Bab 6

621 66 42
                                    

"Kau ...." Mhaykl tidak dapat meneruskan ucapannya. Matanya terpaku pada sosok yang menghadang jalan. Wind terbingung-bingung dibuatnya. Mhaykl cepat-cepat menengok pada Wind. "Wind, ayo lari cepat dari sini. Magic mengatakan agar kita mengambil jalur kanan."

Wind mengangguk. Dalam hati super bingung. Ini ada apa sih? Berusaha mengabaikan keberadaan orang asing yang berdiri di tengah jalan tadi, Wind memacu kudanya mengikuti Mhaykl, berusaha menyusul.

Setelah cukup jauh dari orang tadi, Wind membuka suara. Matanya melirik ke balik bahunya dan memastikan orang tadi tidak mengejar mereka.

"Mhaykl? Kau mengenal orang tadi? Kenapa kita pergi? Orang tadi kelihatannya—"

Raut wajah Mhaykl menegang. "Tidak. Aku tidak mengenalnya. Orang tadi adalah pengemis jalanan. Kau lihat pakaiannya yang compang-camping tadi?"

Wind mengangguk. "Tapi, bukankah kita sebaiknya memberi sedekah pada pengemis?"

Mhaykl meliriknya tajam. "Jangan! Pengemis di sini sangat berbahaya. Mereka akan mengejar ke mana pun kita pergi, menempel pada kita selama-lamanya kalau kita memberikan uang pada mereka. Bahkan mereka akan menuntut kita untuk mengawini mereka. Begitu yang tertera di buku sejarah yang kubaca."

Wind masih tidak mengerti. "Berbahaya juga ya. Tapi, bukankah pengemis tadi terlihat kesusahan?"

Mhaykl mendengus. "Kau hanya melihat dengan mata telanjang. Pengemis tadi aslinya adalah Desemon. Iblis jahat yang menyamar. Aku bisa merasakan aura hitamnya. Jika kau melemparkan koin uang padanya, dia akan berubah wujud menjadi ...."

***

Noe berjalan-jalan riang sambil membaca novel roman kesukaannya. Perjaka muda itu sedang berkhayal menjadi tokoh utama novel. Jatuh cinta dan hidup bahagia selama-lamanya.

"Kasihanilah kami."

Hati Noe tersentuh dengan keadaan si pengemis itu. Tanpa pikir panjang Noe merogoh kantongnya dan melemparkan sekeping koin perunggu ke dalam mangkuk si pengemis. Dalam sekejap mata, si pengemis menyeringai dan sekujur tubuhnya mengeluarkan asap hitam yang berbau busuk. Noe melompat mundur beberaka langkah dan menutupi hidungnya dengan punggung tangan. Matanya membelalak.

"Gawat."

Asap hitam membumbung di sekeliling pengemis itu dan menampakkan sesosok makhluk aneh yang sepertinya merupakan wujud asli si pengemis.

"Desemon!" Noe tersadar.

Sosok berbadan manusia, berkolor hijau dan berkepala kuda itu berukuran dua kali lebih besar dari tubuh Noe. Cakarnya panjang nan tajam dan ekornya menegak lurus. Mata merah menyala si Desemon membuat Noe waspada. Noe menelan ludah, memasang kuda-kuda.

"KAWINI AKU! KAWINI AKU! KAWINI! KAWINI! KAWINI!"

"Babik!" Noe langsung mengambil langkah seribu begitu si Desemon tadi berusaha menerkamnya. Suara bencong si Desemon berulang kali, tanpa henti menuntut Noe untuk mengawininya. Noe meludah terang-terangan dan mempercepat larinya. "Matih! Matih! Jangan dekat-dekat! Tidaaaak!"

 "Matih! Matih! Jangan dekat-dekat! Tidaaaak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Holly Virgin HuntersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang