Dimas POV
Dua minggu terakhir ini gue sama Lea gak ngabisin malam minggu bareng bareng. Setiap gue ngajak dia, dia selalu bilang ada tugas yang numpuk. Well, dia mungkin ngejar materi biar cepet cepet selesai kuliahnya. Dan dua minggu terakhir ini gue ngabisin waktu gue sama Leo. Kalo gak main PS bareng, futsal bareng.
"Cuy" sapa Leo yang tiba tiba nge- jb.
"hm?" tanya gue dengan kepala yang nenggak tapi mata masih tertuju sama gadget. "em, kayaknya besok gue gabisa futsal bareng lo" kaget, mata gue langsung tertuju ke muka Leo. "kenapa?" Leo ngambil tempat duduk tepat disebrang gue. "ada urusan" Leo membuang muka, berarti dia lagi boong. Leo kembali mentap gue. Tapi gue langsung sigap ngasih muka sarkastik ke dia dengan tatapan lo-gak-bisa-boong-sama-gue. "Alright fine!" tangan Leo terangkat angkat. Gue langsung tersenyum puas. "Gue besok mau jalan. Puas lo" Gue hanya ngangguk ngangguk. "Sama siapa?" Gue kembali terpaku sama gadget gue. Leo menatap gue kayak polisi yang curiga sama maling. Tiba tiba senyuman mengembang diwajahnya. "Gue mau jalan sama cewek gue, namanya Sasha." senyuman masih mengembang di wajah Leo. Senyuman yang selalu minta ditonjok. "Gue setiap malem minggu bakaln jalan trus sama dia. Jadi kayaknya lo bakalan jomblo deh" Gue langsung naroh gadget gue kasar. "Kampret lo" "Makanya lo cari pacar dong" gue ngasih tampang masem ke arah Leo. Emang dasar kampret tuh orang, gatau aja kalo gue udah ada gebetan.
--
Malem ini gue abisin waktu gue di Starbuck. Minum kopi sambil numpang wi-fi gratis. Gue mengedarkan pandangan gue. Kedai kopi yang satu ini gak pernah sepi pelanggan. Mau dimanapun, kapanpun, pasti selalu ada yang ngantri buat beli segelas kopi atau sejenisnya itulah yang biasanya ada di Starbucks. Jujur, gue orang yang kecanduan kopi, tapi gue gak menghabiskan uang jajan gue buat beli kopi di kedai ini. Bisa bisa buat beli pensil gaada duit. Pandangan gue kembali ke laptop gue ini. Ngerjain essay kalo di tempat gini emang gaada abisnya pasti. Tapi kalo lo serius sama kerjaan dan gak kayak gue yang gayaan-biar-gak-keliatan-jomblo, lo pasti bisa kerja. Gemerlapan lampu dimalam ini membuat gue terpesona. Well, walaupun Jakarta gak seindah Orchard Road, tapi malem ini Jakarta di buat seindah mungkin.
Kehabisan ide, gue menyeruput kopi gue. Ternyata, kalo malem minggu gini gak ditemenin Lea, Leo berguna juga sebagai teman ngobrol. Gue gak nyangka dia berguna juga, sebelum dia nemu cewek yang lebih asyik buat berakhir pekan bersama.
--
Lea POV
Memang terasa suntuk banget menghabiskan setiap waktu dengan tugas tugas kuliah. Bahkan diakhir pekan pun aku masih menghabiskan waktu dengan tugas kuliah. Merasa bosan, aku menelpon Layla mengajaknya sekedar menemaniku ngobrol bareng di apartemen ku.
"Hai Lea!" sapa Layla diambang pintu dengan muka berseri seri.
"Hai" aku menjawabnya dengan suara parau. Layla masuk kedalam apartemenku. "Le, kok suara kamu parau banget sih" Layla duduk manis di meja makan ku dengan tatapan khawatirnya "Jangan bilang kamu ngejar materi Biar cepet sidang?" Aku mengangguk lemas. Layla bagaikan kakak serta ibuku. Kita sudah bersahabat sejak kecil, tapi kita tak pernah satu sekolah. Di kuliah lah Aku dan Layla bisa menghabiskan waktu bersama lebih banyak. Jadi kita seperti sahabat yang selalu ada disaat suka dan duka.
"Kamu duduk aja ya. Nanti aku yang rapihin barang barang kamu" Layla datang dengan segelas teh hangat. "Aku tau, kejar materi biar cepet lulus itu butuh banyak banget pengorbanan. Tapi kamu juga harus peratiin kesehatan kamu juga, Le"
Layla terlihat sibuk merapihkan apartemenku ini yang penuh dengan setumpuk buku buku. Ia pun terlihat pusing dengan flat ku yang satu ini. Emang beberapa minggu ini aku tidak peduli seberapa rapihnya flat ku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Up-Side Down World
Teen FictionIni kisahku yang akan ku ceritakan hanya untukmu. Ini kisah dimana aku menyukai seseorang, tetapi aku takut untuk mengatakan yang sejujurnya pada dia. Aku takut, jika aku mengatakannya ia akan menjauhiku. Tapi aku dengan nya tak pernah saling menge...