" Phi Bam, ini Baby. Mama sedang menyapu di halaman, tunggu sebentar "
Bambam tersenyum mendengar suara manis adik perempuannya yang sangat ia rindukan.
Terdengar percakapan kecil dari seberang sana, Bambam masih setia menunggu agar dapat berbicara dengan ibunya.
"Ada apa, sayang? Kenapa pagi sekali menelpon"
Mendengar suara sang ibu tercinta, membuat wajah Bambam memanas tanpa sebab. Bukan tanpa sebab sih, ia hanya terlalu senang untuk mulai membicarakan keberhasilannya.
"Sayang? Kau di sana? Apa kau_"
" Ma~ " Bambam berucap dengan suara yang di ayunkan.
'Aah memikirkannya saja membuatku melelehh~'
" Ada apa, sayang jangan bilang kau sakit? Jangan menakuti Mama, Bam! "
Bambam tersenyum geli, bagaimana memulainya? Ia bingung sendiri. Tidak mungkin kan kalau ia membeberkan semua pada Mamanya?
"Bam! Kau membuat Mama takut! "
Mendengar pekikan dari sang ibu yang sedang mengkhawatirkannya di sebrang sana, Bambam tertawa geli.
"Bam!!! Apa yang te_"
" Aku berhasil! "
"Huh? Bicara yang jelas, kau berhasil dapat nilai 100 di ulanganmu? Atau berhasil memasak telur mata sapi tanpa memecahkan kuningnya? "
Wajah Bambam mengerut sebal, sebodoh itukah dirinya? Hingga tak dapat membuat telur mata sapi tanpa memecahkan kuning telurnya?
Yeah, ia akui dua hal yang disebutkan ibunya itu tak pernah bisa ia lakukan. Sumpah! Membuat telur mata sapi yang sempurna itu sulit, man! -begitu kira-kira menurut Bambam.
Eh?! Kenapa jadi membahas telur mata sapi?!
" Aishh~ Bukan itu! " Bambam mendengus sebal. Ah ia jadi malas kan melanjutkan obrolannya lagi. Padahal tadi Mood nya sedang baik, gara-gara telur!
" Jadi kau berhasil melakukan apa? Sepertinya serius sekali, hum "
Bambam kembali senyum sendiri. Entahlah, seolah seluruh tubuhnya digelitiki dari dalam saat ia mengingat kembali apa yang terjadi kemarin.
"Bam? Kau masih hidup kan? "
Bambam diseret paksa dari dunia khayalan karena mendengar suara dari ponsel yang menempel di telinganya. Ia terkikik geli sekali lagi.
" Aku berhasil, Ma! Berhasil!!!" Bambam berucap riang namun menekan suaranya agar tak berteriak, melirik ke belakang memastikan pria yang tidur satu selimut dan satu bantal dengannya itu tak terganggu dengan obrolannya bersama sang Mama.
Entah kapan dan bagaimana mereka kini bisa berada di sini, di kamar tepatnya. Di atas ranjang empuk, di bawah balutan hangat Bed Cover, dengan bantal empuk yang menyamankan kepalanya agar tak terganggu di alam mimpi. Walaupun nyatanya ia tetap terbangun lebih awal karena ingin segera memberitahukan kabar gembira pada sang Mama.
Mungkin sehabis ia tertidur, Mark langsung memindahkan mereka.
" Bam, ayolah bicara yang jelas, Mama tak tahu apa maksudmu. " Mamanya masih bertanya dengan bahasa campuran Inggris dan Thailand namun tetap dengan logat Thailand yang kental.
" Maa~ "
Bambam memberi jarak dengan hembusan napas untuk mempersiapkan dirinya.
" Aku berhasil_ "
KAMU SEDANG MEMBACA
That Morning
FanfictionMark x Bambam, boys love, yaoi, drable, nc perjuangan merebut hati si dingin dengan sengaja berbuat nakal agar mendapat perhatian