19

1.8K 25 1
                                    

Kedekatan kami makin menjadi, keakraban kami jangan ditanya lagi. Mungkin setelah banyak kegagalan yang didapati, tuhan berikam penyempurna kegagalanku kali ini. Dengan sosok yang berbeda dari yang lain, kepribadian yang berbeda dari yang lain menjadi daya tarik tersendiri.

Kedekatan Kak Hida tidak sepenuhnya kepadaku, tapi kepada Ibuku juga layaknya anak kandung sendiri. Kak Hida sering mengantar Ibuku belanja, arisan, dan melakukan kegiatab lainnya. Tak ada rasa canggung diantara kita. Kita nyaman satu sama lain.

"Yakin mau paksain ke sekolah?" Tanyaku ketika melihat kak Hida sudah siap dengan seragamnya.
"Yakin seyakin yakinnya, sama kaya gue yakin kalo lo bakalan jadi milik gue."
"Apaan sih? Yaudah untuk hari ini kakak naik taksi aja jangan bawa motor dulu."
"Okelah"

Hari begitu cerah sampai matahari tak segan segan untuk mdnampakkan dirinya.
"Hati hati kak!" Seruku setelah kak Hida mengantarku ke kelasku. Harusnya aku kan yang mengantarnya? Kan dia sakit.
Kak Hida tak menjawabnya dan hanya tersenyum manis.

Tak ada kejadian atau apapun yang tidak menyenangkan hari ini, seperti biasa berjalan dengan baik. Bahkan yang ditunggu tunggu bagi anak sekolah sepertiku ini adalah bel, bel pulang sekolah.

"Kak, ayo pulang!" Ajakku pada Kak Hida yang masih duduk lemas di bangkunya. Bel memang sudah berbunyi 10 menit yang lalu.
"Gue pulang ke rumah lo lagi boleh?"
"Ngapain?"
"Ya ga ngapa ngapin juga. Besok kan libur."
"Yaudah gimana kaka aja."

Siang berganti sore, sore berganti malam. Seterusnya kan berlanjut. Tepat pukul 9 malam, tidak terlalu larut malam ketika kita sedang menonton siaran TV. Kak Hida mengajakku ke balkon kamarku. Kebetulan cuacanya sedang bagus.
"Ke balkom yu!"
"Ngapain?"
"Ngadem, atau ngobrolnya disana."
"Oh."
"Bu kita pamit dulu yah. Maaf kita tinggal Ibu sendirian."
"Iya ga papa."

Aku membuka perlahan pintu menuju ke balkon. Melihat kak Hida yang langsung duduk memandang langit membuat perasaanku aneh dan tak terbiasa.
"Lo mau bediri terus disana? Sini!" Kak Hida menepuk lantai agar aku duduk disampingnya. Aku menurutinya.
"Malam ini indah, bahkan bintangpun menambah keindahan malam ini."
"Lo boleh nyender di pundak gue ko, gausah malu." Kak Hida membawa kepalaku untuk bersandar di pundaknya. Nyaman, sangat nyaman sekali.
"Kalo gue boleh jujur dari hati gue yang paling dalam. Gue bisa ceritain sekarang, saat bintang menjadi penyempurna malam ini yang indah."
"Apa?"
"Gue tau kita baru kenal, baru akrab, baru deket ga lama ini. Tapi gue tau kalo nyaman tidak tau waktu. Dia datang kapanpun dia mau, kepada siapa dia mau, dan untuk siapa dia bertahan. Gue juga ga sepenuhnya tau tentang lo, kehidupan lo, alur cerita hidup lo pun gue ga tau. Yang gue tau ada rasa yang berbeda saat gue bareng lo."
"Maksudnya ka?"
"Gue sangat tau sifat lo gimana, tapi gue gabisa tau kebahagiaan dan kesedihan lo. Untuk itu gue mau lo berbagi semuanya sama gue. Gue to teh point aja, kalo gue pengen jalin hubungan sama lo, gue rasa hal yang beda kalo gue sama lo, meskipun ada sedikit keraguan, tapi kenyakinan gue yang hilangin keraguan gue. Dan ini bukti tanggung jawab gue karena udah buat ko baper."
"Aku bingung harus gimana, yang jelas dalam urusan hati jujur aku sudah tidak mau lagi karena aku selalu gagal, gagal dalam percintaan khususnya. Aku takut sakit hati, takut akan dunia yang berbau cinta. Aku tidak sempurna dalam urusan cinta."
"Gue tau lo udah gagal beberapa kali, tapi ijinin gue buat buktiin kali ini lo gabakal gagal, gue bakalan berjuang demi lo, berjuang demi buktiin ke lo kalo lo gak sepenuhnya gagal. Masih ada kesempatan, mungkin kegagalan lo itu buat nuntun lo ke keberhasilan. Jangan kecil hati, jalani yang sudah menjadi alur hidup lo. Gue pengen kehadiran gue jadi obat dari pahitnya kegagalan lo yang kelam."
"Gue gapernah maksa lo buat jawab, atau mau sama gue, yang jelas lo udah paham kan kalo maksud gue apa?"
"Hm aku bingung kak, disisi lain aku juga sama kaya kakak, disisi lain aku takut gagal lagi."
"Diantara kegagalan yang dialami, akan ada penyempurnanya. Mungkin dengan kehadiran gue contohnya."

Aku memeluk tangan kiri kak Hida, berfikir sejenak dan mengeratkan lagi pelukanku. Dan mengakhiri masa kelamku, kegagalanku dengan awal yang baru, penyempurna kegagalan.

"Aku mau...."

Gagal Dalam Percintaan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang