Chapter 4: Lembah Hipno

18 4 0
                                    

Kami berjalan bertiga, melanjutkan perjalanan yang sebelumnya tertunda itu. Tentu saja tidak terasa garing karena Revan dan Riko suka membuat lelucon. Aku hanya menanggapinya dengan senyum karena mungkin jika aku tertawa Revan akan membuatku jantungan dan mati ditempat karena wajahnya akan berada tiba-tiba didepan wajahku, ya... sep... seperti tadi...

Aku bisa melihat sebuah lembah didepan kami, tapi aku tetap cuek dan terus berjalan bersama mereka berdua.

Sampai, perasaanku tak enak. Tepat ketika aku melihat untuk kedua kalinya lembah itu.

A... aku dimana? Aku melihat kesekitar.

"Revan? Riko?"

Tak ada sahutan. Aku kembali melihat ke sekitar, semua mendadak gelap. Aku terduduk, merasa takut akan kesendirian ini. Aku pun menyembunyikan wajahku diantara kedua kakiku.

"Rizqa?" Aku mendongak, mendapati wajah familiar ibuku, sedang menatap tepat ke arahku.

"I... ib..."

"Ibu. Ceritakan aku sebuah dongeng." Panggilanku terputus ketika suara lain menyahut. Sosok yang menyahut tersebut kemudian terlihat sedang siap untuk tertidur, dengan posisi duduk di ranjang. Dan dia... dia adalah aku! Aku waktu umurku sekitar lima tahun.

"Baiklah, ibu akan menceritakanmu sebuah dongeng." Jawab ibuku. Aku hanya bisa menonton. Ini ilusi, kan? Mereka tidak bisa melihatku.

"Pada suatu hari, ada seorang gadis keturunan Rei."

Tunggu, ibu menceritakan tentang apa? Aku menyimak dengan seksama. Benarkah ibu pernah menceritakan hal itu?

"Dia masuk melalui buku dan bertemu seorang pangeran tampan."

Memang benar, tapi Revan bukan pangeran. Memang kuakui dia tampan.

"Mereka kemudian melakukan perjalanan dan bertemu RDarkQueen. RDarkQueen adalah Ratu yang jahat. Dia ingin menguasai RReiLand. Tapi meskipun dia kuat, dia berhasil dikalahkan oleh sang gadis."

"Dan si gadis pun kembali ke dunianya lagi. Tamat."

Aku terkesima. Ce... cerita ini...

"Sudah ibu ceritakan, kan? Kalau begitu tidurlah." Ucap ibu lalu menyelimuti diri kecilku tersebut.

"Rizqa!"

Kali ini aku menoleh ke arah lain. Seseorang yang lagi-lagi familiar untukku. Di... dia... Nenek?

"Nenek?" Wanita itu mengangguk.

"Nenek, kenapa kau bisa ada disini?" Tanyaku spontan.

"Jangan terlalu terkejut begitu, sayang. Bersikap tenanglah." Ucap nenek. Aku mengangguk.

"Ibumu menceritakannya, ya?" Aku mengernyit.

"Cerita? Yang tadi?" Tanyaku. Nenek mengangguk.

"Apa kamu melupakannya?" Tanya nenek. Aku mengangguk sedikit.

"Tentu saja kau melupakannya, kau berumur lima tahun saat itu." Ucap nenek tenang lalu tertawa hambar.

"Nenek juga tahu tentang RReiLand?" Tanyaku hati-hati. Nenek mengangguk.

"Tentu saja."

"Lalu, bagai..."

"Sssttt... kau akan tahu semuanya jika kau keluar dari sini." Nenek berkata.

"Jujur saja, nek. Aku sangat ingin mengetahui segalanya." Tuturku. Nenek kemudian mengangguk.

"Kau akan mengerti segalanya, nak. Percayalah padaku." Ujar nenek meyakinkan. Aku lalu menundukkan kepalaku.

"Nek, kalau..." Aku mendongak kembali dan kata-kataku terhenti. Nenek sudah menghilang. Dan aku sekarang benar-benar sendiri lagi.

"Rizqa! Rizqa sadarlah! Ini Lembah Hipno!"

"Ugh..."

Aku membuka mataku, lalu melihat kesekitar. Ada Revan disamping kananku begitu pula Riko. Dan didepanku, aku melihat dua orang pe... peri? Dengan segera aku mengganti posisi tidurku ke posisi duduk.

"Ka... kalian peri?" Tanyaku spontan. Kedua makhluk kecil yang terbang itu mengangguk lalu terbang mengitariku.

"Ap... apa in..."

"Diamlah, mereka sedang memberimu energi." Ucap Revan memotong ucapanku. Aku hanya diam menuruti. Karena memang keadaanku sedikit lemah.

Mereka mengitariku kira-kira tujuh kali. Lalu tersenyum tepat didepan wajahku. Mereka bersinar seperti peri yang difilmkan di tv. Tubuh mereka sekecil jari telunjuk. A... aku tak percaya bahwa peri itu benar-benar ada.

"Kau sudah baikkan?" Tanya salah satu peri. Dia... perempuan.

Aku mengangguk menanggapi pertanyaannya itu.

"Syukurlah." Ucap peri satunya, peri laki-laki. Aku menyadari sesuatu, mereka kembar?

"Kalau begitu, kita harus segera keluar dari lembah ini sebelum lembah ini menghipnotis kita lagi." Usul Riko. Semuanya mengangguk lalu mulai berjalan.

Lalu tak lama, kami menemukan titik cahaya, jalan keluar. Kami semua segera kesana.

Kami akhirnya keluar dari lembah tersebut. Aku mnghirup dalam-dalam udara yang kurasakan lalu menghembuskannya pelan. Aku seperti tercekik disana.

"Se... sebenarnya apa yang terjadi?" Tanyaku.

"Tadi kalian masuk ke kawasan Lembah Hipno, lembah yang bisa menghipnotis siapapun yang masuk ke dalamnya. Apa tadi kau bermimpi? Atau apapun itu, yang jelas kau terjebak di pikiranmu sendiri. Entahlah, aku tak terlalu mengerti. Aku tak pernah merasakannya." Tutur peri lelaki tersebut.

Tak pernah merasakannya? Apa maksudnya dengan tak pernah merasakannya?

"Kami para peri tidak bisa terhipnotis." Ujar peri perempuan yang menjawab pertanyaan di kepalaku.

Hee? Bagaimana dia tau pikiranku? Aku menampilkan raut wajah bingung? Tidak, wajahku sedari tadi datar saja. Lalu bagai...

"Aku bisa membaca pikiranmu."

"Hee?" Aku menoleh ke peri perempuan yang baru saja berbisik di telingaku itu. Ia Cuma tersenyum.

Baiklah, aku akan mengetesmu. Namaku adalah...

"Rizqa Rei." Aku menganga. Dia benar-benar bisa membaca pikiranku!

Apa semua peri bisa begitu?

"Tidak, Cuma beberapa salah satunya aku."

Baiklah, aku tenang sekarang.

"Siapa nama kalian?" Tanyaku pada kedua peri tersebut.

"Aku, Rika. Dan ini adalah adikku, Raka." Ujar peri perempuan. Aku mengangguk paham.

"Dia yang mengeluarkan kalian dari ilusi kalian." Ujar peri laki-laki menunjuk kakaknya.

"Kau mempunyai kemampuan yang sangat hebat." Pujiku.

"Tidak, Riz. Kemampuanmu lebih dariku." Ujar Rika. Aku mengernyitkan dahiku bingung.

"Kau tidak tahu sama sekali?" Kaget Rika. Aku menggeleng.

"Rika, tidak baik membaca pikiran seseorang." Baiklah Raka, kau baik.

"Maaf. Aku hanya tidak sengaja mendengarnya." Dan Rika meminta maaf.

"Oh iya, kalian akan kemana?" Tanya Raka. Aku menoleh ke Revan, meminta izin untuk memberitahukannya seperti saat bertemu dengan Riko. Dan ia mengangguk.

"Kami akan ke ujung RReiLand." Ucapku. Raka terlihat kaget, sementara Rika biasa saja. Sudah pasti dia mengetahuinya.

"Yang kutahu itu ujung RReiLand hanya mitos!" Ujar Raka.

"Revan yang mengatakannya." Ucapku tanpa rasa bersalah.

"Revan? Siapa Revan?" Tanya Raka bingung.

"Ugh, uhuk... uhuk..." Revan terbatuk-batuk karena kaget. Dia sedang minum saat Raka menanyakannya.

Aku menahan tawaku, sementara Riko dan Rika sudah tertawa lebar. Raka hanya menunjukkan raut wajah bingung.

"Adikku, pria tampan ini bernama Revan, kau tahu?" Jelas Rika sambil memegang kedua pundak adiknya untuk membuatnya menghadap ke Revan. Revan hanya terlihat kesal.

"Oh, maaf. Aku tidak tahu." Ucap Raka tanpa rasa bersalah.

"Sepertinya berbicara dengan postur tubuh sekecil ini agak susah." Tutur Rika.

Heeh? Apa maksudnya?

Lalu sekelebat cahaya mengelilingi Rika. Aku sampai menutup mataku karena terangnya cahaya tersebut. Lalu cahaya lainnya menyusul. Sepertinya berasal dari Raka.

Tak lama cahaya tersebut menghilang. Aku membuka wajahku yang tertutup tangan tadi. Mataku masih memfokuskan kembali ke intensitas cahaya yang masuk. Lalu tak lama, aku menganga melihat dua postur yang berdiri di depanku.

RReiLandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang