Bab. 3 Forbidden Love

84 6 0
                                    

Cklek..

"hal-"

"nomor yang anda tuju sedang tidak ak-" tutt tutt tutt

Kebiasaan.. Butuh extra sabar menghadapi cowok ini.. Huh, ini sudah ke 7x aku menelfonnya, tapi apa,, cuma operator yang ku dapat.. Ini sudah jadi kebiasaan ku.. Pernah waktu itu aku memisscall sebanyak 30x.. Tapi apa yang kudapat, dia menjawab dia sibuk dan mematikan sepihak. Itu lagi, aku harus extra sabar karena aku mengerti yang terjalin di antara kami..

Aku mencoba menelfonnya kembali dan dia mengangkatnya..

"hal-"

"maaf, aku lagi sibuk dwi. Mengetilaah" ucapnya dengan tergesa-gesa. Aku sangat jengkel kalau ucapan ku tepotong..

"sibuk?? Sibuk apa lagi?? Surya kau janji sama aku mau menemaniku ke mall, kau tidak lupa kan?? " 2 jam lebih lebih aku menunggunya dan dia dengan entengnya bilang sibuk?? Di mana hati nuraninya..

"aku tidak lupa, serius dwi. Tapi nika menelfon ku, dia menyuruh ku menemaninya ke perpustakaan kota. Aku tidak bisa menolaknya" alasan itu lagi. Harus kah aku menerimah alasan itu yang sudah beribu-ribu kali.

"tidak bisa kah kau menolak nya surya?? aku yang duluan janjian sama kamu. Dan sekarang dengan entengnya kau membatalkannya?" ingin rasanya aku menangis, tapi apa? Itu tak akan merubah yang terjadi..

"sekali lagi maaf dwi. " aku mendengar seorang wanita memanggil surya dan surya menjawab ucapan wanit tersebut..

"dwi, sudah dulu yah. Nika memanggilku. Aku janji kita akan pergi lain kali. Bye" tutt tutt tutt.

Lihat, bahkan dia memutuskan sambungan telfon secara sepihak dan tidak mendengar balasan ku. Aku membuang nafas dengan keras dan berpikir, 2 jam aku menunggu dan semua sia-sia saja..

"napalo kak??" tanya try, adikku yang sedang menonton tv. Aku mengabaikannya dan masuk dalam kamar. Aku tidak ingin sementara bicara. Bisa kah kau berpikir menunggu 2 jam dan ternyata rencananya gagal. Pikiran ku kacau. Batal lagi, batal lagi

****

Aku tak menyangka hujan hari ini, tadi pagi sengat cerah, menjelang sore mendung dan hujan. Aku juga lupa memasukkan payung kesukaan ku yang berwarnah biru. Dan yang menjengkelkanya lagi, eky, kakak ku tidak mengangkat telfon ku yang aku misscall 10x. Kenapa semua orang suka sekali tidak mengangkat telfon ku. Dan sekarang aku meratapi nasibku, terjebak di koridor sekolah. Sekolah semakin sepi, hanya beberapa siswa yang menunggu jemputannya. Tuhan mungkin mengetahui perasaan ku sekarang, sedih, kecewa dan sakit. Aku tanpa sengaja menatap sepasang kekasih yang ada di gedung sebelah di depanku. Aku hanya tersenyum miris. Betapa bahagianya mereka yang bebas bermesraan di depan umum. Aku ingin, aku juga ingin seperti mereka. Tapi apa, mecintai saja aku sudah salah, apalagi bermesraan seperti mereka.. Aku tersenyum kecut menimbang itu semua. Aku melamun sambil merasakan hawa dingin yang menyapu kulit ku..

"eeh dwi, kau belum pulang?" ucap seseorang di sampingku. Aku berbalik dan menatap asal suara itu. Di sana ada nika dan yah, lelaki yang tidak seharusnya aku cintai. Aku melihat lelaki itu yang juga heran melihatku disini.

"ah nika, aku lupa bawa payung. Aku tidak tau kalau hari ini hujan padahal tadi pagi cerah dan ini, kakak ku susah di hubungi." aku menjawab sembari memperlihatkan hp ku.

"wah sekolah sudah hampir sepi juga." nika menoleh kekanan dan kekiri. Sedangkan lelaki itu. Dia hanya diam menatapku. Tidak bisa kah dia mengatakan sesuatu padaku dengan keadaan ku saat ini.

"bagaimana kalau kau ikut kami naik mobil. Bisa kan surya? " ucap nika sembari menatap surya. Yah lelaki itu adalah surya. Lelaki yang tidak boleh sebenarnya aku cintai. Nika adalah pacar surya, dan aku, mungkin kalian bisa mengatakan aku orang ketiga di hubungan mereka.

Halte Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang