6

2.3K 41 5
                                    

Sakit hati? Tentu! Hari dimana ku mulai semangat tuk membuka hatiku kembali tu seseorang yang ku percayai dapat membuatku bahagia ternyata hanya sebuat pemanis dalam cerita. Kak Qudsi pergi bersama Kak Sasa layaknya Kak Dais yang bahagia bersama pasangannya. Dan Aku? Aku menutup kembali hatiku, bahkan sangat rapat ku tutup hatiku.

Sekarang aku hanya bisa memandang dan memperhatikan semuanya dari kejauhan. Aku pun mulai focus kepada pembelajaranku lagi. Dan tak terasa besok adalah kenaikan kelasku. Aku akan duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah pertama. Dan aku pun pasti akan mendapat waktu libur, dan waktu libur inilah akan ku manfaatkan untuk melupakan semuanya.

………

“Ibu aku mau liburan ke Jakarta bu, aku butuh penenangan.” Rengekku.
“Yaudah besok kita berangkay yah, sekarang kamu beres - beres sana!” suruh Ibuku.
“Iya bu.” Jawabku.

Keesokan harinya kami pergi pagi – pagi sekali agar tidak kena macet. Hampin 7 jam perjalanan kami habiskan. Dan akhirnya kami sampai di rumah kami yang di Jakarta.

“Bu aku langsung ke kamar yah.” Kataku lemas.
“Iya sana!” suruh Ibu sambil membereskan barang – barang.

Aku langsung menuju kamarku dan langsung menaiki ranjangku. Dan aku teringat sesuatu, bahwa aku belum pamit kepada Naira. Aku mencoba menghubunginya.

“Halo! Naira, maaf aku pergi ke Jakarta tanpa pamit kepadamu, aku benar – benar ingin membuat ingatanku lupa akan semuanya.”

“Halo! Iya Embun, gak papa aku ngerti kok apa yang sekarang kamu rasakan. Padahal aku mau main bareng sih sebenarnya sama kamu. Tapi yaudah lah, lain waktu aja. Semoga liburanmu menyenangkan.”

“Iya makasih dan maaf yah.”
“Iya gak papa kok.”

Aku mengakhiri panggilanku kepada Naira dan langsung istirahat.

“Embun!!!” teriak ibu.
“Iya bu ada apa?” jawabku.
“Turun nak ayo makan malam!” suruh Ibu.
“Sebentar bu.” Kataku.

Aku menuruni anak tangga dan sudah mendapati ada Ibuku, dan keluargaku lainnya. Tambah?

“Eh tante, apa kabar?” ucapku ramah.
“Hai, baik. Kamu apa kabar? Kenalin ini anak tante namanya Kima, dia satu angkatan sama kamu.” Jelas tante Meisya.
“Oh, baik tante, hai Kima senang bertemu denganmu.” Ucapku sambil senyum.
“Hai! Ngomong – ngomong nama kamu siapa?” Tanya Kima.
“Aku Embun Ardati, panggil aja aku Embun.” Jawabku.
“Oh, senang berkenalan denganmu Embun.” Kata Kima.

Kima? Ya Kima itu adalah anaknya teman Ibuku. Dia sama umurnya denganku, dan di sekolah di SMP 11 Jakarta. Dan katanya ibunya akan pergi ke luar kota, jadi dia dititipkan di rumahku.

Kami langsung menghabiskan makan malam kami, dan tante Meisya langsung pamit.

“Tante pamit yah, tante nitip Kima juga yah Embun.” Kata tante Meisya.
“Oh iya tante.” Jawabku dan aku langsung mengantar Kima ke kamarnya yang kebetulan berada disamping kamarku.
“Ayo Kima! Ajakku pada Kima.
“Ayo!” sahut Kima.
“Nah ini kamar kamu, kalo kamu butuh apa – apa kamu ke kamar aku aja, atau ke kamar Ibuku saja!” suruhku.
“Baiklah terimakasih, selamat malam.” Kata Kima.
“Iya sama – sama, malam.” Jawabku.

……..

Hari pertama libur sekolahku aku langsung menghabiskan sarapanku bersama Kima yang ada di sampingku. Dan Kima mengajakku untuk jalan – jalan. Aku pun mau karena aku ingin pergi dari rumah.

“Ayo kita pergi!” ajak Kima.
“Bentar, aku pamit ke Ibuku dulu.” Kataku.
“Bu, aku pergi dulu yah.” Pamitku.
“Tante kami pergi dulu yah.” Kata Kima.
“Iya, hati hati dijalan yah, Kima tante nitip Embun yah. “ ucap Ibu.
“Iya tante, aku jagain ko.” Kata Kima.
“Ayo Embun!” ajak Kima.
“Ayo!” seru Embun.

Kami pergi jalan – jalan ke Mall yang lumayan dekat dengan rumahku. Kami rencananya ingin menonton di bioskop. Tapi sebelumnya kami mampir dulu ke toko aksesoris terlebih dahulu.

“Kamu mau beli apa Embun?” Tanya Kima.
“Aku mau beli sesuatu Kim.” Kataku.
Aku terus mencari dan memilih apa yang aku suka, dan aku menemukannya. Sebuah gantungan kunci yang sepasang.

“Udah yu kita nonton!” ajakku pada Kima.
“Ayo deh, kita nonton apa yah?” Tanya Kima.
“Kita nonton My Stupid Bos aja yu!” solusiku.
“Yaudah ayo, kayanya seru tuh.” Ucap Kima.

Kami memasuki bioskop dan kami membeli camilan. Kami memilih tempat duduk yang kami fikir nyaman.

“Disini aja yah.” Kata Kima.
“Iya.” Kataku.

Kami menonton sambil tertawa karena seru. Dan sampai tidak sadar bahwa filmnya selesai. Dan kami langsung keluar dan pergi.

“Kita kemana lagi?” tanyaku.
“Aku lapar Embun, kita makan yu!” ajak Kima.
“Aku juga sama, yaudah ayo!” kataku.
“Kamu mau makan apa Embun?” Tanya Kima.
“Terserah kamu aja.” Ucapku.
“Yaudah kita makan di Solaria aja.” Usul Kima.

Aku menyetujuinya dan langsung cari tempat duduk. Dan kami mulai memesan menu makan kami. Setelah kami selesai, kami langsung pergi meneruskan jalan – jalan kami.

“Oh iya Kima, tapi aku beli gantungan kunci ini, gantungan kunci ini sepasang. Nah kamu simpen satu, aku simpen satu juga. Jaga baik baik yah.” Kataku.
“Wah makasih yah.” Ucap Kima.
“Iya sama – sama. Itu tanda terima kasihku untuk kami, dan sebagai tanda pertemanan kita.” Jelasku.
“Yaudah kita pulang yu, tante pasti udah nungguin kita, lagi pula ini udah sore.” Kata Kima.

Gagal Dalam Percintaan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang