Bab. 4 Status Kepastian

80 5 0
                                    

Perempuan mudah sekali merasa tersanjung pada setiap bentuk perhatian yang laki-laki berikan kepadanya. Tapi itu tidak berlaku padaku. Meskipun aku dan dia dikatakan TTM or teman tapi mesra, tapi bagi kami, kita hanya sepasang lelaki wanita yang bersahabat. Walaupun sebenarnya aku menganggapnya lebih dari itu..

Kata orang, wajar memang seseorang bersahabat dengan lawan jenisnya. Banyak kok orang yang lakuin. Tapi taukah kamu bahwa rata-rata dari mereka persahabatannya hancur karena salah satu pihak memendam lebih. Aku takut. Aku takut persahabatannku dengannya hancur gegara aku. Jadi kuputuskan biar aku diam saja. Biarlah semuanya mengalir seperti air. Biarlah aku memendamnya saja.

"Sudah lama Nika? " tanya seseorang sambil menarik kursi di depanku. Aku baru sadar ternyata tadi aku melamun. Aku hanya tersenyum menatap sahabatku ini.

"Enggak kok Eky. Nih baru juga" balasku. Eky hanya menatapku dengan curiga.

"Iya, barunya itu 1 jam yang lalu. Kan?"

"Enggak. Aku baru sampai 56 menit yang lalu. Eeh!!" Ini yang tidak aku suka. Aku tidak bisa berbohong di depan Eky. Mulutku berbicara tanpa rem. Lihat, aku sangat benci wajah sendunya itu.

"Aku sudah bilang, kalau kita janjian. Please jangan kecepetan datang. Nanti kalau ada yang godaiin kamu atau colek-colek kamu, gimana?? " ucap Eky tegas.

Aku tidak tau dia itu khawatir dengan ku karena sebatas sahabat atau wanitanya. Ini yang selalu aku salahartikan. Dia kadang membuatku bahagia, kadang bingung. Aku merasa dipermainkan.

"Iya. Aku janji deh. " aku melihat mukanya cemberut.

"Aku tidak tau ini janji keberapamu. Tapi aku berharap kau betul-betul janji." dia memandangku jengkel. Aku hanya tersenyum mendengarkan.

"Ok bos. Btw emang kamu kenapa sih?"

"Nih aku pusing, tugas aku banyak yang belum kelar. Malah tadi aku di suruh jadi kordinator pentas seni di kampusku. Gimana coba nih otak gak pusing. Aku mau gila Nik. "

"Hah untung aku masih SMA yah, jadi belum mikirin itu. "

"SMA sih SMA, tapi sadar kamu sudah kelas 3, mau ujian" aku terkikik lagi mendengar gerutunya itu.

"Makanya Ky, kamu nyari pacar supaya bisa bantuiin kamu. Kamu terlalu lama jomblo loh." aku tertawa menutupi rasa cemburuku.

"Belum ada yang cocok Nik. Lagian aku belum mau pacaran. Nah kamu? Jangan sok tidak tahu yah?!" aku hanya tersenyum kecut mendengarnya. Tidak mau pacaran?

Ingin aku mengatakan hal ini. Aku ingin melihat reaksinya padaku mengenai ini.

"Sebenarnya akhir-akhir ini aku dekat dengan cowok. Sering ngantar aku pulang les or ngajak jalan-jalan. Gue nyaman dekatnya Ky. "

Ok, lupain kalimat terakhir itu. Aku menatap Eky dengan penasaran. Tapi tanggapannya,

"Woah, bagus dong. Gak lama lagi kamu gak jomblo abadi. Namanya siapa?" Aku tersenyum maksa.

"Namanya Surya. Satu angkatan tapi beda sekolah."

"Selamat dong. Nanti kalau jadian, traktir yah." Ingin aku teriak dan berkata 'Eky, bukan itu yang ingin aku dengar', namun apalah. Biarlah aku memendam semua itu.

****

Seperti biasa, aku menunggu Surya di depan sekolah. Katanya dia akan mengatakan sesuatu. Entahlah apa itu. Memang dia sering buat janji, tapi ini katanya agak serius. Aku agak jadi merasa aneh. Aku tidak tau kenapa? Mungkin ini perasaanku saja.

Halte Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang