"Ah, sepertinya kamu harus di hukum karena sudah melanggar apa yang aku bilang," ucapku berdiri mengambil penutup mulut dengan bola kecil ditengahnya yang mampu membuatku terdiam, dulu.
Setelah memasangkannya tentu saja aku kembali menekuni pekerjaanku memainkan miliknya yang begitu menggoda, dengan kepala seperti jamur.
"Apa kamu menikmatinya??" ucapku menggoda kedua bolanya yang menggantung dengan indah itu. Rie terus menggeliatkan tubuhnya tidak tahan akan godaanku.
Ya ampun, aku tahu ini perbuatan gila, tapi aku menikmatinya seperti seorang jalang.
"Apa aku harus memasukkan benda keras ini kedalam milikku??" tanyaku bersikap manis, seperti gadis perawan lainnya yang tidak tahu apa-apa.
"Enghhh ... engggh ... eng...." Perkataan Rie sungguh tidak jelas, dia hanya bisa berguman dan penutup mulut itu.
Aku melepaskan mulutku dari miliknya, berdiri di tengah ranjang. Sungguh pemandangan yang indah, di bawah sana, seorang laki-laki tengah terbaring pasrah, miliknya terus berdiri tegak dan mengeluarkan cairan bening, wajahnya sudah memerah menahan gairah melihat seorang wanita tanpa busana berdiri dia atasnya.
"Ada apa??? Kamu ingin memasuki ku???" ucapku yang membuatnya menganggukkan kepalanya.
Dengan perlahan aku menurunkan tubuhku, menggoda miliknya dengan menggesekkan milik kami, sungguh ini terasa sangat nikmat. Dengan perlahan aku memasukkannya, mencoba untuk meresapi setiap mili kulit kami bersentuhan.
"Ahhh...."
"Engghhh."
Desahan-desahan tidak dapat kuhindari, miliknya terasa penuh di dalamku. Aku terus bergerak, mencoba untuk mencari kenikmatan yang lebih lagi.
-flashback off-
"Hey, ada apa??" tanya Rie yang sudah ada di depanku. Entah kapan dia ada disana.
"Sejak kapan kamu ada disitu," tanyaku tanpa melihatnya. Karena memandang matanya saja aku sudah sangat basah dan kembali mengingat malam panas itu.
Rie berjalan pergi tanpa menghiraukan pertanyaanku. Kesal?? Tentu saja.
Dia tidak menjawab pertanyaanku, malahan pergi dan meninggalkan ku disini tanpa tahu apa yang harus aku kerjakan.
***
"Dasar menyebalkan," gerutuku sedari tadi.
Bayangkan teman-teman, ini bahkan masih jam 6 pagi dan dia sudah membangungkan ku tanpa alasan. Dia bahkan tidak membiarkan ku istirahat dan menikmati tidurku. Dengan alasan bahwa hari ini begitu cerah untuk bermain salju, dia seenaknya menarik tangan ku begitu saja.
Mungkin dia lupa, kalau disini setiap hari akan turun salju. Atau enggak, dia habis mengalami mimpi buruk dan ingin menyeretku untuk menderita bersamanya.
Oh, tentu saja tidak. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, tentu saja.
"Hey, berhentilah menggerutu," ucapnya terus berjalan di depanku, oh jangan lupa, dia terus--menyeret--menarik tanganku.
"Rie, bisakah kita kembali dan melanjutkan tidur lagi???" tanyaku penuh harap.
Tapi, tentu saja itu hanya anganku. Bukannya berbalik, dia malah mempercepat langkahnya.
"Kamu akan menyukainya, lihat saja nanti."
Cih, dasar sok misterius.Padahal tadi malam dia masih merintih di bawah ku.
Shitt.
Bahkan di saat yang seperti ini, aku masih memikirkan kegiatan kami tadi malam. Aku benar-benar seperti wanita jalang.
"Hey, ayolah, jangan buat aku pena--"
Aku bahkan tidak jadi melanjutkan apa yang ingin aku ucapkan, pemandangan di depanku lebih menggairahkan daripada yang kupikirkan sedari tadi.
"Indah, bukan???" tanyanya dengan senyum.
"Kamu benar." Aku sudah tidak dapat mengalihkan perhatianku lagi, ini benar-benar indah. Walau yang terlihat hanyalah hamparan salju, tapi ini benar-benar indah dengan matahari yang memberikan gradasi warna yang tak terduga.
"Kamu sudah menjadi milikku, Ruby," ucapnya dengan seringai yang terlihat sangat manis.
Dia perlahan mendekatkan wajahnya, meniup wajahku yang sudah memerah karena dingin dan malu ditatap se-intens itu oleh dia.
Satu ciuman, dua ciuman, tiga ciuman, dan beberapa ciuman selanjutnya.
*** Part terpendek di dalam cerita ini. Dan tolong maafkan saya jika kalian sudah terlalu lama menunggu cerita ini dan akhirnya up dengan alur yang berbeda dari sebelumnya, cara penyampaian bahkan jika feelnya kalian tidak dapat. Tolong maafkan saya sekali lagi.
Sangkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck (Slow Update)
RomanceRated: Mature "Aaahhh." Sial ... tangannya terasa nikmat. "Apa ini terasa nikamat, Istriku??" tanya Rie dengan tangan yang masih mengelus tubuh Ruby. "Tidak," elak Ruby. Tapi siapa yang akan mempercayai perkataannya ketika mulutnya terus mengeluarka...