11

1.9K 26 6
                                    

"Lo tau ga sebenernya gue siapa? Lo pengen tau?"
"Iya Kak."
"Lo pengen tau kenapa gue tau semua tentang lo?"
"I-iiya Kak."
"Sebenernya gue-"
"Gue itu yang dulu ngasih lo surat, yang dulu berpaling dari lo karena gue telat tau kalo lo juga suka sama gue. Gue nyesel banget udah tinggalin lo dan milih cewe lain. Semenjak gue tau kalo lo juga suka sama gue. Gue udah putusin dia dan gue cari tau semua tentang lo dan itu alasan gue tau semua tentang lo."
"Apa?"
"Iya gue Dais. Nama gue Dais Devanata Kakak kelas lo pas di Sekolah Dasar. Lo emang pasti ga bakalan tau nama asli gue karena lo cuma tau gue semenjak gue datang dan pergi gitu aja."
"Kak Dais?"
"Iya gue, gue pilih Sekolah Menengah ini karena gue disuruh bokap nyokap gue, dan gue ga nyangka juga kalo lo bakalan satu sekolah lagi sama gue."
"Jadi Kakak ini Kak Dais yang dulu?"
"Iya. Lo ga percaya?"
"Iya Kak aku beneran kaget dan tidak percaya dengan semua ini Kak."
"Sudah lupakan dan gue mau minta kepastian dari lo."
"Kakak Mau kepastian apa?"
"Lo masih suka sama gue?"
"Gimana ya Kak, sekarang aku udah punya pacar."
"Ya ga papa."
"Aku ga bisa tinggalin dia gitu aja."
"Ya gue bakalan nunggu lo mau sama gue. Gue bakalan selalu ada buat lo."
"Kayanya aku harus ke kelas deh Kak. Aku duluan."
"Tung-" Petkataan Kak Devan atau ka Dais terpotong olehku yang pergi gitu aja.

"Ngapain Kak Devan suruh kamu kesana?" Tanya Naira penasaran.
"Kamu pasti ga bakalan percaya!" Kataku sambil menatap Naira kosong.
"Maksudnya?" Naira heran.
"Jadi dia itu ka Dais." Kataku datar.
"Apa? Ga mungkin!" Kata Naira tidak percaya.
"Iya barusan dia jelasin semuanya ke aku, aku juga ga percaya dan sampai sekarang juga aku masih belum percaya." Jelasku.
"Trus gimana dong? Ko bisa sih kita ketemu lagi sama dia?" Kata Naira heran.
"Aku juga bingung, yang paling parah yaitu ketika dia minta kepastian dari aku."
"Kepastian apa?"
"Kepastian apakah aku masih suka sama dia atau engga."
"Apa? Kamu jawab apa ?"
"Aku pergi gitu aja. Karena aku bingung."
"Kalo udah gini pasti dia bakalan terus berusaha buat dapetin kamu."
"Aku juga takut karena dia bilang bakalan berusaha buat dapetin aku, bakalan nunggu aku, bakalan selalu ada buat aku."
"Tuh kan. Kima tau tentang ini?"
"Engga. Aku bingung apa aku harus kasih tau dia atau engga. Masalahnya aku takut dia bakalan marah bahkan putusin aku."
"Kalo dia beneran sayang sama kamu, dia ga bakalan putusin kamu atau marah sama kamu."
"Nanti aku coba bicara sama dia."

Bel pulang berbunyi aku dan Naira pulang ke rumah. Tetapi ketika aku dan Naira ada di gerbang sekolah sudah aka Kak Dais yang nunggu disana dengan motornya.

"Embun, ada Kak Dais disana."
"Mana?"
"Itu yang deket motor ijo."
"Oh iya trus gimana ini?"
"Yaudah kita pergi aja langsung."

Aku dan Naira langsung pergi terburu buru. Tetapi Kak Dais menahanku.

"Embun tunggu!"
"Kenapa Kak?"
"Lo pulang bareng gue!" Suruh Kak Dais.
"Maaf Kak aku pulang sama Naira." Tolakku.
"Sekali aja gue anterin lo pulang. Ayolah."
"Gausah Kak rumah aku deket ko." Aku menolak terus dan tiba tiba Kima menelpon.

"Halo? Kamu lagi dimana sayang?"
"Ayolah." Kata Kak Dais.
"Lo jangan tolak gue."
"Halo? Kamu lagi sama siapa? Itu ko suara cowo? Kamu lagi ngapain? Maksudnya apa jangan nolak?"
"Halo? Aku lagi dijalan mau pulang. Nanti aku telpon lagi yah."
"Siapa itu? Pacar kamu?" Tanya Kak Dais.
"Bukan siapa siapa. Aku duluan Kak." Kataku dan pergi meninggalkan Kak Dais.
"Kima nelpon yah?"
"Iya sekarang aku juga mau nelpon balik dia."

"Halo? Maaf tadi ada masalah."
"Jelasin ke aku sekarang apa maksud tadi!"
"Yang mana?"
"Jangan pura pura kaya gitu deh. Aku tau kamu abis jalan kan sama cowo. Trus cowo yang ngajak kamu jalan itu nembak kamu iya kan?"
"Engga."
"Udah lah gausah ngelak. Aku tau kamu pasti pergi sama cowo lain."
"Engga. Aku ga seperti apa yang kamu fik-"
"Haloo?"

Kima menutup telponnya. Dan sepertinya dia marah.

"Kenapa?" Tanya Naira.
"Dia marah banget sama aku."
"Ko bisa?"
"Kayanya dia tadi denger percakapan aku sama Kak Dais."
"Sekarang dia pasti marah banget kan?"
"Mungkin, dia juga nutup telponnya gitu aja."
"Kamu sabar yah."
"Iya ga papa ko."

Sekarang adalah waktu dimana Kak Dais pergi ke yogyakarta untuk studytour. Dan memang sudah 3 hari dia diaana dan sekarang dia pulang lagi. Dan Kima? Kima masih marah dan dia tidak memberi maaf untukku bahkan untuk memberikan penjelasan pun dia tidak berikan waktu.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam. Sebentar."
"Kakak? Ngapain kesini?"
"Gue cuma mau ngasih lo ini."
"Apa?"
"Ga disuruh masuk dulu?" Kata Kak Dais.
"Oh iya maaf Kak. Ayo masuk." Kataku kaget dan aku juga memang sedang melamun."
"Lo kenapa ngelamun gitu? Lo lagi punya masalah yah? Cerita dong sama gue." Pinta Kak Dais.
"Engga ko Kak aku baik baik aja."
"Jangan bohong. Gue tau lo. Lo gabakal kaya gini kalo lo gapunya masalah."
"Iya sih."
"Cerita sama gue. Gue siap dengsrin ko."
"Ahh. Kakak mau minum apa biar aku ambilin."
"Gausah repot repot."
"Aku ambilin es jeruk yah bentar." Kataku sambil pergi ke dapur."

"Nih Kak." Aku duduk dan kembali kedalam lamunaku.
"Hey! Lo kenapa?"
"Hah apa? Aku ga papa." Kataku kaget.
"Lo cerita aja mending."
"Jadi gini, kemarin Kima nelpon pas aku lagi bicara sama Kakak di depan gerbang. Kayanya di denger suara Kakak dan dia marah sama aku Kak, sampai sekarang dia ga ada kabar. Aku telpon ga diangkat, aku kirim pesan ga dibales."
"Apa? Sorry gue ga maksud gitu."
"Iya Kak ga papa bukan salah Kakak ko emang dia sifatnya gitu."
"Gue jadi ga enak sama lo. Kita jalan yu biar lo aga mendingan."
"Yaudah deh Ka mungpung masih libur. Kan besok mulai sekolah lagi."

Aku dan Kak Dais pergi ke mall. Disana aku dan Kak Dais pergi jalan jalan dan membeli es krim coklat. Aku merasa sangat senang dan aku lupa seketika tentang Kima.

"Makasih untuk hari ini Kak. Aku seneng banget."
"Iya sama sama. Kita makan yu."
"Yu Kak. Aku laper ini."
"Gue seneng deh liat lo katawa lagi."

Aku dan Kak Dais memesan makanan dan kami makan bersama sama dengan diselangi canda tawa.

"Kita kemana lagi?"
"Ke tempat permainan yu."
"Ayu."

Begitu bahagianya aku bersama Kak Dais dan waktu menunjukkan pukul 17.00.

"Kak kayanya kita harus pulang deh."
"Iya ini udah sore. Kamu harus siap siap buat besok."

Gagal Dalam Percintaan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang