Fifth First Date

112 20 1
                                    

Kamu terbangun dan bersiap untuk ke kampus. Setelah berpakaian lengkap, gelang, dan kalung tak lupa kamu pakai. Syal dan marker yang juga tak kalah penting kamu masukkan ke dalam tas beserta laptop, print out tugas, dan sketchbook.

Kamu turun ke bawah, dan menemukan seorang pria berambut silver sedang memandangmu sambil tersenyum. Tanpa ragu kamu menghampirinya, memberikan pelukan singkat padanya.

"Ayo Chim kita berangkat."

"Ayo." Jimin menggenggam tanganmu, kalian berjalan dengan kedua tangan yang tertaut.

~~~

Tak perlu waktu lama, kalian sampai di Naver University. Tempat kalian kuliah. Kalian masih saja bergandengan tangan hingga membuat beberapa mahasiswi yang lewat merasa iri.

"Aku mau bimbingan dulu, nanti tunggu di pinggir lapangan basket ya?" Pamit Jimin, ia mengusap puncak kepalamu.

"Iya." Sebelum ia pergi, ia sempatkan untuk mengecup puncak lepalamu.

Kamu pun memasuki gedung A untum melakukan bimbingan dengan Jun ssaem. Akhir-akhir ini pikiranmu buntu, jadi kamu membutuhkan bantuan dan bimbingan dari Jun ssaem.

~~~

Seperti yang sebelumnya, padahal kamu baru saja berangkat namun waktu berjalan cepat. Langit berubah menjadi orange, burung-burung terbang kembali ke sarang.

Kamu duduk di salah satu bangku panjang yang ada di tepi lapangan basket. Angin sore menyapa rambutmu ringan, menggelitik sedikit kulit sekitar lehermu. Di sana, di lapangan basket terdapat beberapa mahasiswa yang sedang bermain basket, tiba-tiba kamu ingin menggambar sesuatu, segera kamu keluarkan sketchbook, dan marker pemberian Namjoon.

Marker itu kamu goreskan pelan-pelan hingga warnanya membentuk seperti langit sore yang indah. Para pemain kau buat menjadi siluet, memperindah hasil karyamu sore ini.

Ketika tengah menikmati hasil gambaranmu, tangan seseorang menepuk pundakmu pelan. Tanpa menoleh pun kau tahu siapa itu, tangan kecil, dan jemari yang pendek untuk ukuran seorang pria itu milik Park Jimin.

"Hai Chim sudah selesai?"

"Sudah, menunggu lama?"

Jimin tersenyum manis padamu, pipi chubby nya menenggelamkan matanya hingga hanya terbentuk lengkungan sabit. Senyum yang bahkan lebih manis daripada sakarin.

Pria dengan suara lembut, yang juga jago menari ini menatapmu. Hingga hembusan angin menyadarkannya. Kepala nya mendongak menikmati angin, di tambah dengan daun-daun berguguran yang ikut terbang dengan angin nampak indah di matamu.

"Chim diam sebentar."

Kamu kembali menggoreskan marker itu ke atas sketchbook mu, kamu mulai menggambar diawali dengan rahang tegas Jimin, mata indah Jimin yang tengah tertutup kelopak mata. Tak lupa rambutnya yang sedikit berterbangan diterpa angin.

Tak butuh waktu lama, karya mu selesai. Hasil yang indah untuk waktu yang cenderung singkat. Memang tidak salah kamu memilih jurusan desain.

"Woaahh (y/n)-ah indah sekali." Jimin memandang hasil karyamu dari dekat.

"Apakah dimatamu aku terlihat setampan ini (y/n)-ah?"

"Jadilah kau orang yang selalu memuji diri sendiri, tapi memang kuakui tidak hanya dimataku saja, seluruh dunia pun tahu kau tampan Chim."

"Duuhhh gombal sekali, tetapi terima kasih ya. Sahabatku yang cantik nan manis, ayo kutraktir bingsu." Jimin merangkul pundakmu dengan santainya.

"Tapi aku lebih suka sisimu yang ini Chim selalu menraktirku makan hahaha." Kamu tertawa lepas.

Seven First DatesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang