Bab 6

20.9K 213 1
                                    



"Kau, kau licik," ucapku kesal kepadanya yang telah memanfaatkan perkataan ku.

"Kau yang bodoh, Ruby. Aku hanya mengambil kesempatan yang di berikan kepada ku."

Setelah mengatakannya dia langsung pergi dan kembali mengunciku di dalam kamar.

Brengsek.

Sudah dua hari aku terkunci di dalam kamar mewah ini, bagai burung yang berada di dalam sangkar emasnya. Setiap hari di saat sudah masuk waktu makan, pelayan silih berganti masuk ke dalam kamar ini untuk memberi ku makanan-makanan mewah dan lezat.

Oh ... jangan tanyakan kepada ku kemana perginya orang licik itu, setelah kepergiannya waktu itu dia sudah tidak pernah datang ke kamar ini lagi. Setiap aku menanyakan kepada para pelayan yang selalu datang, mereka selalu hanya diam dan pergi begitu saja tanpa memberi ku informasi apapun.

Tidak, aku bukannya mencari dia, apalagi merindukannya. Tentu saja itu tidak akan terjadi.

Aku hanya ingin segera keluar dari dalam penjara mewah ini, aku hanya tidak ingin menjadi tawanan, aku hanya ingin kembali ke hidup ku yang dulu. Hidup bebas, bebas pergi kemana pun yang aku inginkan.

Dua hari ini hidup ku terasa kosong, hanya bisa melihat keadaan di luar melalui jendela di lantai dua ini.

Benar-benar hampa dan menyebalkan.

Clekk.

Pandanganku segera beralih ke arah pintu yang terbuka, di sana berdiri seorang wanita. Dia adalah Margareth kepala pelayan di villa ini. Margareth melangkah masuk bersama seorang pelayan yang baru pertama kali kulihat selama aku disini.

Pelayan itu membawa nampang yang di atasnya terdapat sepotong roti dan segelas susu untuk sarapan pagi.

"Nona, Tuan Rie ingin anda memakai gaun ini sehabis sarapan dan menemuinnya di ruang keluarga," ucap Margareth meletakkan bungkusan yang bisa ku tebak bahwa isinya pasti adalah sebuah gaun.

Tanganku dengan lincahnya meraih bungkusan itu dan segera membukannya. Di dalam sana terdapat sebuah gaun putih yang indah.

"Woow, ini sangat indah, Margareth," ucap ku tanpa mengalihkan perhatian ku dari gaun tersebut.

Margareth hanya tersenyum mendengar perkataanku, "Lily akan membantu Nona untuk bersiap-siap," ucapnya menunjuk pelayan yang tadi membawa nampang tersebut.

Setelah berkata demikian Margareth segera pergi meninggalkan ku berdua dengan pelayan yang di panggil Lily tadi.

"Nona, silahkan habiskan sarapan Anda terlebih dahulu, setelah itu saya akan membantu Anda untuk bersiap-siap," ucap Lily kepdaku.

Aku segera meraih nampang yang terdapat sepotong roti tersebut dan memakannya dengan waktu yang sangat cepat, kembali tanganku meraih segelas susu yang sudah di siapkan untuk ku, meminumnya dengan satu kali teguk.

"Saya sudah menyiapakan air hangat untuk Anda mandi, Nona."

"Terima kasih, Lily."

Tidak butuh waktu lama aku sudah menyelesaikan ritual mandi ku yang memang tidak pernah memakan waktu yang lama. Lily menuntun ku untuk duduk di depan meja rias yang ada di dalam kamar ini. Tangannya dengan cekatan mengeringkan rambutku yang basah.

Setelah mengeringkan rambutku, Lily kembali menyisir rambut ku dengan perlahan, tangannya dengan terampil meraih sedikit demi sedikit rambut di kedua pinggir kepalaku untuk di ikat dan di jadikan satu. Tangannya kembali meraih beberapa alat make up yang tidak ku ketahui namanya dan memoleskan nya di wajah ku. Setelah itu, Lily kembali membantu ku untuk memakai baju yang tadi di berikan oleh Margareth kepada ku.

Di sana, berdiri seorang wanita dengan gaun putih yang indah, taburan berlian yang berada di sekitar dada gaun tersebut dengan leher baju V yang menunjukkan belahan dada wanita itu. Bukannya terlihat murahan wanita itu malah terlihat menawan sekaligus seksi dalam satu kali pandang.

Sungguh, aku tidak dapat percaya, bahwa wanita yang berdiri di sana itu adalah bayangan ku sendiri.

Benar, wanita yang cantik dan seksi itu adalah diriku di dalam cermin. Aku bahkan tidak pernah menyangka bahwa aku bisa menjadi secantik ini.

Jangan katakan bahwa aku terlalu percaya diri, karena kenyataannya aku memang sangat cantik untuk saat ini.

Tok tok tok.

Apakah itu dia???, kata ku dalam hati setelah mendengar suara ketukan pada pintu kamar.

Suck (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang