Bagian IV : The North Lobby (part 1)

22 3 0
                                    

"Ngelamunin apa lu?" ucap orang di belakangku, menggangguku yang sedang melamun melihat ikan-ikan di kolam.

"FAAAIIITH!" Ternyata itu si iman yang dari tadi aku cariin.

"Selamat datang di abad 22! Lu kemana aja??"
ucapku menyindir.

"Tadi ituuu, gue dipanggil Kak Alven," katanya.

"Kak Alven yang ketua koordinator mpk itu? Emang lu kenapa? Lu ngelanggar HTKS pasal berapa? Ayat berapa?" ucapku panik.

Biasanya yang dipanggil sama Kak Alven itu anak-anak yang melanggar HTKS (Hukum Tertib Kesiswaan Sekolah) yang dibuat sama Kak Alven sendiri. Pantes aja kalo dia yang jadi ketua koordinator mpk, dia rajin sepenuh hati banget buat jabatannya. Sampe-sampe dia lebih ditakutin dari ketua osis-ku sekarang.

"Melanggar? Yang ada gue mulai senin besok adalah ketua angkatan kalian!" kata Faith yang membuatku super kaget. Walaupun dia kelihatannya anak baik-baik, dia punya sisi gelap yang dia sembunyikan.

"Su-sumpah lu?!" tanya gua memastikan kalau Faith tidak hanya sedang bergurau.

"Iya, sumpah. Aneh kan? Nah itu dia yang dinamakan KEAJAIBAN," ucap Faith dengan sedikit mengencangkan suara pada saat mengucapkan "KEAJAIBAN". Satu kata itu seketika langsung memudarkan dunia di depanku, dan langsung mengingat pada ... Miracle.

"Persetan!" ucapku sambil melepas jedai yang dipakai oleh Faith.

Kita berdua tanpa disadari langsung berjalan menuju ke lobby utara. Itu adalah tempat favorit-ku di gedung sekolah ini. Selain karena tempatnya aesthetic, tempat ini juga adalah tempat pertama aku dan Faith saling tukar-menukar curhatan.

LEMPAR BELAKANG KE 6 BULAN YANG LALU.

'Ah duh, kenapa jam segini sekolah udah sepi banget sih?' gumamku sendirian sambil berjalan-jalan mengelilingi gedung sekolah baru ku ini.

Wah ternyata anak-anak sini pulangnya cepet banget. Udahlah, ga bakal nemuin siapa-siapa. Kalo gini, mendingan pulang aja.

Prinsip utama ku setelah menginjakkan kaki di gedung sekolah ini adalah 'pokoknya cari temen sebanyaknya' yang berarti harus sok akrab dikit ke orang-orang.

Setelah akhirnya memutuskan untuk pulang dan berjalan ke lobby utara, aku melihat seseorang perempuan yang duduk di depanku di kelas. Kalo ga salah namanya... Kate. Mendingan samperin aja kali ya? Eh tapi dia kayaknya lagi serius banget baca buku. Mungkin jangan diganggu.

Faith

Saat sedang asik-asiknya membaca novel pinjaman perpus ini, aku sekilas melihat seorang cowok sedang memandangiku aneh. Aku pura-pura ga liat aja kali ya? Eh tapi dia kayaknya anak "katanya" pinter yang duduk di belakang-ku deh. Sapa aja kali ya..

"Eh, Trevor, ya?" sapaku berusaha membuat pembuka percakapan ini tidak terasa canggung.

"Eh hai, lu Kate, ya?" balasnya.

WHA HA HA HA HA. KATE.
Udah dibikin biar ga canggung, malah salah nyebut nama ku.

"Faith. Nama gue Faith, bukan Kate."

"Hah? Oh--iya. Sorry, berarti salah denger kemaren-kemaren," ucapnya dengan tampang malu yang rasanya mau diketawain. Untung anak baru, jadi harus baik sama dia.

After The Book Ends : Re-cycleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang