Lea POV
Seperti biasa, pagi ini ku awali hari ini dengan pergi kuliah. Sungguh, rasanya aku ingin cepat kerja yang tentunya di bidang yang ku suka.
Aku mematut diri di kaca. Hmmm, aku terlihat cantik hari ini.
Jeans hitam dan Wedges hitamku ini selalu membuat ku cocok dengan berbagai jenis pakaian. Sungguh, aku sangat beruntung mempunyai badan ramping seperti ini.
Aku tipikal gadis yang mempunyai kulit putih dan rambut coklat-hitam. Ya, semua ini berkat papa ku yang berdarah Belanda dan mama ku yang berdarah sunda.
Aku mulai mengecek keamanan apartment ku ini sebelum pergi meninggalkannya. Setelah semua terlihat aman, aku mulai meninggalkan apartment ku dan menuju lift. Tak kusangka, ternyata Dimas ada di lift itu. Aku langsung salah tingkah melihatnya. Ia menyapaku dengan senyuman di wajahnya. Senyuman yang bisa membuatku meleleh.
Terjadi keheningan disini. Tapi tak lama kemudian, ia membuka percakapan. "Kuliah jurusan apa?" Hening. Apakah Dimas tak tahu aku kuliah dimana?
"Sorry, gue gak update sama jurusan temen temen SMA" Sambungya dengan ramah.
"Public relation. Lo?" jawabku dengan menoleh canggung.
"Ekonomi"
Calon orang tajir.
"Kuliah dimana?" sambungnya lagi. "London School. Lo, Ekon BINUS ya? Yang gue denger dari temen temen sih gitu" "Iya, kok... emm...tau?" tanya Dimas dengan canggung.
TING!!
Kami pun keluar dari lift. Aku sengaja berjalan lebih awal darinya. Dimas-pun menjejerkan langkahnya agar sejajar denganku. "Ummm... nanti sore ngobrol bareng yuk. Di sekitar Tebet aja. Gue lagi pengen ngobrol sama temen lama, hehe" tanyanya dengan tangan kiri ditengkuk nya. "Ayo. Jam 5 di Cake Lab ya" jawabku santai "Oke, jam 5"
--
Dimas POV
Di BINUS banyak yang cantik, terutama anak interior design, komunikasi, ekonomi juga. Bahkan banyak cewek yang suka sama gue di beberapa fakultas itu, cantik semua bahkan kelewat cantik. Kulitnya putih, rambutnya badai, badan nya... wahh... mirip model Victoria Secret. Tapi kecantikan mereka semua seakan redup kalo gue ngeliat cewek yang buat jatuh hati dari jaman gue SMA.
Ya seperti yang lo duga, dia Lea. Cleara Salsabila Subroto.
Dia cewek yang bikin gue gak abis pikir. Dulu dia adalah cewek pemalu yang kalo liat gue malu malu kucing. Dia yang buat gue terus mikirin dia. Mukanya manis, bikin gue selalu kangen liat mukanya. Badannya seksi. Bibirnya yang merah natural buat gue pengen... ngerasain? Ya, bener banget!
Dulu dia kayak "lebih baik diem dari pada ngomong" sampe sampe gue takut buat pdkt sama dia. Gue takut buat hati kecilnya jadi rapuh gara gara gue. Tapi sekarang gue ketemu lagi sama dia, bahkan gue satu apartment sama dia. Gue gak bakal nyia-nyiain kesempatan ini. Gue harus deketin Lea. The one and only Lea.
"Woi! Bengong aja lo! Mikirin sape sih?" tanya Leo yang sentak membuat gue cemberut. Wei, gue lagi mikirin Lea! Jangan ganggu gue!
"Mikirin Jennifer?" tanyanya yang bikin gue melotot kearahnya "Berisik lo!" kutepiskan tangan Leo di pundakku.
Jennifer adalah cewek jurusan Komunikasi yang ngejar ngejar gue dari awal semester gue di BINUS. Jennifer punya kaki yang jenjang yang ia selalu pamerkan lewat blue jeans dan stiletto hitamnya. Rambutnya yang coklat hazel sepaket dengan matanya juga yang warnanya hazel. Kulitnya juga putih seputih susu. Wajahnya juga bule bule gitu. Dia emang cantik, kelewat cantik malah, tapi tetep Lea yang selalu mencuri hati gue. Selera gue tetep sama orang Indonesia, karena gue yang punya muka blasteran Indonesia-Amerika, makanya gue mau cari pendamping yang sebagian darah Indonesia nya masih kental.
Terlihat dosen sudah memasuki ruangan. Bosan mulai merasuki otak gue. Gue pun mendesah. Rasanya pengen cepet cepet jam 5, pengen ngeliatin muka Lea sampe gue capek. Tapi gue gak akan pernah capek liatin muka Lea, Catet itu!
--
Udah jam 5. Tapi batang hidungnya Lea belum keliatan. Gue aja yang dari Kebon Jeruk bisa sampe sini cepet, well gue emang tadi bawa mobil nya kayak orang gak sabaran jadi... sampe sini tepat waktu. Mobil Jazz berwarna biru metalic pun parkir tepat disamping mobil Juke merah gue. Akhirnya datang juga.
Pemilik mobil tersebut turun dengan anggunnya. Walaupun wajahnya kusut karena kemacetan----yang-gue-analisis, tetapi tetap terlihat manis di hadapan gue. Seperti mengikuti insting Lea langsung menemukan keberadaan gue. Ia langsung duduk di seberang gue.
"Sorry telat, Sudirman macet banget" sambut Lea sambil menaruh kunci mobilnya di dalam tasnya. "Yuk, pilih kuenya" ajak gue dengan ramah "Lo kok bisa dateng lebih cepet sih?" tanya Lea "heheh" gue hanya tertawa renyah. "Red Velvet ya mbak sama hot milk" "Tiramisu aja mbak sama chocolate milkshake aja" sambung gue.
Gue langsung menuju kasir dan langsung bayar pesenan gue dan Lea. Setelah gue membuka dompet, gue melirik Lea yang lagi ribet nyari dompetnya. Dengan sigap gue langsung bayar semuanya dan dengan sigap Lea langsung mengelak gue. "eh eh, gue aja yang bayar"
Basa basi yang bagus, Lea
"Udah elah gue aja" jawab gue sambil ngambil kembalian. "Thanks ya" Lea tersenyum manis kepadaku. Gak banyak bacot juga, tipe gue banget.
"So...." gue memulai percakapan sambil menyeruput milkshake gue. "abis kuliah ada rencana apa?" tanya gue sambil ngaduk ngaduk milkshake pake sedotan "paling kerja lahh di Indonesia" kata kata yang terakhirnya ia selalu banggakan di depan semua orang. "kerja satu dua tahun trus nikah..." kata kata terakhirnya terngiang ngiang di otak gue. Gue siap jadi pendamping lo kok, Le
"udah ada pendamping?" tanya gue santai kayak di pantai. Ia meneguk minumannya sebelum menjawab pertanyaanku. "haha" ia tertawa renyah "belum"
Selalu ada kesempatan, Dimas. Selalu.
"Kalo lo gimana?" Hidangan pun datang ke meja gue dan Lea. Nyam, kuenya pasti enak. "Sama kayak lo. Tapi gue abis nikah mau lanjutin S2 di luar" "Wow, gue tunggu berita lo ya pas lo udah sukses nanti" ia memasukan sesendok kue kedalam mulutnya. Perbincangan kita terhitung 1 setengah jam. Lea pun sampai memesan 1 cangkir susu lagi, tapi kali ini ia membayarnya memakai uangnya sendiri. Yang itu tak bisa gue cegah.
Mengingat kita sama sama bawa mobil, perbincangan yang gue rencanakan saat kita nanti di mobil gagal. Lain kali gue bakal ngajak dia gak pas abis kuliah gini deh.
"Makasih ya buat hari ini, gue seneng" kata kata Lea terdengar seperti gue abis first date sama dia. Well, memang iya. "ahahah, gue juga" tangan gue reflek langsung ke tengkuk gue. Tanda gue lagi nge-blush. Ahh, kayak cewek lo, Dim. Kita pun menuju ke mobil masing masing dengan canggung.
"Bye, Lea" gue mengucapkan dengan cool dan membuat dia menghadap ke arah gue dan senyum manis tercipta di bibirnya sebelum ia masuk ke mobilnya.
What a beautiful day.
--
Hai readerrs, vote sama commentsnya ya. Maaf kalo chapter nya sering banget diganti ganti, jadi tolong dimaklumin yaa :( :).
Di samping ada multimedianya Dimas. ENJOYYYY.
KAMU SEDANG MEMBACA
Up-Side Down World
Roman pour AdolescentsIni kisahku yang akan ku ceritakan hanya untukmu. Ini kisah dimana aku menyukai seseorang, tetapi aku takut untuk mengatakan yang sejujurnya pada dia. Aku takut, jika aku mengatakannya ia akan menjauhiku. Tapi aku dengan nya tak pernah saling menge...