Sesampainya dirumah sekitar pukul 7, aku langsung menuju kamar untuk beristirahat sebentar dan bersih bersih. Usai jam pelajaran terakhir yang melelahkan alias pelajaran matematika tadi siang, aku menyempatkan diri untuk mengunjungi markas ekstrakurikuler majalah dinding sekolah dan melakukan wawancara supaya bisa menjadi anggota disana. Ya, aku memilih mading sebagai ekskul utama ku di SMA Cempaka ini.
Setelah bersih bersih, aku berniat untuk turun dan makan malam. Jika diantara kalian ada yang bertanya, di keluarga kami sudah tak mengenal lagi apa itu makan malam bersama di rumah. Selain kedua orang tua yang sibuk dan jarang berada di rumah, aku dan Ayana pun memutuskan untuk makan malam di waktu semau kami. Mas Adit pun yang juga sibuk dengan kuliahnya lebih sering makan di luar dan sering pulang ketika sudah jam 9 keatas.
Ketika menuruni tangga, aku melihat Ayana yang sedang duduk di sofa dengan remot tv ditangannya, matanya sedang terfokus ke layar tv mencari cari saluran yang menarik untuk ditonton. "Nggak ada orang di rumah ya Ay?"
Mendengar suaraku, Ayana segera menoleh. "Iya Thal, Bi Tuti baru aja pulang ke rumahnya. Lo baru pulang ya? udah makan belom?"
Ada rasa ngilu begitu mendengar ucapan Ayana. Meskipun ini seperti hari hari biasanya, rumah sepi dan hanya ada aku dan Ayana, aku tetap merasakan ini seperti luka yang baru. Menghela nafas, aku berjalan menghampiri Ayana. "Iya baru nyampe tadi jam 7. Belom nih, lo udah?"
Ayana menepuk sofa disebelahnya yang kosong, mengisyaratkan aku untuk duduk disana. "Gue baru aja kelar makan tadi minta temenin Bi Tuti sebelum pulang hehe. Gue tadi denger lo masuk rumah sih, lo gimana tadi wawancara nya lancar?"
"Lancar dongggg dan gue diterima! Oiya tadi gue udah kenalan secara Official sama Satria." Aku memutar kembali kejadian tadi siang di depan lapangan indoor.
"Wah gimana gimana? Sini cerita Thallll."
Aku menceritakan secara detail kejadian di depan lapangan indoor tadi dengan antusiasnya. Tak lupa dengan bagian kesalnya Moureen yang membawa kamus dikedua tangannya seorang diri akibat aku yang mematung.
"Gue langsung kaku gitu pas dia bilang gue kaya magnet dan bukan cuma bola doang yang mau deketin..... ini berarti dia mau deket deket sama gue dong ya Ay?" aku hanya terkekeh sendiri membayangkan ekspresi Satria tadi siang. Cute.
"Kalo emang dia ngomong kayak gitu sih berarti iya Thal, duh semoga semakin banyak momen ya Thal kalian berdua. Gue suka denger lo cerita sambil senyum senyum gitu. By the way, buruan sana makan keburu malem!"
Aku melirik jam di dinding dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima belas. Dengan itu aku segera berjalan ke dapur dan makan malam yang kali ini di temani oleh Ayana.
Pintu depan rumah kami terbuka sekitar pukul 10 malam dan masuklah sosok Mas Adit dengan wajah kusutnya. Berhubung besok hari sabtu aku dan Ayana berniat menghabiskan malam untuk menonton film bersama, karena bila hari biasa pada pukul 9 pun kami sudah berada dikamar masing masing.
"Mas kenapa kusut gitu sih mukanya? Perasaan ini malem sabtu bukan malem jumat haha," sambutku begitu Mas Adit masuk ke ruang TV.
"Aduh iya nih, capek banget gue Thal, Ay. Abis dikerjain dosen."
"hah? Dikerjain gimana mas maksudnya?" kali ini Ayana yang menyauti.
"Gitu deh pokonya. Mending salah satu dari kalian ambiin gue minum deh. Nggak kasian apa liat Kakaknya baru pulang, ngos ngosan gini." Mas adit memasang wajah melasnya.
"Iyaudah gue ambilin nih Mas. Tapi temenin kita nonton film ya!" Tanpa menunggu jawaban Mas Adit aku langsung beranjak ke dapur dan mengambilkan minuman untuknya
"Film apaan? Gue males ah kalo nonton nya film korea." dari dapur terdengar suara mas Adit menjawab ajakan ku.
"Kita emang mau nonton film korea mas." kali ini suara Ayana yang terdengar.
"hmm yaudah nggak papa deh, barangkali ngangkat mood gue yang ancur ini."
"ASYIKKKK" Teriak ku dari dapur mendengar ucapan mas Adit.
-
Besoknya ketika aku terbangun, aku tersadar bahwa aku, Ayana, dan Mas adit teridur di sofa depan tv. Seingat aku, semalam film korea yang kami tonton belum selesai namun akibat kantuk yang menyerang, aku tertidur dan baru bangun saat ini.
Aku terlonjak begitu melihat jam dinding diatas televisi. Saat ini jam menunjukkan pukul delapan kurang 10 menit padahal hari ini ada rapat pertama yang harus aku ikuti di ekskul mading. Aku bergegas menuju kamar mandi meninggalkan Ayana dan Mas Adit yang masih tertidur dengan lelapnya.
Sekitar pukul delapan lebih dua puluh lima, aku turun dari mobil yang di kemudikan oleh Pak Kasim. SMA Cempaka di hari Sabtu ternyata tidak sepi seperti yang aku bayangkan. Di lapangan outdoor terdapat tim basket yang sedang bermain namun aku tidak ingin memperdulikan ini terlebih dahulu. Aku langsung berlari ke lantai dua dimana markas mading berada.
Athala, gimana sih lo bisa lupa pasang alarm!!!!!
-
Hallo sayang sayangku!! Ada yang kangen sama cerita ini nggak? Apa udah pada lupa ya? Maaf banget nih baru install ulang wattpad:( dan kaget banget kalo ATHALA YANG BACA UDAH 30K HUHU:(((( TYSM BTW, LOVE U!
KAMU SEDANG MEMBACA
Athala
Teen FictionIni cerita seorang Athala Aryska Febian, tentang seluruh kehidupannya di masa remaja yang sama sekali tidak ada kesan sempurna. Kehidupan keluarganya serta kehidupan percintaanya. Keluarga - semua orang menginginkan keluarga yang harmonis, begitupun...