3

3K 47 0
                                    

“Embun!!” teriak Kak Qudsi.
Langkah Embun dan Naira terhenti, ternyata itu adalah….
Kak Qudsi.
Kak Qudsi langsung menghampiri Embun dan Naira. Terlihat Kak Qudasi membawa gitarnya.

“Embun, kamu mau pulang yah?” Tanya Kak Qudsi ramah.
“Iya kak Kenapa?”tanyaku penasaran.
“Kamu bisa temenin kakak sebentar gak?” Tanya Kak Qudsi.
“Hmmmm.” Aku langsung bertanya pada Naira apakah dia mengizinkan aku untuk menemani Kak Qudsi. Dan akhirnya Naira memperbolehkan aku, dan Naira pulang sendirian.
“Yaudah deh ayo Kak.” Jawabku ramah.

Aku dan Kak Qudsi langsung bergegas pergi ke taman dekat sekolah kami. Kami menyebrangi jalan. Dan aku sangat terkejut ketika Kak Qudsi menggandeng tanganku pas kami sedang menyebrang.

“Kita duduk disana aja yuk!” ajak Kak Qudsi.
“Ayo Kak.” Jawabku setuju.
“Embun nama kamu unik deh, kaya orangnya.”gombal Kak Qusdi.
“Ah Kakak bisa aja, namaku memang unik karena Ibuku menyukai embun dipagi hari.” Jelasku pada Kak Qudsi.
“Oh gitu yah. Tapi kok kamu lucu sih, manis lagi.” Puji Kak Qudsi.
“Ah Kakak suka berlebihan, engga kok biasa aja.” Jawabku sambil tersenyum.
“Ih kamu cantik deh kalo senyum.” Gombal Kak Qudsi lagi.
“Ah Kakak jangan gitu ah, jadi malu.” Ujarku.
“Iya deh iya.” Jawab Kak Qudsi sambil tersenyum.
“Kak mau apa kita kesini?” tanyaku penasaran.
“Kakak Cuma mau berdua sama kamu aja Embun. Kakak mau kenal kamu lebih jauh.” Jelas Kak Qudsi.
“Tapi kan tiap hari kita bisa ketemu, jadi kakak bisa lebih tau.” Ucapku polos.
“Oh jadi kamu mau bareng sama Kakak tiap hari?” kata Kak Qudsi.
“Iiihh Kakak, bukan itu maksud aku kak. Maksud aku kan kalo mau kenal bisa chatan atau ngobrol disekolah, gausah di taman kaya gini, kan gaenak diliatin orang” jelasku ramah.
“Kalo begitu kakak minta pin kamu boleh?” Tanya Kak Qudsi.
“Boleh kok.” Jawabku.
Aku langsung memberikan pin ku kepada Kak Qudsi. Kemudian Kak Qudsi mencoba mengechatku.
“Nah ada Kak.” Kataku sambil memegang gadgetku.
“Oh syukur deh.” Jawab Kak Qudsi senang.
“Kalau begitu ayo kita pulang kak!” ajakku.
“Bentar dong Kakak masih pengen sama kamu, Kakak betah lama – lama sama kamu.” Saut Kak Qudsi yang membuatku hanya tersipu malu.
“Yaudah kita mau apa sekarang?” tanyaku bosan.
“E..e. Kakak nyanyi aja deh buat kamu, Kakak kan bawa gitar.” Hibur Kak Qudsi.
“Oh yaudah silahkan.” Jawabku senang.

Matamu melemahkanku
Saat pertama kali ku lihatmu
Dan jujur ku tak pernah merasa
Ku tak pernah merasa begini
Oh mungkin inikah cinta
Pandangan yang pertama
Karena apa yang kurasa ini tak biasa
Jika benar ini cinta
Mulai dari mana?
Oh dari mana
Dari matamu matamu
Ku mulai jatuh cinta
Ku melihat melihat
Ada bayangan
Dari mata kau buatku jatuh
Jatuh terus jatuh ke hati”

“Subhanalloh, suara kakak bagus banget.” Pujiku.
“Ah kamu bisa aja Embun.” Jawab Kak Qudsi malu.
“Ih beneran, aku suka kok Kak.” Jawabku senyum.
“Masa? Makasih yah Embun.” Kata Kak Qudsi.
“Iya sama – sama. Kak kayanya aku harus pulang deh.” Kataku pada Kak Qudsi.
“Yaudah Kakak anterin yah.” Bujuk Kak Qudsi.
“Gausah Kak, aku bisa sendiri kok.” Jawabku menolaj.
“Kamu jangan bantah, Kakak anterin yah.” Kata Kak Qudsi maksa.
“Yaudah deh, tapi gak ngerepoti kan Kak?” tanyaku.
“Engga kok, lagian kan kamu udah nemenin kakak.” Jelas Kak Qudsi.

Kami langsung meninggalkan taman, dan mulai pergi ke parkiran untuk membawa motor Kak Qudsi. Aku langsung naik dan Kak Qudsi mengantarkanku sampai ke rumah. Sesampainya dirumah.

“Nah ini rumahku Kak.” Jelasku.
“Oh jadi ini rumah kamu.” Jawab Kak Qudsi sambil mengangguk.
“Iya Kak, mau mampir dulu?” tanyaku.
“Engga deh makasih, udah sore juga ini, Kakak pamit yah. Dahh!!” ucap Kak Qudsi.

Aku langsung masuk ke rumah dan langsung menuju kamarku. Kebetulan diruang tamu ada Ibu.

“Kamu dianterin sama siapa nak ?” Tanya ibu.
“Sama Kak Qudsi bu, Kakak kelas aku yang ngospek aku.” Jawabku.
“Kok kamu bisa dinterin sama dia?” Tanya Ibu lagi.
“Tadi pas aku mau pulang sama Naira, Kak Qudsi mengajakku untuk menemaninya ditaman bu, aku fikir kalau aku menolak gak sopan, soalnya dia Kakak kelasku bu.” Jelasku.
“Oh jadi gitu, hati – hati yah kamu jangan mudah deket sama orang yang baru kamu kenal.” Nasehat Ibu.
“Iya bu, lagi pula Kak Qudsi baik kok bu, malah baik banget. Buktinya dia nganterin aku pulang.” Jawabku polos.
“Yaudah, tapi kamu tetap harus hati –hati yah nak!” nasehat Ibu lagi.
“Iya bu.” Jawabku dan langsung pergi ke kamar.

Aku langsung berbaring di kasurku. Aku memikirkan moment bersama Kak Qudsi di taman tadi. Aku sangat senang dan sangat bahagia. Dan ada yang aku sadar sekarang, bahwa tadi?

Gagal Dalam Percintaan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang