FIRST MORNING

1.8K 76 4
                                    

Pagi yang cerah,
Ah tidak, sepertinya pagi ini kurang cerah untuk seorang berambut biru yang masih terpejam rapat di ranjang empuknya.

Tapi, sinar matahari tentu tak akan menyerah untuk membangunkan si rambut biru itu. Sinar sinar masuk lalu mengetuk kelopak yang mnutupi mata indah milik si biru.

Ternyata sang matahari berhasil mengusik ketenangan si biru. Matahari tersenyum lebar melihat si biru menggeliat dan mengerjapkan matanya.

"Eungh~" si biru mengerang sambil meregangkan otot ototnya. Mata bulat dengan tahi lalat di kelopak itu terbuka lebar mencoba menarik sisa nyawanya yang tertinggal di alam mimpi untuk segera memenuhi raganya.

Saat semua rohnya terkumpul, tiba tiba tubuhnya mematung.

Gulp!

Meneguk ludah dengan gerakan slow motion ketika merasakan tenguknya hangat akibat terpaan napas seseorang.

Dadanya bergemuruh seolah ia sudah lari mengelilingi lapangan kampusnya. Namun, napasnya terasa terperangkap di tenggorokannya yang kering.

Ia memejamkan matanya erat erat. Bukan, bukan bermaksud untuk kembali tidur karena ia tahu kalau ia melakukannya pasti sang matahari akan kembali mengganggunya. Ia menutup matanya merasakan dua hal yang aneh selain hembusan napas seseorang yang masih berhembus di tenguknya.

Tangannya meremas bed cover dengan gemetar lalu perlahan ia menyingkap benda hangat tersebut.

!!!

Baru saja ia hendak berteriak jika memang pikirannya tepat sasaran. Tapi ternyata meleset, tidak meleset terlalu jauh tapi ia bisa melihat tangan kekar melingkari perutnya yang ternyata masih terbalut pakaian lengkap.

Tapi, hal tadi tak juga membuat hatinya lega karena ia masih harus memastikan sesuatu.

Yah, sesuatu.

Sesuatu yang...

Keras?

Uhkm! si biru memanas hanya dengan membayangkan apa benda keras yang menempel erat di bagian belakangnya itu.

Gulp!

Lagi, si biru meneguk ludahnya lagi biarpun kali ini terasa sangat sulit.

' No, think positif bam! U'll be fine! '

Batinnya khawatir. Poni berwarna biru itu kini berbanjir peluhnya sendiri, kulit kecoklatannya berubah memucat saat merasakan seseorang yang positif adalah pemilik hembusan hangat di tenguknya, pemilik lengan kekar yang memenjaranya erat, dan juga pemilik sesuatu yang keras itu, kini mengerang samar dalam tidurnya.

Tangan gemetar si biru mencoba meraih tangan yang melingkar itu untuk segera kabur sebelum sosok dibelakangnya terbangun.

Tapi sedikit keberuntungan menghampirinya, tangan itu terlepas dari pinggangnya. Si pemilik tangan kekar berkulit putih itu ternyata mengubah posisi tidur dari menyamping menjadi terlentang.

Langsung saja si biru bangkit dan bergerak menjauh. Memilih menatap sosok dengan wajah  pucat namun memerah yang tengah menampilkan ekspresi gelisah dari jauh.

Si biru menegakkan tubuhnya lalu menyandarkan punggungnya ke dinding di samping pintu kamar. "Eoh?" Gumamnya pelan sambil melipat kedua tangannya di dada. Mata indahnya menelusuri seonggok manusia yang terlihat tak tenang itu dengan tatapan menyelidik. "Apa dia mimpi buruk?"

Ia mengerutkan keningnya heran. "Memang orang sepertinya bisa mimpi buruk?" tanyanya terkesan meledek.

Si biru menggeleng dengan tawa kecil di bibir tebalnya. Lebih baik ia segera mandi dan bersiap siap pergi ke kampus sebelum si Tuan banyak aturan itu bangun dan menyuruhnya ini itu.

That MorningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang