Bab. 5 Love Letter

73 6 0
                                    

Bel tanda pulang berbunyi dengan nyaringnya. Aku seperti siswa lain yang berbahagia pas bel pulang berbunyi, apalagi rutinitas kelas tiga yang bikin tenagahku habis terkuras. Hari ini entah kenapa aku merasa capek. Ingin rasanya cepat-cepat ke halte nunggu bus, sampai rumah dan tidur. Oh ranjangku, aku ingin segerah merebahkan badan ku di atasmu.

"Kak Dwiiiiiii.. " teriak seseorang di belakangku.. Mendengar suaranya saja aku tau siapa dia..

Aku terus melangkah kan kakiku menghiraukan suara dia di belakangku memanggil namaku.. Langkahku yang sampai di gerbang sekolah terhenti seraya lenganku tertarik berbalik bersama tubuhku.

"Kak Dwi udah budeg yah. Dari tadi di panggil gak nyahut." ku lihat wajahnya yang cemberut sambil bibirnya menggerutu tidak jelas..

"Maaf adikku yang cantik. Loh kenapa??" aku menatap try di depanku.

Wajahnya yang tadi cemberut berubah jadi senyum 5 jari. "Kakak ku yang manis. Nih! " ucap Tri seraya menyodorkan surat bersampul warna biru kepadaku..

Aku mengernyit, "Surat?? rasanya gue gak terkenal-kenal amat deh. Eh tau-tau ternyata gue punya fans." Ucapku mengambil surat itu sambil tersenyum manis. Try hanya melotot kepadaku.

"Gue yakin orang yang fans sama loh pada mikir ulang. Ngapain memuja orang yang galaknya luar biasa kayak lo. Lagian tuh surat bukan dari fans yang kau harapkan itu. Surat itu buat kak Gilang." aku menatap matanya yang berbinar-binar ketika mengucap nama seseorang. Siapa tadi??

"Siapa??" ulangku.

"Kak Gilang kak Dwi." ucapnya tersenyum

"Siapa sih Gilang?? Gue gak punya teman kelas yang namanya Gilang." aku bingung. Gilang??

Try hanya menghela nafas. "Gilang kak Dwi. Kak Gilang?? Masa gak tau?? Ituloh mantan ketos. Gimana sih kak Dwi, Gilang aja gak tau."

"Ah Gilang yang cupu itu?? yang pake kacamata kan??" tanyaku sambil mengingat Gilang. Karena setauku yang bernama Gilang yah cuma itu.

"Bukan cupu, tapi modis. Ganteng gitu di bilang cupu."

"Terserah apa kek, cupu modis gak penting. Yang penting itu adalah hubungannya dengan gue apaan?? Apa lagi nih surat-surat juga.."

"Gini loh kak." Try mulai mengucapakan kata manisnya. "Kan kak Dwi itu sering naik bus. Otomatis nunggu busnya di halte kan? Nah itu yang penting kakak. Waktu itu gue lihat kak Gilang di halte tempat kakak sering nunggu bus. Kesempatan gak boleh di sia-sia kan, yah jadi gue pengen kakak yang ngasih surat itu ke kak Gilang nanti." jelas Try panjang lebar..

"oh.. " ucapku sambil mengangguk-ngangguk..

Tunggu..

Gue yang kasih??

"Ah gak mau. Nanti dia ke GR-an lagi. Loh aja kek." Aku mengembalikan surat itu.

"Ayolah kak, dia satu angkatan dengan kak Dwi. Jadi gak apa-apa dong, lagian kakak satu halte ama dia. Ayolah kak, please!! " Try memohon kepadaku sambil merapatkan kedua telapak tangannya di depan dadanya..

"Tapi--"

"Yeh makasih kakak." ucap Try sambil memekik girang. Dia kemudian mencium pipi kirikku. Dia dengan tanpa dosanya meninggalkan ku dengan sebuah surat di genggamanku..

"Arrgghh.. Awas loh yah Tryyyy.. "aku berteriak kesal..

Apa yang terjadi saat ini.??

****

Aku menatap satu persatu orang disini, di halte. Dengan tampang bego mencari sih pemilik surat ini. Aku mengedarkan pandanganku, dan nah, itu dia. Laki-laki yang duduk di pojok kursi yang kacamata setia menemaninya. Dengan enggan aku mendekatinya.

Halte Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang