Lari bodoh, batinnya kembali berteriak untuk menyuruhnya pergi dari sana."Ka-kalian, 'jan mendekat," ucap ku dengan susah payah.
"Tuan Rie."
"Tangkap dia, dan bawa ke villa," ucap laki-laki yang tadi menolongku.
Keempat pria lainnya segera mendekati dan mengerubuniku sebelum aku sempat lari dari mereka.
"Lepaskan, brengsek," teriak ku cukup kuat.
Mereka terus menyeretku tanpa kenal belas kasih menuju ke tempat yang baru saja aku datangi.
Villa kediaman keluarga Whill.
"Tuan Rie," ucap orang yang kini memegang tangan kiri ku.
"Masukkan dia ke dalam kamar 203, dan jangan biarkan dia bisa kabur," ucap laki-laki yang di panggil Tuan Rie itu—lelaki yang menolong ku—
"Baik, Tuan."
Lagi.
Mereka kembali lagi menyeretku masuk ke dalam Villa tersebut dan woow.
Ini pertama kalinya aku masuk ke dalam sebuah villa dan isinya cukup—sangat—menabjubkan.
Desain yang klasik di padukan dengan warna emas dan putih, di sertai dengan furniture-furniture cantik dan mewah.
Astaga, bodoh. Kenapa kau masih sempat-sempatnya mengagumi villa ini kalau pada kenyataannya sebentar lagi kau akan di sekap. Marah ku kepada diri sendiri yang telah bertingkah bodoh.
"Lepaskan aku brengsek," teriakku.
Mereka terus menyeret ku menaiki tangga yang panjang ini. Sesampainya di lantai dua mereka memasukkan ku ke dalam kamar yang di perintahkan oleh laki-laki itu.
Blaammm.
Pintu di banting dengan kuat oleh orang-orang itu.
Click.
Terdengar suara pintu yang di kunci dari luar.
"Dia sudah ada di dalam kan?"
"Sudah, Tuan."
"Baiklah. Kalian boleh pergi," ucap seseorang yang suaranya terdengar samar-samar.
Pasti orang itu. Batin ku.
Kemudian terjadi hening dan,
Clikc.
Pintu dengan perlahan terbuka menampakkan seseorang pria berdiri dengan pandangan dingin disertai dengan senyuman miringnya.
"Lepaskan aku, Tuan," ucapku memohon untuk di lepaskan.
"Oh ... maafkan aku Nona, tapi kau sudah melihat apa yang seharusnya tidak kau lihat," ucap pria itu dengan intonasi datarnya.
"Aku, aku tidak akan mengatakan apa yang tadi aku lihat kepada orang lain."
"...." Masih tidak ada suara yang di keluarkan oleh orang itu.
"Aku berjanji, Tuan."
"...."
"Aku aku akan melakukan apapun, Tuan. Jadi kumohon lepaskan aku," ucap Ruby tanpa sadar akan bahaya yang akan di hadapinya.
"Apapun?" ucap pria itu.
" Ya, apapun."
Pria itu menyeringai ketika mendengar Ruby mengatakan akan melakukan apapun agar di bebaskan.
"Baiklah, aku akan membebaskan mu, Nona."
"Ruby. Panggil aku Ruby."
"Senang berkenalan dengan mu, Ruby. Namaku Rie Whill. Kau bisa memanggil ku Rie. Dan mulai sekarang kau akan tinggal dengan ku," ucap Rie kepadaku dengan nada dinginnya.
"APAA," teriakku kaget.
Mana mungkin aku bisa tinggal dengan orang yang tidak ku kenal.
"Ya, tadi kau bilang akan melakukan apapun, 'kan? Nah, aku ingin kau untuk tinggal dengan ku."
"Ta-tapi, aku tidak bisa. Mana mungkin aku tinggal dengan orang tidak aku kenal," ucapku lagi.
"Tidak kau kenal? Kita bahkan sudah berkenalan tadi, jadi mana mungkin kau tidak mengenalku, Ruby," kata Rie dengan senyum miringnya.
"Kau, kau licik," ucapku kesal kepadanya yang telah memanfaatkan perkataan ku.
"Kau yang bodoh, Ruby. Aku hanya mengambil kesempatan yang di berikan kepada ku."
Setelah mengatakannya dia langsung pergi dan kembali mengunciku di dalam kamar.
Brengsek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suck (Slow Update)
RomanceRated: Mature "Aaahhh." Sial ... tangannya terasa nikmat. "Apa ini terasa nikamat, Istriku??" tanya Rie dengan tangan yang masih mengelus tubuh Ruby. "Tidak," elak Ruby. Tapi siapa yang akan mempercayai perkataannya ketika mulutnya terus mengeluarka...