Chapter 5: Rika dan Raka

30 4 0
                                    

Aku menganga melihat dua postur yang berdiri di depanku. Rika dan Raka membesar menjadi seperti manusia, hanya saja sayapnya menghilang. Rambut Rika berwarna coklat kemerahan dengan warna bola mata yang senada dengan warna rambutnya, sementara Raka memiliki rambut bewarna biru tua dan bola matanya juga senada dengan warna rambutnya. Tinggi Raka hampir sepantar dengan Revan, sementara tinggi Rika setinggi pipi adiknya yang berarti aku setinggi pundak adiknya. Rambut Rika sepanjang punggung, dan Raka...

"Jangan kaget. Aku tahu tak semua peri bisa melakukan ini, hanya saja mayoritas peri bisa melakukannya, contohnya aku dan adikku tercinta ini." Ucap Rika sambil merangkul adiknya. Yang dirangkul hanya mendesah kesal.

Bukan itu... Ra... Raka...

"Adikku tampan, kan?"

Ah, aku lupa. Rika bisa membaca pikiran.

"Bisakah kita langsung melanjutkan perjalanan?" Revan bersuara. Raut wajahnya menunjukkan kekesalan. Rika melihatnya dengan tatapan menggoda.

"Sepertinya ada yang... c nih..." Goda Rika. Revan membuang wajahnya. Dia kenapa?

"Yasudah, kita tak bisa membuang lebih banyak waktu."

Revan aneh.

"Waahh, aku boleh ikut? Sepertinya menyenangkan." Tutur Rika antusias.

Aku sih boleh-boleh saja, tapi Revan...

"Kau tidak akan menolak hanya karena adikku ini, kan?" Dan Rika kembali menggoda Revan. Aku tak mengerti yang dibicarakannya.

"Terserah." Waahh, gawat. Dia menjadi ketus seperti itu. Revan kenapa?

"Okay! Ayo berangkat!" Rika dan Riko antusias menyerukannya bersama-sama. Aku hanya bisa tersenyum simpul.

Dan perjalanan dimulai kembali, dengan partner baru yaitu Rika dan Raka. Aku tak mengerti dengan sikap Revan. Apa maksud Rika dengan 'c'? Dan kenapa membawa Raka?

Ah ya! Aku belum menuliskan kejadian sebelumnya!

Aku kemudian berniat menulis dan pena langsung muncul. Aku mengambil pena tersebut dan mulai menulis.

"Saat aku sedang mengambil air disekitar danau, aku bertemu seekor tupai. Yang mengejutkan bukan..."

"Kau sedang apa?"

Tanganku terhenti melakukan perkerjaannya. Kepalaku reflek menoleh ke samping kiri ku, menoleh ke orang yang bertanya tadi, Raka. Didepanku, Rika dan Revan telah berjalan lebih dulu, sementara Riko, ada di pundak kiri Revan.

"A... aku sedang menulis." Jawabku.

"Tulis? Apa yang kau tulis?" Tanyanya lagi yang memang penasaran. Aku menggeleng.

"Ini hanya tentang kejadian-kejadian yang terjadi padaku." Jawabku. Dia ber-oh-ria dan aku bisa melanjutkan tuisanku sekarang.

"... bukan si tupai yang muncul tiba-tiba, walaupun aku sedikit terkejut tentang itu, tupai itu bisa berbicara! Ini dongeng! Dongeng! Tidak, ini nyata!"

Aku menghela nafasku sebentar, lalu melanjutkan tulisanku.

"Ini nyata! Dan tupai tersebut sangat imut. Aku menyukainya. Tupai tersebut bernama Riko. Aku pun kemudian mengajak Riko untuk melanjutkan perjalanan kami, dia menerimanya dengan antusias. Dia benar-benar lucu."

Aku mengulum senyum.

"Setelah itu, aku, Revan dan Riko melanjutkan perjalanan. Kami tidak menyadari bahwa kami memasuki wilayah Lembah Hipno. Lembah tersebut membuatku ber-ilusi. Aku lalu mengulang cerita tepat ketika aku berumur 5 tahun. Aku bahkan tidak ingat bahwa Ibu pernah menceritakan kepadaku tentang RReiLand, dan ibu menceritakannya saat itu. Kemudian setelah ibu bercerita, nenek tiba-tiba muncul entah darimana. Yang lebih mengejutkan, nenek tahu tentang RReiLand. Aku tak sempat bertanya karena nenek menghilang secepat dia datang. Lalu aku tersadar saat suara Revan memanggilku."

Pipiku bersemu. Revan dan Revan. Pria itu telah menghipnotisku, bahkan lebih parah dari di dalam Lembah Hipno.

"Eh, kau kenapa?" Tanya Raka lagi, mungkin dia melihat semu merah di pipiku.

"Ti... Tidak. Bu... bukan apa-apa." Jawabku gugup.

"Bohong tuh, palingan gara-gara si R." Sahut Rika. Gadis itu menjengkelkan dengan kekuatannya yang bisa membaca pikiran. Syukur bukan Revan yang bisa membaca pikiran, walaupun saat melihatnya pertama kali aku berpikir dia bisa membaca pikiran.

"Lupakan saja." Yeah, kau harus memiliki pacar seperti Raka, tidak terlalu mengambil serius omongan orang lain. Tapi wajahnya, kenapa wajahnya kelihatan kesal? Aku tarik kembali omonganku tentang tak terlalu mengambil serius omongan orang lain.

Aku tak ambil pusing, aku melanjutkan kembali tulisanku.

"Aku tersadar dengan keadaan sedikit lemah. Lalu dua orang peri kembar mengelilingiku tujuh kali. Mereka memberi energi yang mungkin terkuras saat aku masih ber-ilusi. Nama mereka adalah Rika sebagai kakak dan Raka sebagai adiknya. Dan kau tahu? Peri itu benar-benar ada!"

Memang konyol.

"Setelah itu, kami keluar dari lembah sebelum lembah itu menghipnotis kami lagi, usulan dari Riko. Rika memiliki kemampuan membaca pikiran dan melepas seseorang dari ilusi. Peri tak dapat terhipnotis. Mereka kecil dan bersayap, seperti pada peri umumnya. Tetapi mereka bisa mengubah bentuk mereka menjadi sebesar manusia normal, dan itupun tanpa sayap. Rika lalu meminta izin untuk bergabung, dan kemudian mereka berdua bergabung. Dan kau tahu apa yang lebih mengejutkan? Revan. Dia terlihat kesal bahkan sampai sekarang."

Aku menutup buku, dan pena kemudian menghilang. Aku memandangi punggung Revan yang terus berjalan.

"Ah ya! Apa kalian ingin ke desa kami?" Seru Rika bertanya. Aku mengangguk, tapi Revan...

"Oh ayolah, kau tidak bisa bergantung pada Revan untuk setiap keputusanmu. Dia pasti mau ikut kalau kau mau." Aku tak yakin dengan ucapan gadis tersebut, tapi terserahlah.

"Oke... ayo pergi."

Dan tentunya yang mengucapkan kata tersebut adalah Rika dan Riko dengan menyandeng antusias mereka. Rika ceria dan sedikit menyebalkan, berbanding terbalik dengan adiknya yang pendiam dan tak banyak bicara, dan Raka berbanding terbalik dengan Revan yang ramah dan ceria, dan Riko yang antusias walau tak banyak bicara. Kelompok ini sepertinya sudah lengkap.

RReiLandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang