Chasya
Gelap. Hampa. Suara yang terdengar satu-satunya hanyala hembusan nafasku. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa berada di tempat ini,bahkan aku sanksi bahwa aku berada di suatu tempat sekarang. Namun aku bisa merasakan bahwa kakiku masih bertapak pada suatu bidang. Aku berjalan tanpa arah dan berusaha mencari jalan keluar dari tempat ini.
Mengikuti arah sesuai kata hati, aku melihat setitik cahaya. Lalu, aku berjalan mengikuti arah cahaya itu berasal. Semakin dekat,secercah cahaya menyilaukan mataku. Tampak tubuh anak kecil laki-laki yang jika aku tak salah sedang berdiri menghadapku. Aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena cahaya tersebut. Dan sebuah suara asing terngiang ditelingaku "sampai kapan? sampai kapan kau akan melupakanku?"
Aku tak tahu darimana suara itu berasal,namun setelahnya kepalaku terasa berat dan pusing. Aku mulai merasakan tubuhku tak bisa menahan keseimbangannya dan kakiku tak bisa berdiri tegak. Penglihatanku semakin lama semakin kabur hingga akhirnya tubuhku jatuh tak berdaya...***
"Chasya! Chasya Ansner! Sudah pukul tujuh,apakah kau tak berniat sekolah?!", teriakan itu yang tak lain dan tak bukan adalah teriakan Mama. Wanita yang selalu sabar dengan anaknya yang sangat menyusahkan ini.
Mendengar teriakan itu,sontak badanku refleks terbangun dan terjatuh ke lantai.
"Aw,shit!" aku mengerang kesakitan. Tubuhku terasa lemas dan berkeringat. Mimpi apa aku? Hal itu sedikit membuat kepalaku nyeri. Tapi mengingat waktu yang terus berjalan aku mengabaikan hal itu . Aku langsung menggerakkan badanku agar mempersiapkan segalanya untuk sekolah. Hanya butuh waktu 40 menit aku sudah keluar dari kamarku dan menuju ruang makan tergesah-gesah.
"Morning,Ma"aku melemparkan senyum termanisku kepada Mama yang sedang mengolesi selai roti
"Chacha, ini sudah kesian kalinya kamu bangun telat. Sampai kapan kamu akan begitu terus? Mama tidak bisa setiap hari membangunkanmu,kamu harus belajar mandiri nak"nasehat Mama dan yap Mama sering memanggilku dengan sebutan Chacha
"Iya Ma iya. Chacha minta maaf ya? Lain kali Chacha akan bangun lebih awal"
"Ya sudah cepat habiskan sarapanmu. Lalu minta Pak Keman mengantarmu ke sekolah"
"Kok Pak Keman sih Ma? Papa belum balik juga?" aku mengernyitkan dahiku
Sejenak Mama menghentikan kegiatannya dan menatapku lekat-lekat "Hmm Cha,sepertinya Papa mu lagi banyak tugas di Jepang. Doakan saja Papamu cepat pulang dengan selamat ya nak"
"Begitu ya Ma,baiklah. Chacha berangkat dulu ya Ma. Bye Ma!" aku mendaratkan kecupan kecil di pipi Mama menandakan betapa sayangnya aku dengan wanita ini.
Lalu aku berlari ke garasi dan masuk ke mobil mendapati Pak Keman telah siap di depan kemudinya "Jalan pak" pintahku.Sesampainya di sekolah, aku langsung menuju ke kelasku yang berada di lantai dua, kelas XI-2. Mengambil posisi nyaman di tempat duduk dan menggunakan headset di satu telingaku berhubung hari ini tidak ada tugas. Semenit kemudian Cresya-sahabat karibku sekaligus semejaku datang dan juga langsung duduk disampingku.
"Eh Cha,ga ada tugaskan? Ga ada pasti semalam udah gue cek.Tumben banget kan ya?haha"
"Yaelah Sya,lo yang nanyak lo juga yang jawab pusing gue"
"Hehe. Oh iya semalam lo tidur jam berapa? Kok di instagram lo masih buat snapgram lagu jam 2 pagi? Gila lo ya ga berat tuh mata?"
"Apa iya jam 2 pagi? Kayaknya gue ga begadang deh semalam. Eh,iya ga ya?"
"Ya ampun Cha,itu aja lo ga ingat?!"De javu. Gue merasa teringat akan mimpi gue tadi pagi. Gelap,secercah cahaya,seorang anak laki-laki,dan suara asing. Ah,kepalaku nyeri kembali mengingat mimpi tersebut.
"Aduh!"
"Lo kenapa Cha?"
"Eh, gue ga kenapa-kenapa kok Sya. Cuman pusing aja,mikirin bokap gue belum balik juga dari tugasnya"
Actually, aku beralasan dengan cepat. Aku belum yakin untuk menceritakan tentang mimpiku semalam kepada Cresya. Aku rasa waktunya belum tepat.
"Ini pasti karena keseringan begadang. Hati-hati lo Cha. Gini ya Cha soal bokap lo, cukup doain supaya bokap lo baik-baik aja disana"
"Apa iya karena keseringan begadang jadi cepat pikun? But, iya deh Sya gue bakalan banyak berdoa dan ga begadang lagi. Buat sahabat gue apasih yang enggak,haha"
"Gitu dong. Oh iya,lo udah ada dengar kabar hot belum?"
"Kabar apa? Kabar Kak Wergo sang ketua osis balikkan lagi sama Kak Putih? Atau kabar lo makin intens pedekatean sama si Edo?haha"
"Ih apaansi Cha? Edo? Euw, ga ada cowok lain apa selain si Edo? Mendingan deh ya gue perawan seumur hidup aja daripada beneran sama dia. Soal Kak Wergo juga ga ada tuh. Masih sama,dia belum punya pacar habis putus sama Kak Putih. Masih gamup mungkin ya,haha"
"Halah belagu lo. Terus,apa dong? Bikin gue penasaran aja"
"Lo tau ga katanya bakalan ada anak baru masuk kelas kita. Murid cowok pindahan dari Bali. Katanya dia itu pintar, karena itu dia sekolah di sini pakai beasiswa. Gila,gue ga bisa ngebayangin secakep dan sepintar apa dia Cha haha. Secarakan sekolah kita sekolah unggul,dia murid pindahan bisa dengan mudahnya dapat beasiswa"
"Emang dasar lo ya Sya ga berubah dari kelas sepuluh. Yang ada di otak lo itu cowok mulu. Tobat Sya tobat. Cowok yang belum lo kenal aja udah lo idola-idolain. Dan lo mesti ingat,kan itu masih katanya. Lo belum lihat nyatanya" aku memukul kepala Cresya pelan merasa sedikit jengkel sama tingkahnya yang pecicilan
"Yee, ga masalah dong Cha. Paling ga, bisa dibayangin sebelum jumpa langsung. Awas aja ya entar lo kepentol sama itu cowok."
"Idih, ga bakal Sya. Gue ga segampang itu terpesona sama orang. Lo lihat aja entar"
"Gue pegang kata-kata lo ya!"
Setelah percakapan itu bel masuk berbunyi. Hari ini aku akan melewati hari ku dengan perasaan yang membosankan dan sedikit penasaran mungkin?***
Malam kembali mengisi hari. Waktunya bulan dan bintang mengambil perannya. Malam ini Mama tidak ada di rumah,itu berarti Mama menginap di butik yang jaraknya terpaut jauh dari lokasi rumah. Selesai menuliskan semua perasaan dan kejadianku selama satu hari ini dalam buku diary kesayanganku,aku termenung. Mataku menerawang jauh ke langit. Memikirkan Papa dan Mama. Juga mimpi semalam. Ah,tidak. Aku tidak mau memikirkan hal itu lagi. Bisa-bisa kepalaku pusing kembali.
Sejak 4 bulan yang lalu,Mama jadi sering menginap di butik. Itu karena Mama harus bekerja pontang panting untuk membiayai hidup kami. Karena sejak 4 bulan yang lalu juga,Papa bertugas dan tak kunjung ada kabar darinya. Ya,Papaku adalah seorang prajurit pilihan PBB. Selalu ada saja tugas yang harus dia laksanakan di tempat yang tak terduga. Dan kali ini Papa ditugaskan PBB di Jepang karena ada sengketa wilayah suatu pulau. Papa bilang dia pergi hanya dalam waktu 2 bulan namun,sekarang sudah 4 bulan berjalan 5 bulan. Tak ada kabar,itulah yang membuat Mama dan juga aku memikirkan banyak hal tentang dia. Aku mulai sering begadang,dan telat makan. Jika bukan karena di ingatkan Mama,mungkin sekarang aku sudah ada di rumah sakit. Dan hariku mulai terasa aneh karena sekarang aku mulai keseringan lupa akan segala hal. Tidak ada yang bisa mengingatkanku kalau bukan Mama atau Papa. Sedangkan, Mbok Wasi yang bekerja pada hari Senin-Rabu,karena dia hanya bertugas mencuci pakaikan kotor dan merawat taman. Juga tiga hari itu adalah puncak kesibukkan Mama di butik. Jika sudah hari Kamis waktu Mama akan lebih banyak di rumah. Aku teringat kata-kata Cresya. "Bahwa begadang bisa membuat seseorang cepat lupa. Apa iya? Entahla, aku tidak yakin. Dan mungkin itu hanya sementara ga perlu worry banget lah. Yang aku harapkan saat ini adalah walaupun dalam kesibukannya masing-masing Papa dan Mama juga melihat bintang yang saat ini kulihat. Aku merindukan kehadiran kalian Ma,Pa." aku berbicara dalam hati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrollable Love
Teen FictionMempunyai sahabat karib adalah keinginan banyak orang,terutama untuk kalangan para remaja-dewasa. Sahabat karib itulah yang akan selalu mengerti kondisi kita. Begitu juga buat Chasya Ansner. Tapi, karena sesuatu hal membuatnya tak yakin. Dengan bany...