Dimas POV
Bener atau Salah, kalo misalnya lo ketemu temen lama atau sahabat lo trus lo ngobrol pasti lupa waktu. Kayak gue sekarang. Gara gara ngobrol sama Rangga, gue jadi lupa kalo malem ini ada After Graduation Party. Gue inget karena Lea sms gue. Dia nanya jadi atau enggak.
Kalo Lea gak sms, kayaknya bakal keterusan.
Setelah gue pamit dari Rangga, gue on the way ke apartemen. Jalanan agak macet. Ralat, macet banget. Yah, maklum lah sekarang malem minggu.
Setelah sampai, gue langsung naik ke flat gue. Hampir sejam gue dijalan. Baju gue biasa, kemeja warna merah tua, jeans biru tua, dan Vans warna hitam-merah.
"Le, siap siap dibawah ya."
Sent.
Setelah terkirim, gue bergegas meninggalkan flat ini.
--
Lea POV
Sorot lampu jalanan senantiasa menemani perjalananku. Kita sekarang menuju kawasan BSD, tempat dimana After Graduation Party itu berlangsung.
Kenapa jauh banget sih di BSD. Runtukku.
"Gimana tadi urusan mobilmu?" tanyaku.
"Sudah beres, dia sudah mengganti rugi." jawab dimas tanpa menoleh.
"Ohh" Aku hanya mengangguk angguk. "Kenapa tadi lama banget?" tanyaku. Dimas menoleh kearahku.
"Tadi aku ketemu temen lama" Aku yang sekarang menoleh kepadanya meminta banyak penjelasan. "Dan ternyata dia yang nabrak mobilku. Jadi, yaa, namanya juga ketemu temen lama. Jadi lama..." Ia menengok kearahku. "Maaf yaa" seulas senyuman terukir diwajahnya. Aku hanya mengangguk tersenyum.
--
Sesampainya di tempat tujuan, Dimas langsung menyelipkan jari jarinya ke jari jari ku.
"Kamu tenang aja. Ada aku kok, kamu gak bakal sendirian." ujar Dimas lembut.
Pestanya berlangsung di rumah salah satu teman angkatan Dimas. Rumahnya mewah sekali dan besar. Tempatnya saja di Real Estate. Setelah memasuki rumah, aku dan Dimas langsung disambut dengan suara musik yang keras. Aku berasa di club.
Baru saja masuk, Dimas langsung disambut oleh teman temannya. Tak banyak yang keliatan akrab sekali dengan Dimas. Aku hanya tersenyum memandang teman temannya.
"Oiya, bro ini kenalin. Namanya Lea." ujar Dimas memperkenalkanku di hadapan teman temannya. Aku menyambut jabatan tangan ke empat temannya Dimas.
"Geovani. Pemilik rumah." Ia tersenyum ramah. Aku membalas senyuman ramahnya.
"Rizki"
"Santi"
"Lily"
Semakin menyelusuri rumah Geo, semakin banyak aku bertemu dengan teman teman Dimas. Tak lupa Dimas juga memperkenalkan aku kepada teman temannya.
"Aduh Dims, temen kamu banyak banget sih. Aku sampe capek senyum" Dimas hanya tersenyum mendengar keluhanku. "Gapapa, biar kamu keliatan cantik trus. Kalo kamu senyum pasti kamu cantik." gombalnya. Dimas lalu mengajakku ke halaman belakang. Dimana hanya sedikit orang disana.
Dimas menuntunku ke gazebo yang terletak jauh dari keramaian.
"Aku dengar kamu suka gazebo." Aku merenyitkan dahiku. "Darimana kamu tau itu?"
"Pake insting, pake perasaan..." jawabnya. Dimas lalu menggenggam tanganku lembut.
"Le, aku pengen kayak gini terus. Kita selalu bareng bareng trus." Aku membalas genggaman Dimas. "Aku juga, Dimas." Saat kami sedang terhanyut dalam suasana, tiba tiba Jennifer datang.
"Dimasss" sahut Jennifer. Reflek, kami melepaskan genggaman tangan kami. "Hai" sahut Dimas canggung. Ughhh kenapa sih Jennifer dateng pas lagi enak enaknya.
"Di dalem lagi pada rame. Ayoo masuk!" ajak Jennifer. "Hah?Iya ya? Oke oke gue masuk." jawab Dimas antusias.
--
Sekarang, tepatnya jam 23.20, aku sedang duduk di sofa dengan bosannya. Sungguh, aku bosan disini. Walaupun aku sudah banyak dikenalkan ke teman teman Dimas tapi rasanya masih tetap canggung jika ngobrol dengan mereka. Jadi aku memilih diam sambil minum coke. Bahkan sekarang saja aku tak tau Dimas dimana.
Daripada diem gini lebih baik aku berkeliling. Sumpah, aku berasa orang asing disini. Ketika aku sedang menelusuri rumah ini, aku melihat Dimas sedang asik ngobrol dengan teman temanya dan Jennifer ada disamping Dimas. Tak jarang juga Jennifer mengapitkan lenganya ke lengan Dimas.
God! Apa Dimas gak pernah ngasih tau status aku sama dia di depan teman temannya ya?
Daripada panas ngeliatin gituan, mendingan aku cari tempat yang lebih dingin deh. Di depan kulkas aja nih aku berdiri.
"Hai Lea!"
Akhirnyaa ada teman ngobrol juga.
"Hai santi!" sapa ku ramah. "Dimas mana?" tanya Santi. Aku menghela nafas berat. "Dia sama teman temannya." jawabku lemas. "Lah kok dia gak ngajak kamu?" tanyanya lagi. Aku hanya mengangkat bahu ku. "Gimana sih Dimas. Mana lagi tuh anak..." gerutu Santi.
--
Dimas POV
"Woi Dimas!" gue langsung mencari arah suara itu. Leo datang menghampiri gue. "Wedeeeh, kemane aja lo baru muncul gini?" tanya gue. "Biasalah ngenalin Sasha ke temen temen gue." Gue hanya ngangguk ngangguk pelan.
Kok perasaan gue tiba tiba gaenak sih nih.
Leo melanjutkan perbincangan sama temen temen gue. Gue juga ikut jb, sambil ngelupain perasaan aneh gue tadi.
"Sama siapa lo kesini?" tanya Leo. "Sama Lea" jawab gue santai. Gue langsung dapet tatapan aneh tapi penuh pertanyaan dari Leo. "Trus...Lea nya mana?" tanya Leo hati hati. Tiba tiba gue inget sesuatu,
"Goblok gue ninggalin Lea!" seru gue sambil nepok kening gue, ngatain gue sendiri yang emang ga waras ninggalin Lea sendirian. Lea kan orangnya gabisa cepet bergaul, pasti dia sekarang lagi mati kutu diem doang. Aduh gue bener bener goblok emang. Sebelum gue bergegas pergi, Leo menahan bahu gue.
"Makanya kalo bawa orang, jangan sampe pikun gini." tanpa membalas perkataannya, gue langsung bergegas nyari Lea.
Gue mencari cari keberadaan Lea diantara temen temen gue yang kayak biri biri lepas dari kandang. Sampe akhirnya gue liat cewek pake dress putih selutut tanpa lengan bermotif bunga bunga timbul. Gue sedikit lega karena dia sama Santi. Gak sendirian. Gue sangat berterima kasih sama Santi. Karena dia penyelamat Lea.
"Le" kata gue yang masih ngos ngosan. "Maaf aku ninggalin kamu.." Lea hanya tersenyum kecil. "Gapapa kok Dimas..." jawab Lea lembut. "Gak, aku minta maaf banget!" Gue menyakini Lea. Lea hanya tersenyum kecil. Sepertinya dia lelah. Gue memalingkan pandangan gue ke Santi. Santi menatap gue tajam. Gue yakin dia lagi geram sama gue. Dengan tatapan itu gue sudah ngerti apa semua artinya.
"Yaudah le, ayok kita pulang.." ujar gue sambil mengapit lengan Lea.
--
Sekarang Lea sedang tertidur pulas di samping gue. Gue menghembuskan nafas berat. Ya ampun, maafin gue ya Le, lo sampe capek begini.
Gue membelai lembut rambut Lea.
"I promise I won't do the same thing again."
Lalu gue memusatkan pandangan dan pikiran gue ke jalanan menuju apartemen.
--
Guysss part baru nih
Semoga makin lama makin banyak readers nya yaa.
LuvLuv!
KAMU SEDANG MEMBACA
Up-Side Down World
Teen FictionIni kisahku yang akan ku ceritakan hanya untukmu. Ini kisah dimana aku menyukai seseorang, tetapi aku takut untuk mengatakan yang sejujurnya pada dia. Aku takut, jika aku mengatakannya ia akan menjauhiku. Tapi aku dengan nya tak pernah saling menge...