Hari Jumat, satu-satunya hari dimana bisa pulang siang. Waktu buat main sama temen dan pacar cocok buat yang nggak jomblo. Lo jomblo? buruan cari, gih.
Seperti biasa Yerin nggak bisa pulang bareng Doyoung. Padahal jelas ini hari jadi mereka yang ke 10 bulan! Yerin ingin hari ini Doyoung ada disampingnya. Nggak usah diajak ke tempat entah dimana atau diajak makan di resto atau kafe, Yerin nggak butuh itu. Cukup ngobrol sama Doyoung udah buat dia seneng.
Yerin berdiri didepan sekolah nunggu angkot. Mama nggak bisa jemput. Temen juga Yerin cuma punya 1, Momo. Momo lagi sibuk persiapan buat kostum cheer besok.
Yerin ngeluarin hp dari saku roknya. Scroll sampai huruf 'D'. Jarinya berhenti setelah kontak bernama 'duyungQ' di-klik.
Diam. Yerin ragu mau telpon atau nggak. Kalau telpon percuma, pasti Doyoung banyak alasan nggak mau jemput. Kalau nggak telpon mau pulang naik apa?
Yerin bingung. Kepala toleh kanan-kiri berharap ada angkot yang lewat. Namun nihil. Tangannya gemetar telpon Doyoung atau nggak.
"Halo, Doyoung?" setelah pikir panjang akhirnya nelpon juga.
"Iya sayang, kenapa?"
"Mmm, bisa jemput nggak?" Yerin mengigit bibir menanti jawaban Doyoung.
"Maaf, yang aku lagi ada urusan."
Yerin lesu. Bibirnya terlalu susah untuk senyum. Tanpa bilang apa-apa Yerin langsung tutup telponnya. Batre hp dicopot paksa. Kesal. Marah. Sedih.
Gua punya pacar berasa nggak punya pacar, batin Yerin nahan tangis.
Yerin memutuskan kembali masuk ke sekolah. Buat apa lagi kalau bukan cari Yuta. Cuma Yuta yang bisa ngertiin dia sekarang. Mau keluarin semua uneg-unegnya ke Yuta. Bodo amat kalau ujungnya nangis.
"Yerin kenapa?" beruntung dalam perjalan Yerin langsung ketemu Yuta.
Yerin menendang kaki Yuta cukup keras membuat laki-laki itu jinjit-jinjit pegang kakinya yang sakit.
"Lo kenapa sih?" Yuta mendilik.
"Tau noh, sahabat lo!" ujar Yerin memajukan wajahnya.
"Oh, Duyungmu?" tebak Yuta melipat kedua tangannya di dada. Yerin mengangguk mantap.
Yuta mengacak rambut Yerin sambil tertawa. Aduh bang adek juga mau -author.
"Daripada sedih mending ikut gua beli ikat kepala," usul Yuta yang masih cengengesan.
"Dih buat apa pergi sama lo," Yerin mengalihkan pandangan. Kedal rambutnya diacak habis-habisan sama Yuta.
"Mau atau nggak terserah aja, Rin. Gua cuma berusaha menghibur."
Padahal gua modus -Yuta
"Oke deh, gua ikut lo."
Akhirnya Yerin ikut Yuta ke mall beli ikat kepala. Tas Yerin dibawa Yuta selama perjalan ke parkiran. Dan di jalan Yuta nggak ada habisnya jahilin Yerin. gua juga mau kali bang tasnya dibawain -author.
"Mo, gua bingung nih?"
"Bingung gimana, Young?"
"Bingung aja gua nih mau beli apa."
Doyoung dan Momo janjian pulang sekolah mau jalan ke mall. Sekalian Momo buat beli keperluan anak cheer.
Doyoung dan Momo udah deket banget. Mereka udah temenan dari SD, nggak heran kalau mereka lengket. Kemana-mana suka barengan. Ke indomaret aja barengan. Ya maklum tetangga beda blok.
"Buket bunganya kurang?" tanya Momo nunjuk buket bunga yang dibawa Doyoung.
"Masa ini doang?" Doyoung memutar badan ke samping-menghadap Momo.
"Ya terserah lo aja sih, kalau Yuta dulu cuma nerbangin balon gitu di lapangan pas anak cheer, futsal, sama basket lagi latihan," kata Momo mendongakkan kepala mengingat hari jadinya-dulu dengan Yuta yang ke-16 bulan.
Doyoung mengedip-ngedipkan mata. Bingung aja lihat Momo yang masih suka ingat-ingat momennya dia sama Yuta.
"Biasa aja ah, liatnya!" Momo menyenggol pinggul Doyoung dengan pinggulnya.
"Lo juga masih aja inget soal Yuta," ujar Doyoung membenarkan buket bunga yang ia bawa.
"Gimana ya, Young? Hubungan memang berakhir tapi kenangan nggak akan pernah berakhir selama lo masih ingat kenangan itu. Lo tau kan kenangan susah banget ilangnya?" jelas Momo sambil tersenyum. Senyuman sedih.
Doyoung tau jelas temannya ini belum bisa moveon. Ya bayangin aja deh. Satu sekolah mulai dari murid, guru, bahkan sampai karyawan di sekolah tau soal hubungan Momo dan Yuta. Satu sekolah ngedukung banget waktu itu. Bahkan mereka dijuluki best couple-nya sekolah. Jadi kabar mereka putus yang heboh sampai satu sekolah. Sampai 3 bulan orang-orang pada nanyain Momo sama Yuta beneran putus atau nggak.
Kemudian Doyoung dan Momo berjalan-jalan melihat kira-kira apa yang bisa dibeli Doyoung. Mampir satu tempat tapi ujungnya pindah. Doyoung suka bingung orangnya.
Dan sampai akhirnya Doyoung berhenti melangkah ketika hendak menuruni eskalator.
Tempat yang nggak jauh dari Doyoung berdiri, laki-laki dan perempuan lagi ketawa-ketawa sambil canda tawa dan makan eskrim. Perempuannya nempel-nempel ke lengan laki-laki itu saking nggak bisa berhenti tertawa.
"Mo?" panggil Doyoung. Matanya masih tertuju dengan kedua orang tersebut.
"Young?" balas Momo, tau betul apa yang dimaksud Doyoung.
"Kita pulang aja."
👣
Update setiap Senin
KAMU SEDANG MEMBACA
boyfriend ─ doyoung × yerin ✔
Fanfictionpunya pacar rasa nggak punya pacar ©2016, markchalatte