Modus

2K 200 8
                                    

Modus (adj) salah satu bagian dari pelajaran matematika.

Modus (adj) Modal dusta.

______

Lama-lama gue bisa tirus kayak gini, dan sampai sekarang gue masih enggak bisa enggak nyesel sama kejadian lusa lalu. Karena mereka berdua, ralat, bertiga hari Sabtu yang aduhai jadi hancur berkeping-keping.

Mana gue harus izin dulu, belum lagi nahan malu sama saksi kejadian lusa. Apalagi harus berhadapan sama cewek-cewek fans-nya Ali juga Kak Ardi. Rasanya pingin gue pukul lagi pipi gue! Eh jangan, deh. Sayang.

Belum lagi gue enggak enak sama Leksono, maksud gue nama aslinya Kak Ardi. Dan gue baru tau hal itu sejak liat surat-surat yang harus dia tanda tanganin proposal buat acara kemah minggu depan. Gila bikin nama jangan jauh-jauh, deh, mending. Ternyata cowok di dunia ini sama aja, ya, kalau enggak playboy, ya, Kang ngibul.

Belum lagi urusan sama manusia setan, yang tiap hari jengukin gue di rumah, sampai-sampai gue suruh satpam komplek ngusirin dia, dan dia malah nangis. Sangat-sangat tindakan yang enggak realistis bagi seorang cowok.

Belum lagi si jenglot, siapa lagi kalau bukan Miko. Lengkap udah! Dan hal yang paling nakutin adalah dia setiap hari ngirimin gue bunga dan untungnya udah enggak semenjak lusa lalu. Merasa jijik, sumpah.

"Gue bisa gila, lama-lama!" Teriak gue kesel, dan dua hari terakhir, gue selalu teriak-teriak kaya tadi. "Aduh." pipi gue ngilu rasanya, nyesel, deh, nonjok pipi sendiri. 

Gue cuma bisa berdoa, semoga hari ini jadi hari Senin yang aduhai. Tanpa Ali, tanpa Leksoni dan tanpa Miko.

Tok...tok...tok

"Ganggu!" kapan ada hari yang aduhai? Hari di mana gue bisa tenang tanpa gangguan sedetik aja.

"Halo, mantan, pagi!" 

TONJOK PIPI GUE PLIS!

"LI, PERGI  ENGGAK LO!" Gue udah ancang-ancang nyiapin flat shoes gue.

"Iya, gue duduk, dengan senang hati," katanya sambil senyum.

Oh, iya, gue lupa. Acara tonjok-tonjokannya berhasil bikin Leksono patah tulang dan Ali jadi budeg, kata Nayla, dokter bilang budegnya sementara. Dan itu bikin gue agak lega. Sedikit. Gue beneran bisa gila lama-lama! Pertama yang gue alamin ini enggak logis, kedua yang gue alamin ini ternyata nyata, yang ketiga yang gue alamin ini enggak nyambung.

"Pergi, Li, pergi," ucap gue sabar, ralat, disabar-sabarin.

"Yaampun, Prill, ini udah sore, ngapain lari pagi?"

"BODO AMAT!"

"PUKUL GUE, PUKUL!" teriak gue lagi.

"Prill, lo kenapa teriak-teriak?! Jangan-jangan lo kerasukan, duh, gimana ini." Ali ngeluarin tampang paniknya, sekali lagi dia punya pikiran yang enggak logis.

"IYA GUE KERASUKAN!"

Ali dengan paniknya ngambil gelas yang ada di nakas gue. Kayaknya...

Byur

Giliran ngomong kerasukan aja, baru di denger.

"Aliiiiii!!!"

_____

Tarik napas, hembuskan...Tarik napas, hembuskan.

"Satu...dua...tiga," suara konduktor senam menginstruksikan.

Iya, gue ikut senam lansia, karena gue stress banget. Gue harap setelah ikut senam bersama mbah-mbah ini, kondisi perasaan gue lebih baik.

Ali yang tiap hari ke rumah gue bikin gue pusing, apalagi dia yang ngajuin diri ke Bokap gue buat nyalonin dirinya jadi body guard gue. Bukanya ngelindungin, ini malah bawa bencana, yang ada pipi gue yang satu lagi malah ikutan gue tonjok.

CoGan Penjual PulsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang