Chapter 36-

201 14 0
                                    

Tidak lah terlihat menyenangkan selain seorang ayah dengan anak putri satu satunya yang terlihat begitu akrab, walaupun sudah 7 tahun istrinya meninggal dunia karena melahirkan bidadari Tiara, anaknya tersebut."ayo ayah !" suara anak perempuan di kejauhan.
"sebentar nak, hosh hosh". berkata ayahnya terlihat menunduk sesekali dan terengah engah, sambil memegang dadanya.
"ah ayah ! biasanya ayah terus yang menang. !" Teriak anaknya sambil menggerutu.
"emangnya kamu udah menang ? hosh hosh, belom keles ! Tar liat, ayah balap kamu" ucap ayahnya yang terlihat pucat sambil berlari kecil.Seperti biasanya, hampir tiap hari mereka lari pagi, hanya saja sudah berminggu minggu mereka tidak melakukan hal tersebut.Selesai lari pagi, mereka pulang dengan terlebih dahulu melewati kios kios disepanjang jalan dengan berjalan kaki. Lalu mereka berhenti di sebuah toko mainan."yah, kapan ayah beli si teddy yang besar itu ? ayahkan bilang mau beliin." ucap sang anak lalu menunjuk ke etalase toko tersebut.
"iya nanti yah nak, kan kamu tau ayah sudah lama belum dapat kerjaan, bulan kemarin dapet duit dari om Rudi udah ayah pake buat bayar hutang hutang ayah,
itu saja bunganya masih banyak, belom lagi bayar sisa tunggakan SPP kamu, kalo ayah ga bayar SPP, nanti kamu ga bisa naik kelas ya sayang ayah."
ucap ayahnya sambil jongkok dan memegang lengan anaknya itu.
Tiara hanya menunduk saja sambil mengangguk.
"ya udah yuk, kita pulang ! ayah sudah lapar nih !" teriak sang ayah.
"tapi ayah, di rumah kan tidak ada makanan" ucap tiara
"yaaa nanti ayah masak apa yg ada di kulkas yaa, pasti enak kok." meyakinkan sang anak.
"ya udah ayo !" ucap Tiara sambil berlari.
"pelan pelan aja nak!" gumam ayahnya sambil berjalan.Keesokan harinya."Ya sudah kalau begitu, besok selasa pagi ya pak saya tunggu" terdengar suara seorang pria di telpon
"iya rud, mudah mudahan lancar besok ya, yah kira kira jam 7 kurang saya sudah sampai di klinik." ucap sang ayah di telpon rumahnya.
"baik, ya sudah begitu saja, hati-hati ya, terima kasih, selamat pagi." rudi mengakhiri pembicaraan ditelpon.

Hari selasa pun tiba, dan siang itu cukup terik, tetapi tidak bisa mengalahkan kebahagiaan seorang ayah yang ingin membahagiakan putri tunggalnya seorang. Walaupun dengan langkah yang perlahan, ia berniat untuk mampir ke toko mainan dan membeli boneka yang sudah 2 tahun anaknya inginkan itu.
Ia menatap etalase itu sambil tersenyum.
Tak lama, sampai lah ia dirumah.

"ayah pulang! Mana ya putri ayah! coba liat ayah bawa apa!" Teriak sang ayah dengan cerianya.
"ayaaaaahhh !! wahhhhh teddy besaarrr !! assikkkk !! sekarang aku udah punya teddy besar yaa ayah" sorak Tiara kegirangan.
"ayoo, kita rayakan hari ini dengan minum sodaaa!!" girang sang ayah
"asikkk" sambl meloncat loncat tiara.

Selesai minum, tiara melihat ayahnya seperti tertidur di meja.

"ayah" ia lalu berjalan mendekati ayahnya.
Sambil menggoyang goyangkan lengan ayahnya, tiara mencoba membangunkannya.
"ayah, ayah bangun, kok tidur sih ? ayah bangun!"
"ayah jng tidur.." mata tiara semakin berkaca kaca.
dan semakin keras ia menggoyang goyangkan tangan ayahnya "ayah banguunn ! .. ayah banguuunnn ..!"

Bapaknya pertama sudah menjual salah satu organ tubuhnya, salah satunya sebelah paru parunya, sehingga dia tidak cukup kuat untuk berlari, dan uangnya sudah habis untuk bayar hutang-hutang serta keperluan hidup sehari hari. Dan karena sudah kepepet untuk bayar SPP, dan kasihan melihat putrinya yg sangat berkeinginan mendapatkan boneka favoritnya itu, maka dari itu bapaknya terpaksa menjual ginjal untuk keperluan2 tersebut. Karena minum soda terlalu banyak, akhirnya tubuhnya tidak mampu menampungnya dan akhirnya meninggal dunia

Riddle StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang