7.

3.4K 109 3
                                    

Hari ini hari Jumat. Jam pelajaran pertama dikelasku adalah Bahasa Indonesia dan saat ini, aku bersama Moureen akan pergi ke perpustakaan meminjam kamus yang diminta oleh Bu Sandra. Koridor terlihat kosong dan sepi, yang meramaikan suasana sekolah saat ini hanyalah suara dari murid murid yang sedang berolahraga dilapangan. Kami baru akan menuruni tangga ke lantai dua tempat perpustakaan berada ketika aku melihat bola basket meluncur tepat didepan kakiku yang berasal dari lapangan indoor. Aku meraihnya dan berniat mengantarkan bolanya kedalam.

"Mou, temenin gue kedalem yuk. Ada bola basket nyamperin nih, berasa magnet gue." Moureen yang sudah berada di anak tangga terbawah tertawa kemudian memasang wajah cemberut.

"Ishh, lo sendiri aja gih, gue udah dibawah."

"Yah, masa gue sendiri?"

"Iya, gue tunggu sini." Aku memasang wajah memelas. Melihatku yang tidak bergerak, Moureen akhirnya berbicara lagi. "Gini deh, gue yang ambil kamus di perpus, nah lo balikin bola itu kedalem. Nanti lo nyusul ya."

"Tapi gue malu ahh Mou-"

"Kita ngga boleh lama lama ninggalin kelas, ngga enak udah ditungguin sekelas."

Memikirkan ucapan Moureen yang ada benarnya, akhirnya aku melaksanakan niatku untuk mengembalikan bola basket yang ada di genggamanku ke lapangan indoor. Baru memutarkan badan, aku disodorkan dengan sosok Satria dihadapanku. Dia berpakain olahraga dan keringat mengucur di dahinya.

"Kasih ke gue aja bolanya, jadi lo ngga perlu malu buat masuk kedalem." Satria menyeka keringat didahi dan aku bisa melihat cengiran diwajahnya.

Aku rasa pipiku memerah. Sudah berapa lama kira kira dia menguping pembicaraanku dengan Moureen?

Suara langkah kaki menuruni tangga menyadarkanku dari lamunan. Dengan segera, Aku menyodorkan bola kearah Satria. "Thanks." Aku melemparkan senyum.

"Sat, lama banget lo ngambil bola doang. Ayo, udah ditunggu Coach." Seorang yang kukenali sebagai teman segerombolannya Satria, memunculkan kepalanya dari dalam lapangan.

Satria memutarkan tubuhnya 180 derajat dan menutupi temannya dari pandanganku. "Uhm, iya tadi bolanya main ke lantai dua. Jadi gue ngambil dulu kebawah."

"Oke, masuk buruan." Ucap temannya lagi. Sedetik kemudian, ia menghilang kedalam lagi.

Helaan napas Satria terdengar, kemudian ia memutarkan tubuhnya lagi menghadapku. "Thanks juga." Satria menunjuk bolanya kemudian tersenyum. "Kalo gitu, gue kedalem dulu." Satria mengulurkan tangannya, yang hanya ditatap bingung olehku. Ia kemudian menggoyangkan tangannya meminta disalami. Aku baru tersadar bahwa aku belum memperkenalkan diri.

"Oh, gue Athala." Aku menerima uluran tangannya. Kami bersalaman beberapa detik, setelah itu Satria melepaskannya, dan berlari kecil kedalam lapangan.

Aku memandangi punggungnya, kemudian dia berbalik menatapku. Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah tanaman yang berada didekat tangga. "Iya bener lo kaya magnet dan bukan cuma bola doang kok yang mau nyamperin lo." Setelah mengucapkan itu, dia berlari lagi dan menghilang kedalam lapangan. Meninggalkanku yang berdiri kaku.

^^^^^

Pelajaran Bahasa Indonesia telah usai sekitar dua jam yang lalu. Sekarang adalah jam pelajaran Matematika, namun Pak Arifin belum juga memunculkan dirinya setelah 15 menit yang lalu bel masuk tanda habisnya istirahat berbunyi.

Moureen masih saja diam disebelahku dan aku sama sekali tidak betah dengan situasi seperti ini. "Mou, ayo dong maafin gue. Gue beneran lupa lo nyuruh gue kebawahhhh."

Moureen menghadapkan tubuhnya kearahku. "Lo kan cuma masuk ke lapangan indoor berapa menit sih? Paling juga kurang dari 10 menit kan? Masa iya lupa sama gue yang bawa kamus 30an biji dari lantai dua ke lantai tiga sendirian? Kamus kecil sih, tapi tetep aja lumayan." Moureen memijat lengannya.

AthalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang