Lily dengan cepat berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang telah mengetuk pintu kamar yang sekarang di tempatinya. Di sana terlihat seorang laki-laki memberikan sebuah kotak kepada Lily kemudian berbicara dengan suara yang sangat kecil, sehingga aku bahkan tidak dapat mendengarnya.Tidak lama setelahnya, laki-laki itu pun kembali pergi dan Lily berjalan ke arah ku dengan kotak yang ada di tangannya. Kotak itu kemudian di letakkannya di atas meja rias.
Karena sudah tidak mampu lagi untuk menahan keingintahuan ku, "apa itu, Lily??" tanyaku.
"Ini adalah pemberian Tuan Rie kepada anda, Nona," ucap Lily.
Aku pun segera meraih kotak itu dan membukanya.
Sekali lagi aku terpukau dengan apa yang ada di dalam kotak tersebut.
Sebenarnya seberapa kaya laki-laki itu, sungguh aku tidak percaya bahwa dia akan memberiku kalung dan sepasang anting berlian. Oh ... dan jangan lupakan bahwa di dalam kotak itu terdapat satu mahkota kecil yang sangat indah.
Ini bagaikan mimpi bagiku. Tentu saja dengan status ku sebagai rakyat dengan strata tingkat 7 tentu saja bahwa aku tidak akan pernah mendapatkan semua ini.
"Mari saya bantu pakai, Nona," kata Lily mengambil anting dan kalung untuk di pasangkan kepada ku.
Selanjutnya Lily mengambil mahkota kecil itu dan dengan sedikit menunduk mahkota itu sudah terpasang dengan indah di atas kepala ku.
Diriku bagaikan putri kerajaan sekarang.
"Anda sudah di tunggu Tuan Rie di bawah, mari ikuti saya," kata Lily.
Aku pun mulai mengikutinya keluar dari kamar yang selama dua hari ini menjadi penjara bagiku. Lily berjalan dengan sangat pelan untuk menuntunku berjalan, kami menuruni tangga dengan sangat perlahan. Aku takut untuk menginjak gaun yang aku pakai dan menyebakan diriku jatuh di tangga.
Sesampainya di lantai satu, Lily kembali menuntunku berjalan ke arah ruangan yang tidak ku ketahui sama sekali.
Di sana terlihat seseorang pria yang tengah duduk bersandar di sofa, dengan tangan kanannya yang memegang segelas anggur merah. Menawan, satu kata buat laki-laki yang memiliki bahu tegap itu dengan segelas anggur di tangan kanannya.
"Tuan, Nona Ruby sudah siap," ucap Lily kepada laki-laki itu.
Jangan-jangan ....
Laki-laki pemilik bahu tegap itu berdiri dan berbalik menghadap ke arah ku, dia ....
Deg.
Tampan.
Sungguh, laki-laki itu kini terlihat sangat tampan menurut ku, dengan setelan tuxedo hitam dan kemeja putih yang melekat dengan sempurna di tubuh tegapnya. Rambut yang di sisir rapi kebelakang tambah menunjukkan sisi sempurnanya sebagai makhluk ciptaan-Nya.
"Bagus. Kau boleh pergi," katanya kepada Lily.
Lily yang mendengar perintah itu segera pergi berlalu dari hadapan kami berdua.
"Kemarikan tangan mu," ucapnya dengan tangan yang terulur ke arah ku.
Tangan ku bergerak sendiri untuk meraih tangan nya yang masih menggantung di udara.
Pas.
Tangan ku yang kecil terasa sangat pas berada di dalam genggamannya yang hangat, tangannya yang besar menggenggam tangan ku dengan kuat, perasaan hangat tiba-tiba menyelusup ke dalam relung hati, perasaan yang selama ini belum pernah ku rasakan dengan laawan jenis ku semenjak kejadian itu.
Dia tersenyum, tapi ada yang aneh dengan senyumnya. Dia menarik tangan ku dengan hati-hati memperlakukan ku seperti batu berlian yang akan pecah jika di Tarik dengan cepat.
"Kita mau kemana??" tanyaku membuka pembicaraan.
Dia tidak menjawab, hanya berbalik dan kembali tersenyum kepadaku.
"Kau mau membawa ku kemana??" tanyaku lagi.
Kembali keheningan yang menjawab pertanyaan ku, dia sama sekali tidak berniat untuk membuka mulutnya sama sekali untuk menjawab pertanyaan ku yang simple ini.
Setelah berjalan dengan waktu yang cukup lama menurut ku-berjalan cukup pelan-aku melihat di depan sana terdapat keramaian yang sedang mananti.
"Kenapa terdapat lumayan banyak orang???" tanyaku lagi.
Dia berbalik lalu berkata,"mereka sengaja datang untuk melihat pernikahan, kita."
"Oh ... pernikahan."
Setelah beberapa detik.
"Eh ... siapa yang menikah???" kata ku dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck (Slow Update)
RomanceRated: Mature "Aaahhh." Sial ... tangannya terasa nikmat. "Apa ini terasa nikamat, Istriku??" tanya Rie dengan tangan yang masih mengelus tubuh Ruby. "Tidak," elak Ruby. Tapi siapa yang akan mempercayai perkataannya ketika mulutnya terus mengeluarka...