Aku menceritakan seluruhnya kepada Ayana begitu sampai dirumah. Tentang bagaimana dia menatapku sampai akhirnya dia yang namanya kuketahui sebagai Satria meninggalkan gerombolannya ketika digoda oleh salah satu temannya.
Lagi lagi diriku memikirkan apa alasan yang membuat Satria menatapku dengan matanya yang begitu tajam dan setelah itu meninggalkan gerombolannya begitu teman temannya menggoda dirinya tentang aku. Dan sampai sekarangpun aku masih tak bisa mengerti arti tatapannya. Apakah keberadaanku begitu mengganggu dirinya?
"Kira kira kenapa ya Ay dia natap gue kayak gitu?" Kami berdua sedang menyantap makan siang diruang makan. Ya! Hanya kami berdua, karena Mama dan Papa bekerja sepanjang hari dan Mas Adit sedang berada dikampusnya karena hari ini hari Kamis dan yang kuketahui yaitu kamis adalah harinya berkuliah.
"duh gatau deh gue Thal," Ayana meneguk air putihnya dari gelas sebelum melanjutkan bicaranya, "Maybe you have something special that makes him keep his eyes on you."
"I doubt it. Im not like you Ay. I dont have something special-"
"Cara pandang orang itu beda beda Thal, sampe kapan lo mau terus mikir kalo lo lebih buruk dari gue. Kita kembar Thal, otomatis kita sama. Lo cuma harus lebih percaya diri." Ayana menghela nafasnya frustasi. Dan aku masih diam akibat mendengar ucapannya. "Just please be positive. Maybe he likes you."
"But we are clearly different, i can proof it." Aku manarik nafas dalam dalam dan mulai berbicara, "First, you have your perfectly brains and im not even close to it. Second, you completly fine around new people when im actualy hate interacting with new people. Third-"
Untuk kedua kalinya di hari dan jam yang sama Ayana memberhentikan ucapanku, "Udah Thal, gue ngga mau lo ngebandingin diri lo sendiri sama diri gue. Gue Cuma mau ngeluarin opini gue. Yourself have something special that no one have it in theirselves, even me." Ayana pergi meninggalkanku yang mematung mendengarkan ucapannya.
^^^^^
Aku mendengar pintu depan rumahku terbuka dan menutup kembali setelahnya. Entah Ayana yang keluar dari rumah atau Mas adit yang baru saja pulang dari kuliahnya. Aku belum menemui Ayana setelah perbincangan dengannya saat makan siang tadi. Jika kalian berpikir bahwa aku akan marah kepada Ayana, aku yakin kalian salah besar. Aku sama sekali tidak marah terhadapnya. Kami sudah sering berselisih paham seperti tadi.
Aku menatap layar tv dengan tatapan kosong. Aku tidak benar benar memperhatikan apa yang kotak hitam itu tampilkan. Pikiranku fokus pada perbincangan aku dan Ayana tadi siang. Be positive, saran ayana terhadapku. Ayana tahu itu masalah terbesarku. Menjadi seseorang yang berpikiran positif dan percaya diri adalah kelemahanku. Kelemahan seorang Athala. Aku menarik nafas dalam dalam, mencoba untuk tidak terlalu memikirkan masalah ini, masalah Satria.
"Thal, tumben sendirian. Kembaran lo mana?" Aku tersentak kaget begitu mendengar suara Mas adit memasuki ruangan. Mas adit yang melihat reaksi kagetku hanya tertawa, "Makanya Thal, jangan bengong. Lagi kenapa sih? Marahan?"
Setelah Mas Adit duduk disebelahku, Aku segera melingkarkan lenganku di tubuhnya. Bisa dibilang ini posisi ternyamanku. "Ngga marahan juga sih Mas, kayak biasanya kita aja."
"Hmm, gara gara apaan nih?" Mas Adit mengelus kepalaku, "Gara gara cowok ya, Thal?"
Aku tidak mau memberi tahu Mas Adit masalah yang sebenarnya. Masalah Satria. "Gue bilang ke Ayana kalo otak gue ngga sepinter dia, terus gue gabisa berinteraksi sama orang baru yang jelas jelas berbanding terbalik sama dia."
"Kenapa lo bisa bilang kayak gitu sih? Be positive dong Thal, dan lo harus percaya kalo Ayana bisa lo juga pasti bisa. Kalian kan kembar." Lagi lagi, be positive.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Teen FictionIni cerita seorang Athala Aryska Febian, tentang seluruh kehidupannya di masa remaja yang sama sekali tidak ada kesan sempurna. Kehidupan keluarganya serta kehidupan percintaanya. Keluarga - semua orang menginginkan keluarga yang harmonis, begitupun...