Passé
Will memiliki kelainan.
Dia bermasalah. Ada sesuatu yang menyimpang dalam seksualitasnya. Mungkin bagi sebagian orang, penyimpangan ini sudah termasuk dalam hal yang lazim. Namun bagiku, ini terlalu menyakitkan. Terlalu asing. Aku tidak setangguh itu untuk menghadapi siksaan demi siksaan aneh yang mengerikan. Bagaimana pun, aku tetaplah wanita biasa. Kelakuannya yang kerap kali menyiksaku sambil melakukan seks yang menyimpang sangatlah keji.
Pria itu sering mengikat tubuhku dengan posisi tubuh yang benar-benar menjijikkan. Tubuhku seringkali dicancang, digantung bagaikan objek mainan. Tidakkah itu mengerikan? Selama ini, aku tidak pernah membayangkan sesuatu yang sadis akan terjadi dalam hidupku. Derita sudah sering kutelan dengan tangguh. Aku selalu berusaha menegarkan diri dari derita yang berkali-kali menghantam hidupku. Aku selalu berusaha untuk bertahan.
Namun bagaimana dengan siksaan yang menyimpang seperti itu?
Mulanya aku sangat tidak percaya jika Will benar-benar bajingan. Namun kenyataan ini harus kuterima secara tidak wajar. Will memang menyimpang. Dia gila. Bajingan. Terkadang aku benar-benar tidak sanggup menerima kelakuannya yang tidak senonoh. Derita ini terlalu menyiksaku, meledakkan rasa takut dan menguarkan trauma yang semakin lama semakin membesar. Setiap hari aku didera perasaan takut, takut akan siksaannya yang kerap terjadi saat malam.
Sejauh ini, Will tidak selalu menyiksaku setiap hari. Namun apa yang ia lakukan tidak pernah bisa kutebak. Ia menyiksaku seenaknya, tergantung akan keinginannya sendiri. Dan karena hal itu, perasaan takutku semakin membesar. Aku tidak tahu kapan Will akan melakukan penyimpangan seksnya padaku. Apa mungkin dua bulan kemudian, satu minggu kemudian, saat lusa, atau mungkin... malam ini. Aku tidak pernah tahu kapan kedua tanduk iblis itu akan tumbuh dalam benaknya dan menyiksaku hingga hancur sehancur-hancurnya.
Tubuhku rusak.
Apa aku mampu untuk bertahan? Sampai kapan? Apa aku akan benar-benar mati dalam cengkraman Will? Aku tidak tahu. Sial. Brengsek. Aku benar-benar tidak tahu. Pada siapa aku akan bergantung? Will sudah menguasai kehidupanku. Dan apa yang membuatku bertahan hingga sejauh ini hanyalah... putraku. Jericho adalah segalanya. Aku bergantung pada kebahagiaannya, masa depannya. Bukan kepada iblis bermata teduh yang tak lain adalah Will. Aku tidak mau batin Jericho terluka jika mengetahui semua ini. Dia masih terlalu kecil untuk tahu jika ibunya dijadikan budak selama beberapa tahun.
Jericho tidak akan tahu.
Dan aku bertahan untuknya, putraku.
***
L'avenir
The Rousseau Corporation of Washington
Justin Allard Rousseau duduk dengan gestur yang tampak tegang di singgasana barunya. Stelan jas mahal berwarna cokelat membalut tubuhnya, sepatu mengilap menghias kakinya. Pria itu tampak menunggu seseorang dengan beberapa map yang menumpuk di atas meja. Sesekali, Justin melirik jam dinding berhiaskan berlian di ujung ruangan, lantas berdecak. Iris mata hazelnya berkilat tajam. Ia berusaha untuk fokus, namun pikirannya selalu bercabang. Memikirkan hal lain yang seharusnya tidak ia pikirkan di sini. Tepat di perusahaannya yang terletak di tengah kepadatan kota Washington.
Dengan jemari yang mulai berlarian mengetuk permukaan meja berpelitur, Justin tetap menunggu. Satu menit menuju kedatangan seseorang. Justin ingin segera merasakan bagaimana pertemuan ini akan berlangsung. Justin ingin segera melihat bagaimana sosok itu yang akan ia temui secara empat mata. Justin ingin segera melihat wajahnya lebih dekat. Justin ingin melihat keculasan yang tersembunyi di dalam jati dirinya. Justin ingin bertemu dengan sosok itu. Segera.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLUT 2 [COMPLETED]
أدب الهواة[SEQUEL OF SLUT] Akhir dari kisah cinta mereka masih memiliki sesuatu. Sesuatu yang perlahan-lahan dapat mempertemukan mereka kembali. Sesuatu yang tanpa mereka sadari mengikuti sepanjang waktu. Dan sesuatu itu adalah; takdir. ©2017 by Ananda (Badga...