerima kekalahan, hm?"

Lelaki itu berdecih lemah mendengar perkataannya Lisa, bahkan untuk berbicara saja mungkin dia sudah tidak sanggup.


Lisa mengibaskan tangannya keudara tak peduli dengan decihan yang dilontarkan lelaki tadi.


"Gue gak akan kalah sampe kapanpun dari lo, Lis!" teriak lelaki itu, suaranya terdengar lemah namun menantang.


Lisa berbalik menghadap lelaki tadi, "Denger ya, Kim Hanbin yang terhormat, lo terima aja kekalahan lo sekarang. Daripada lo capek-capek ngerusak muka lo yang udah jelek itu."


Masih dengan tatapan datarnya, Lisa mencengkram pelan dagu Hanbin. Disekanya darah yang mengalir disudut kanan bibir Hanbin.



Ia pun merogoh saku seragam sekolahnya yang sudah sangat kusut itu, "Lo emang musuh gue, tapi ini waktunya sekolah. Kalo lo sampe di drop out, musuh gue buat berantem kayak gini bakal berkurang."

Hanbin menatap Lisa dengan tatapan tajam, ia merasa terhina melihat Lisa memberikannya sebuah plester.

"Woi, cabut kuy! 5 menit lagi gerbang bakal ditutup, gue gak mau ya sampe kalian ada yang cabut!" Lisa melenggang pergi begitu saja meninggalkan Hanbin yang masih memberinya tatapan tajam.

Lisa merogoh lagi sakunya untuk mengeluarkan beberapa plester yang ia simpan untuk berjaga-jaga, "Tutupin luka lo semua, kita mau sekolah bukan mau nongkrong."

Inilah sisi asli Lisa, gadis yang memiliki rasa peduli serta perhatian yang tinggi jika sudah bersama dengan orang-orang terdekatnya.

"Rapihin juga baju lo, seenggaknya jangan sampe kusut banget kayak belom disetrika. Gue malu nanti jalan sama lo semua."

Persetan dengan penampilannya yang masih terlihat berantakan saat ini, yang akan Lisa lakukan adalah belajar. Bukan fashion show. Jadi tak masalah jika tampilannya kini sangat jauh dari kata rapi.


---

kalo vote sampe 70-an lebih dan yang comment juga banyak, akan mempercepat update ya guys

ada kemungkinan double update juga!

so let's vote and comment!

The Reason; LisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang