Dikeluarkannya sebuah pisau dari lemari tersebut dan berbalik ke arah dimana Ruby diikat.
"Mari barmain, Ruby."
Ruby pov.
Uncle Tom terus berjalan ke arah ku dengan sebuah pisau ditangannya. Dia kembali tersenyum menakutkan.
Oh Tuhan. Granny, Ruby takut, ucap Ruby dalam hati.
Tubuhnya terasa menggigil karena ketakutan, dia belum pernah melihat uncle-nya bersifat seperti itu.
"Le—lepasin Ruby, Uncle," ucapku dengan nada selirih mungkin. Pergelangan tanganku dari tadi sudah sakit. Ikatan tali itu benar-benar kuat sehingga bergerak saja akan menimbulkan luka lecet di pergelangan tanganku.
Uncle Tom sudah berada di depan ku, oh Tuhan. Apa ini hukumanmu? Aku berjanji akan menjadi anak yang baik dan bukan anak nakal lagi.
"Ada apa Ruby? Mengapa wajahmu jadi pucat seperti itu, hm?" ucap Uncle Tom."Apa kau takut?" katanya lagi.
Dengan perlahan benda tajam nan dingin itu menyentuh pipi kiriku. Rasanya mendebarkan, bukan mendebarkan karena rasa euforia, tapi rasa ini lebih ke rasa takut.
"Pipi mu benar-benar halus, Ruby. Bagaimana jika pisau ini menyebabkan darah keluar disana?? Mungkin permainan ini bakalan lebih nikmat, Ruby."
Hiks hiks hiks
"Ja-jangan Uncle. Jangan lu-lukai Ruby, Uncle," ucap ku dengan terbata-bata."Apa kamu takut, Ruby?" ucapnya.
Takut?
Tentu saja aku takut. Nenek-nenek buta pun akan takut jika berada di posisiku ini.
Ingin rasanya berteriak dan mengatakan hal itu kepada Uncle Tom. Tapi, sekali lagi rasa takut itu lebih dominan di dalam diriku.Kini Uncle Tom sudah ada di belakang ku, pisau itu masih di mainkannya di sekitar pipi dan leherku.
"JAWAB RUBY!!" bentaknya.
Tangan yang satunya di gunakan untuk menarik rambutku kebelakang. Benda dingin nan tajam itu kembali menyusuri leherku dengan perlahan tapi penuh rasa mendebarkan.
"Apa kau takut?!" tanyanya sekali lagi.
"Iyya, Uncle. Ru-Ruby takut."
"Uncle!!" teriakku ketika benda dingin nan tajam itu berhasil menggores pipi sebelah kiriku, tidak terlalu dalam dan panjang goresannya tapi cukup membuatku merasakan nyeri.
"Kau semakin menggairahkan, Ruby."
Uncle Tom semakin menarik rambutku kebelakang, dengan perlahan lidah Uncle Tom bergerak dari arah telingaku menuju ke arah dimana luka itu berada.
Sensasi yang ditimbulkan oleh lidah Uncle Tom terasa sangat berbeda, jilatannya kini ke arah rahangku di sertai dengan kecupan-kecupan ringan, sesansi yang di timbulkannya terasa menggelitik.
Entah kenapa aku merasa ini bukanlah pertama kalinya aku merasakan sensasi ini. Tapi, aku tidak tau dimana aku pernah merasakannya.
Uncle Tom menjilati darah yang terus keluar dari luka yang di sebabkannya.
Dengan ekor mataku, aku melirik kelakuan lidah Uncle Tom di pipi kiriku dan perbuatannya benar-benar membuatku ingin muntah sekarang. Bagaimana dia bisa begitu menikmati darah yang terus keluar dari lukaku? Dia benar-benar sudah gila!!!
"Un-cle, he-hentikan," ucapku untuk menghentikan kelakuan menjijikannya itu.
"Darah mu benar-benar manis, Ruby. Aku sangat menyukainya," ucapnya berbisik ditelinga ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck (Slow Update)
RomanceRated: Mature "Aaahhh." Sial ... tangannya terasa nikmat. "Apa ini terasa nikamat, Istriku??" tanya Rie dengan tangan yang masih mengelus tubuh Ruby. "Tidak," elak Ruby. Tapi siapa yang akan mempercayai perkataannya ketika mulutnya terus mengeluarka...