Second First Date

162 19 0
                                    

Seketika kamu bangun, tanganmu meraih smartphone mu di atas nakas. Matamu melihat ke arah jam digital yang terpampang di smartphone mu. Pukul 2 pagi. Mimpimu tadi terasa begitu nyata, kamu mendudukkan tubuhmu di atas ranjang. Mata mu melirik ke atas nakas, amplop putih terletak di sana.

Kamu raih amplop itu dan membukanya, isinya masih sama. Hanya saja nama "Kim Namjoon" yang tadinya tertulis dengan tinta hitam, kini menjadi merah.

"Astaga mimpiku begitu nyata. Dan apa-apaan kenapa di mimpiku Rap moster melamarku? Apakah aku tertular virus Chaerin?" Kamu berbicara pada dirimu sendiri. Bingung masih menjalari perasaan mu saat ini.

"Sudahlah, masa bodoh dengan itu. Aku mau tidur lagi."

Kamu kembali berbaring dan memejamkan mata. Tetapi, baru beberapa menit matamu terpejam. Smartphone mu berbunyi.

Ternyata ada line masuk, kamu melihat siapa pengirimnya. Kim ssaem. Kamu memang memiliki kontak dosenmu, tetapi tidak untuk yang satu ini. Kim ssaem adalah dosen killer yang sangat galak, lagipula dia tidak menjadi dosen pembimbingmu jadi kamu tidak memiliki kontaknya.

From: Kim ssaem

Nona (y/n) jangan lupa datang ke rumahku hari ini. Janjimu mengumpulkan tugas.

Kamu bingung membaca pesan itu, sejak kapan seorang Kim ssaem berbicara dengan bahasa tidak formal? Kamu juga ingat tidak pernah berhutang tugas, apalagi membuat janji dengan Kim ssaem. Tapi kamu hanya mengabaikannya. Kamu melihat jam digital yang ada di smartphone mu. Pukul 6.

"Kenapa pagi begitu cepat tiba?" Geram mu, kamu beranjak untuk mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian kamu menyiapkan laptop dan segala print out tugasmu--berjaga karena tidak tahu tugas apa yang dimintanya. Kamu duduk di sofa sambil memakan sereal mu. Kamu hanya menatap kosong pada layar tv, acara tv pagi ini tidak ada yang menarik.

Segera setelah selesai sarapan, kamu membereskan mangkuk mu, dan bergegas keluar apartemen. Entah kerasukan apa, kamu seperti sudah tahu dimana letak rumah Kim ssaem. Walaupun kamu tidak pernah ke rumahnya, dekat dengan orangnya saja tidak.

Kamu menaiki bus seperti biasa, turun di halte dan berjalan agak terburu. Tidak sampai 10 menit kamu berjalan dari halte tadi, kamu sampai di depan rumah bercat putih yang sederhana. Rumah itu kamu yakini sebagai rumah Kim ssaem.

Kamu memencet bel. Sesorang langsung membukakan pintu pagar untukmu. Lelaki tinggi dengan bahu yang lebar, mengenakan kemeja biru tua dengan lengan yang digulung hingga ke siku dan celana jeans. Kamu menganga untuk sementara waktu. Terkejut tentu saja, Kim ssaem yang kamu tahu adalah pria tua yang sudah tidak tegap lagi, dengan rambut yang sudah mulai putih, dan juga dia tidak setinggi ini.

"(Y/n) cepat masuk." Titahnya, kamu hanya menurut.

Mengekori nya memasuki rumah, kamu masih bingung. Tapi dengan segera kamu tersadar. Itu Jin.

"Jin?"

"Tidak sopan sekali kamu dengan dosen, bagaimana dengan nilaimu nanti eoh?" Omel Jin padamu.

"Jin personil Bangtan bukan?"

"Aigoo... kepalamu sepertinya terbentur. Apa kau sakit?" Jin menempelkan punggung tangannya pada dahimu.

"Aku memang Jin, tapi aku adalah dosen dan bukannya anggota boyband."

"Jadi ssaem, tugas apa yang harus kukerjakan kali ini." Tiba-tiba kamu seperti mengingat kebiasaan Jin saat memanggilmu ke rumahnya.

"Aku tidak akan menyuruhmu mengerjakan tugas. Aku hanya ingin melihatmu."

"Tapi ssaem--"

"Kenapa tidak pernah menurut? Aku sudah menyuruhmu memanggilku oppa bukan?"

Seven First DatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang