[tiga]-luruskan niat

132 17 0
                                    

Luruskan niat, niatkan untuk ibadah. Inget kan? Sebaik-sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

🌷🌷🌷

"Dek besok kamu ngajar ngaji ya!" ucap seseorang yang baru beberapa detik masuk ke kamarku.

"Kakak nggak salah nyuruh Arifah?" sejenak ku alihkan pandanganku padanya.

"Enggak lah, emang kenapa?" kak Azzam balik bertanya, kulihat mimik wajahnya begitu serius.

"Ya kali Arifah nggantiin kakak? Sama mas Najib, mas Irham gitu?" kulipat mukenaku sekenanya, dan segera menyusulnya duduk di tepi ranjang.

"Sama Ulya, Rista, Risti, bukan Najib sama Irham." kak Azzam melirikku. Aku bersyukur dia tidak curiga.

Aku yakin pipiku memerah ketika menyebut namanya. Seseorang yang tiap kali ku dengar namanya saja, hatiku langsung bergetar. Terlebih mendengar adzan yang dikumandangkannya.

"Emang kak Azzam, mas Najib, sama mas Irham mau kemana?"

"Kakak mau fokus ngerjain skripsi." Ucap kak Azzam dengan tampang serius. "Terus mau married deh" imbuhnya dan langsung disusul dengan ekspresi nyengir kuda yang sama sekali tak kuharapkan.

"Hahaha nikah? Sama siapa? Bukannya mbak Fia udah dijodohin," aku terbahak mendengar ucapannya.

"Dikira cewek disini cuma Alifia?" kak Azzam mencebik kesal, lantas bergegas meninggalkanku.

"Weh udah dapet gantinya kak?"

"Udah dong, lebih cantik, lebih pinter, dan yang pasti lebih sholihah," ia berucap sembari menyembulkan kepalanya di celah pintu terbuka.

"Ih nggak boleh banding-bandingin orang begitu!"

"Ember~" kak Azzam bergegas meninggalkan kamarku, ketika aku berkata "yang pasti belum dijodohin juga kan?" aku menggembungkan pipiku agar tawaku tidak pecah melihat ekspresinya saat ini.

"Dasar ya!" kak Azzam kembali masuk ke kamarku, untuk apalagi jikalau tidak menggelitikiku.

"Bundaaaaaaaaaa..." teriakku hingga kuyakin bunda yang sedang di dapur mendengarnya.

"Kak jangan ganggu adek!" teriak bunda.

"Dasar tukang ngadu!"

"Biarin!" aku mencebik dan berlari meninggalkan kak Azzam yang masih terduduk di atas ranjangku.

***
[Author's pov]

Seusai menunaikan sholat isya' berjamaah di rumah, Arifah dan bunda segera menyiapkan makan malam.

Tak lama kemudian ayah dan Azzam muncul dari teras samping. Karena memang meja makan di rumah ini berada di teras belakang. Sebenarnya bukan teras sih tapi ruangan yang tidak ada dindingnya. Hehe.

"Assalamualaikum.."

"Walaikumsalam.."

"Ayam goreng. Aasiiik!" begitu melepas peci dan menaruhnya di atas rak buku resep masakan milik bunda. Azzam langsung duduk di kursinya. Tangannya menggapai ayam goreng di depan Arifah

"Eh. Cuci tangan dulu!" Arifah menepuk punggung tangan kakaknya.

"Bersih kali dek. Dari mesjid juga." ia menampakkan kedua telapak tangannya.

"Ganti baju dulu kak!" Bunda mengingatkan Azzam.

"Enggak usah bund. Habis ini Azzam ke masjid lagi. Ada musyawarah," ia mulai menikmati lezatnya ayam goreng buatan bunda.

ArifahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang