Ali menengadah keatas, menampilkan langit yang masih merintikkan sedikit gerimisan hujan, tak lama ia pun menatap jam yang setia melingkari pergelangan tangannya, ia bingung harus menjelaskan apa pada Prilly agar gadis itu mau pergi dari taman ini sejak satu jam lalu Ali menemani Prilly yang berada ditengah-tengah jutaan rintik hujan.
"Pril mau sampe kapan lo nari badut kaya gitu?. Sampai gua cinta sama lo? atau sampai lo yang cinta sama gua. Pilih mana ayo, udah satu jam lo kayak orang gila. Gak malu apa diliatin?" tanya Ali jengah pada gadis mungil yang masih manari-nari seperti orang gila dihadapannya.
Prilly menatap Ali kesal "badut lo bilang gua badut, dan satu lagi gua berdiri disini sampe gua sama lo?, helo ada lo yang suka sama orang yang lo bilang badut ini".
Lalu Ali melihat rintikan air dimata Prilly, bukan itu bukan hujan "lo kenapa nangis?, gak kok muka lo cantik gak kaya badut. Jangan nangis dong".
"Boneka doraemon gua basah, gara-gara lo sih gak ingetin gua kalo gua masih bawa bonekanya!. Keringinnya kan lama" Ali mendelik mendengar perkataan Prilly, leha rasanya bukan karena Ali yang meledeknya badut.
Apa barusan Prilly bilang!, salahnya?.
"ye enak aja lo, kenapa jadi gua yang salah?. Siapa suruh ujan-ujanan gak jelas kaya gak pernah liat ujan aja. Labil banget sih, sebentar jutek, sebentar galau, sebentarnya lagi ngeselin. Aneh aja terus sampe sukses" Segera Prilly menghadiahi Ali tatapan tidak suka.
"Udah ah, gua mau pulang, sekalian beliin gua makanan" Ali mnatap Prilly tajam, semau gua banget nih cewek. Untung cakep, kalo gak udah gua jadiin badut beneran nih orang.
"Yaudah, keparkiran. Jangan bengong muluk".
Mereka pun berjalan menuju parkiran, Ali berhenti Dan Prilly masih berjalan menuju parkiran.
Ali menepuk jidatnya, dan mengecek dompetnya yang kurus kering, yang didalamnya hanya tersisa kitir belanjaan dan karcis parkir. Ali menatap panik saat melihat kedalam dompetnya dan mendapati satu lembar uang berjumlah Lima ribuan.
Mukanya seketika kusut "aduh Ali bego, ini Jakarta. Mau makan apa lo di pake uang Lima ribu. Mesen minum di aja kurang, mau minum apa gua pake uang segini, cukupnya kalo segini sih air putih sama air kobokan" ucapnya menggerutu.
Prilly sedari tadi berjalan sambil berbicara, namun tak ada sahutan dari Ali, Prilly menengok dan mendapati Ali dibelakangnnya.
Ali masih memutar otak agar ia tidak jadi menraktir Prilly, dan tentu Ali tak akan mau mengakui kalau dompetnya kosong. Mau ditaruh dimana muka tampannya?. Sepersekian detik akhirnya ada ide diotaknya berbarengan dengan Prilly yang menghampirinya.
"Prill aduh gimana nih ya cara gua ngomongnya, jadi gini dompet gua ketinggalan dikonter jadi kita gak bisa makan deh" dari nada suaranya meyakinkan, tapi malah mendapat sambutan tawa dari Prilly.
"Ngapain lo ketawa" tanya Ali. Sepertinya kelabilannya muncul lagi
"Aduh Li capek gua ngetawain lo hahaha, lo boongkan bilang aja,gak punya duit. Dasar modus cowok sama aja" Prilly berbicara masih dengan tawanya.
Ali seketika mendelik "ng..ngak siapa yang bilang. Duit gua banyak kok" alibinya dengan ucapan sedikit tergagap.
"Terus tadi pas lo beliin gua doraemon yang lo keluarin tadi dompet siapa?" Prilly berbicara dengan nada menyindir.
Ali melupakan hal yang satu ini, mau ditaruh dimana mukanya. Yang ia pikirkan hanya satu yaitu, bagaimana cala ngeles yang baik dan benar seperti yang selama ini ia lakukan pada barisan para mantan, Prilly selalu tau jika Ali berbohong jangan-jangan...hidung Ali panjang bila berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
CoGan Penjual Pulsa
FanfictionHUMOR Inilah siklus perjalanan hidup jomblowan, sang pencari cinta meski bertampang tampan rupawan, punya hidup yang selalu dikelilingi cecan, tapi enggak ada yang cocok. Sampai pertemuan di konter pulsa mengubah sebagian hidupnya. Intinya Jatuh cin...